Direktur CIA Melakukan Pertemuan Rahasia dengan Netanyahu
Direktur CIA, William Burns tiba di Israel pada Kamis (15/2/2024) dan melakukan pembicaraan dengan para pejabat tinggi Israel.
Ditulis oleh Rizky Jaramaya
JAKARTA -- Direktur CIA, William Burns tiba di Israel pada Kamis (15/2/2024) dalam sebuah kunjungan rahasia guna melakukan pembicaraan dengan para pejabat tinggi Israel. Anadolu Agency melaporkan, Burns bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Kepala Mossad, David Barnea.
Alasan kunjungan tersebut belum diketahui. Namun surat kabar Yedioth Ahronoth mengatakan, kunjungan tersebut terkait dengan penolakan Netanyahu mengirim delegasi keamanan ke Mesir untuk melanjutkan pembicaraan mengenai kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas.Sejauh ini belum ada komentar dari kantor Netanyahu mengenai laporan tersebut.
Para pejabat dari Israel, Mesir, Qatar dan Amerika mengadakan pertemuan di Kairo pada Selasa (13/2/2024) untuk membahas gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera antara Hamas dan Israel. Pekan lalu, Hamas mengusulkan rencana tiga tahap untuk gencatan senjata di Gaza yang mencakup jeda pertempuran selama 135 hari dengan imbalan pembebasan sandera.
Namun Netanyahu menolak tawaran Hamas untuk melakukan gencatan senjata. Netanyahu bersumpah untuk melanjutkan perang di Gaza sampai meraih kemenangan telak atas kelompok perlawanan Palestina. Israel meyakini 134 warganya ditahan di Gaza. Sebelumnya pada Senin (11/2/2024) tentara Israel berhasil membebaskan dua sandera di Kota Rafah di Jalur Gaza selatan.
Sebanyak 25 senator menulis surat kepada Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden yang mendesak untuk mengerahkan upaya diplomatik terbaik dalam memperkuat kesepakatan gencatan senjata baru di Gaza. “Kami menyadari bahwa pencapaian diplomatik seperti itu memerlukan persetujuan dari pihak-pihak yang bertikai, dan persyaratannya masih dalam tahap negosiasi,” ujar 25 anggota parlemen dalam suratnya, yang dipimpin oleh Senator Jon Ossoff dan Raphael Warnock.
“Menurut penilaian kami, ini adalah demi kepentingan nasional kami yang mendesak, dan kepentingan kemanusiaan yang mendesak dari jutaan warga sipil tak berdosa, agar perundingan ini berhasil,” kata isi surat itu.
Para senator mengatakan, mereka mendukung tujuan Israel untuk menyingkirkan Hamas dari Gaza. Namun di sisi lain mereka mengakui bahwa jika pertempuran tidak dihentikan, kondisi kemanusiaan bagi warga sipil di Gaza akan menjadi lebih buruk dan ribuan orang tak berdosa termasuk banyak anak-anak akan meninggal dunia.
“Tanpa ruang yang diciptakan untuk diplomasi regional melalui pemulihan gencatan senjata, kondisi politik untuk perdamaian dan keamanan yang langgeng tidak akan tercapai, dan meningkatnya konflik regional akan terus mengancam keamanan nasional AS,” ujar para senator.
Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan mengejutkan Hamas pada 7 Oktober 2023. Serangan intensif Israel di Gaza telah menyebabkan 28.663 orang meregang nyawa, termasuk anak-anak dan perempuan. Serangan Israel juga menyebabkan kehancuran massal di Gaza.
Serangan Israel di Gaza telah menyebabkan 85 perseb penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 70 persen infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur.
Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Dalam keputusan sementara pada Januari pengadilan memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.