Masih Kecil, Mengapa Anak Bisa Sakit Kanker?
Penyebab kanker pada anak berbeda dengan orang dewasa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebab kanker pada anak dan orang dewasa ternyata berbeda. Pada orang dewasa, kanker biasanya berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat dan faktor lingkungan.
"Kasus kanker pada anak kebanyakan disebabkan oleh interaksi dari berbagai hal," ujar Dr. dr. Teny Tjitra Sari, SpA(K) dalam siaran radio daring yang diikuti dari Jakarta, Senin (19/2/2024).
Dokter Teny menjelaskan, faktor genetik memang juga bisa berperan dalam kejadian kanker pada anak. Selain mewarisi gen, anak yang mengalami mutasi genetik pun bisa terkena kanker.
"Kebanyakan karena interaksi berbagai hal, dia juga bisa menimbulkan kanker, jadi bukan semata-mata karena genetik saja," kata dokter spesialis anak dari Kelompok Staf Medis Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta itu.
Dokter Teny menyampaikan bahwa pada anak, gejala kanker dapat berupa demam yang tak kunjung sembuh setelah lebih dari dua pekan, wajah pucat, dan jalan sempoyongan. Gejala yang paling khas ialah adanya benjolan pada bagian tubuh.
"Pada prinsipnya, kalau ada benjolan yang seharusnya tidak boleh ada pada tubuh kita, kemudian anak terlihat pucat misalnya, atau mengalami pendarahan, dan tiba-tiba kejang, jalan sempoyongan, itu kemungkinan gejala dari kanker," kata anggota Ikatan Alumni Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Dokter Teny menganjurkan orang tua segera memeriksakan anak ke dokter apabila mendapati anak mengalami gejala-gejala semacam itu. Segera periksakan anak ke fasilitas kesehatan terdekat agar dapat mengetahui penyebabnya dan anak bisa mendapatkan penanganan medis yang dibutuhkan.
"Kami sudah mengajarkan para tenaga kesehatan di puskesmas untuk mendeteksi dini gejala kanker dan membantu merujuk kalau memang diperlukan," katanya.
Menurut data Globocan 2020, jumlah penderita kanker pada anak (0-19 tahun) sebanyak 11.156 jiwa. Dari angka itu, leukemia menempati posisi pertama dengan 3.880 kasus (34,8 persen), sedangkan kanker getah bening dan kanker otak masing-masing dengan 640 kasus dan 637 kasus (5,7 persen).