Warga Palestina Kelaparan, Warga Israel Malah Minta Bantuan ke Gaza Dihentikan

Organisasi kemanusiaan memperingatkan setiap hari kelaparan di Gaza bertambah.

EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Konvoi truk yang membawa pasokan bantuan kemanusiaan ke Gaza menunggu di jalan utama gurun Ismailia, sekitar 300 km timur perbatasan Mesir dengan Gaza, dalam perjalanan menuju penyeberangan Rafah, Mesir, Selasa (13/2/2024). Bantuan kemanusiaan terus mengalir untuk warga Palestina di Gaza. Lebih dari 28.300 warga Palestina terbunuh akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Organisasi hak asasi manusia dan lembaga kemanusiaan menyuarakan risiko kelaparan di Gaza. Menurut organisasi-organisasi itu, kelaparan menyebar dengan cepat selama pengepungan Israel di kantung permukiman Palestina tersebut.

Namun, sejumlah orang Israel melihat bantuan terbatas yang diizinkan Israel masih terlalu banyak. Puluhan pengunjuk rasa Israel menggelar protes mendesak memblokir bantuan-bantuan tersebut.

Di perbatasan Israel-Mesir, Nitzana-el Ouga, Rachel Touitou mengatakan ia bergabung dengan para demonstran untuk menghentikan bantuan ke Gaza karena ia menentang memberikan makanan kepada musuh.

Touitou bersikeras, meskipun tidak ada bukti atas klaimnya, bantuan kemanusiaan tersebut diberikan kepada Hamas. Ia menilai badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA bukanlah pemain yang sah dalam pemberian bantuan ke Gaza.

"Hal ini tidak bisa terus berlanjut. Penduduk Israel mengatakan tidak lagi. Hari ini kami bersama keluarga para sandera. Kami memiliki keluarga para pejuang yang saat ini sedang bertempur di Gaza," katanya pada Aljazirah, Rabu (14/2/2024).

"Kami tidak bisa memberi mereka makanan yang baik dan terutama bahan bakar," tambahnya.

Baca Juga


Selanjutnya...

Sebelumnya pada hari itu, Organisasi-organisasi kemanusiaan termasuk Save the Children, memperingatkan setiap hari kelaparan di Gaza bertambah karena berlanjutnya pertempuran dan blokade di Jalur Gaza.

Menteri Luar Negeri Otoritas Palestina Riyad al-Maliki mengatakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin memperpanjang perang di Gaza demi karier dan masa depan pribadinya.

"Sangat jelas dia tidak peduli dengan nasib, kehidupan, orang-orang yang tidak bersalah baik di Israel maupun di Palestina, para sandera Israel dan orang-orang Palestina yang tidak bersalah di Gaza," kata al-Maliki saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Siprus di Nicosia.

"Ini adalah sesuatu yang harus kita sesalkan dan kita harus benar-benar menentangnya," tambahnya.

"Ini adalah tanggung jawab kita bersama untuk mencegah eskalasi lebih lanjut (dan) perpanjangan perang, untuk membuka front lain, baik di Tepi Barat atau di Lebanon selatan."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler