Kesepian Bisa Sebabkan Obesitas hingga Kematian Dini, Ini Penjelasan Psikolog

Banyak penelitian mengenai kematian dini yang dipicu kesepian dan obesitas

Dok. Freepik
Wanita mengalami kesepian (ilustrasi). Berdasarkan penelitian, 44 persen warga Jabodetabek mengalami kesepian derajat sedang hingga berat.
Rep: Dadang Kurnia Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair), Prof Nurul Hartini, mengungkapkan banyaknya penelitian mengenai kematian dini yang dipicu kesepian dan obesitas. Nurul mengatakan, dalam hal ini terdapat dua asumsi. Yakni kesepian yang menyebabkan obesitas hingga kematian, atau obesitas yang menciptakan kesepian hingga kematian dini.


Ia menjelaskan, pada asumsi pertama, bisa jadi seseorang mengurung diri sehingga ia menjadi kesepian dan dari kesepian ini menimbulkan tindakan-tindakan yang memperparah kondisi tubuhnya. Misalnya tidak bisa mengontrol berat badan.

"Atau dapat pula orang dengan obesitas menerima stigma masyarakat bahwa dirinya tidak sesuai standar kecantikan atau hal negatif lain, kemudian tidak bisa beradaptasi, mengurung diri, dan merasa kesepian, kemudian meningkatkan aktivitas negatif lainnya," kata Nurul, Jumat (16/2/2024).

Nurul mengatakan, obesitas memiliki dampak pada metabolisme tubuh. Secara hormonal tubuh, obesitas dapat menyebabkan penyakit lain dalam tubuh. Artinya, kematian dini bisa saja bukan karena kesepian atau obesitasnya, tetapi karena tubuhnya telah obesitas,  kemudian ditambah dan diperparah dengan mental illness.

"Kemudian memberi dampak sistem hormonal tubuh hingga menyebabkan munculnya penyakit penyerta lain," ujarnya.

Dosen Fakultas Psikologi itu memaparkan, secara psikologis, obesitas dapat terjadi bermula dari kondisi stres. Sebagian orang dapat mengontrol stres dengan tindakan positif seperti melakukan aktivitas olahraga, namun sebagian orang justru menanggapi stres dengan melakukan tindakan negatif.

"Tindakan negatif ini seperti individu yang tidak mampu menjaga pola makan. Kemudian memicu berat badan berlebih hingga menyebabkan obesitas. Setelah terjadi kenaikan berat badan, terjadi kesulitan untuk menurunkannya. Padahal, individu tersebut memiliki body image yang berbeda bahwa obesitas merupakan sesuatu yang tidak bagus atau tidak cantik," ucapnya.

Situasi ini, lanjut Nurul, kemudian menciptakan double stress. Yakni suatu kondisi yang berawal stres dari eksternal tetapi ditambah menjadi stres internal. Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi stres internal terjadi karena yang bersangkutan tidak mencintai diri sendiri akibat kondisi tubuhnya. Pada akhirnya, seseorang dengan obesitas membatasi dan menjauhkan diri dari khalayak atau merasa ditinggalkan oleh lingkungan.

"Ada perasaan sendiri. Coping negatif bermunculan seperti tidak percaya diri karena tidak mampu menciptakan self esteem yang positif sehingga memperparah kondisi," kata dia.

Nurul mengatakan, untuk mencegah terjadinya peningkatan kematian pada orang dengan obesitas karena kesepian, dibutuhkan dukungan dari lingkungan. Selain itu, individu juga perlu meningkatkan self awareness.

"Ketika menyaksikan perubahan perilaku, maka lingkungan harus sesegera mungkin bertindak. Misalnya ketika pada suatu individu terjadi perubahan perilaku yang menunjukkan tanda-tanda stres maka perlu mengajak bicara untuk mendengar keluhan sebagai bentuk social support," ujarnya. 

Masyarakat juga harus meningkatkan edukasi dengan memperbanyak literasi kesehatan mental. Bahwa kesepian menjadi yang utama sebagai salah satu ciri-ciri mental yang tidak sehat. Kondisi mental yang sehat, kata dia, akan selalu menciptakan relasi harmonis dengan lingkungan sosial.

"Pada dasarnya seseorang butuh suasana sepi untuk memperoleh gagasan dan ide-ide segar. Namun, ketika kesepian itu menjelma dan berpengaruh buruk pada kondisi pribadi maka berhentilah menjauhkan diri dari lingkungan sosial, dan jadilah harmonis bersama," ucapnya. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler