Ke Mana Perginya Teladan Kesehajaan Pemimpin Indonesia?

Kerteladabab Kesehajaan Pemimpin yang Hilang

network /Muhammad Subarkah
.
Rep: Muhammad Subarkah Red: Partner
(kiri ke kanan): Sutan Syahrir, Sukarno, dan Moh Hatta.

Oleh: Achmad Charris Zubair, Fiksuf dan Mantan Dosen Filsafat UGM


Mendengar cerita tentang Bung Hatta, yang ingin sepatu Bally tapi tak mampu beli sepatu tersebut. Diguntingnya iklan sepatu yang diinginkannya tersebut dan disimpan. Ditemukan potongan iklan itu diakhir hayatnya. Bung Hattapun ternyata pernah menunggak membayar langganan listrik rumah kediamannya.

Bung Karno pada masa akhir jabatannya ingin beli sate ayam tapi samasekali tidak punya uang dan beliau bilang pada pengawal setianya: "Aku pingin sate ning duitku entek". Akhirnya sate ayam itu malah dibayari Mangil pengawalnya.

Satu ketika seorang bakul pasar nunut jip seseorang dari jalan Magelang ke pasar Beringharjo. Ketika menurunkan barang dagangannya dipinggir jalan mau dibawa kedalam pasar. Mbok bakul langsung minta tolong pria tersebut mengangkat barang dagangannya kegendongan dipunggungnya untuk dibawa kedalam.

Pria tersebut yg ternyata Sultan Hamengku Buwono IX tidak sungkan2 membantu mengangkat barang dagangan bakul pasar Beringharjo. Ketika mbok bakul diberitahu bahwa pria tersebut adalah Ngarsa Dalem rajanya, ia menangis minta ampun dan langsung pingsan. Sebelumnya ia menyangka ngarsa dalem itu sopir mobil omprengan.


Pak Abdul Kahar Muzakkir penandatangan Piagam Jakarta dan pendiri serta rektor UII juga anggota OKI juga pahlawan nasional, pernah kehabisan uang sepulang dari Pakistan. Dipinjami muridnya biaya tiket KA Jakarta-Jogyakarta plus ongkos naik andong ke Kotagede.

Pak Sukiman Wiryosanjoyo yang pernah menjadi Perdana Menteri RIS biasa hanya bersarung ketika berkunjung kerumah sahabat. Orang yang tidak begitu kenal tidak akan pernah menyangka beliau petinggi negara dan tokoh bangsa.

Ki Sarino Mangunpranoto mantan Menteri Pendidikan dari Taman Siswa ketika kembali di Yogyakarta, tinggal di kampung Miliran, dirumah sederhana dengan kursi tamu plastik yang sudah kusam. Beliau menerima tamu2nya yang kebanyakan orang penting di ruang yang sederhana itu.

Pak Abdul Mukti Aly guru besar IAIN sekarang UIN Sunan Kalijaga dan ahli perbandingan agama, mantan Menteri Agama yang memilih tinggal di kampung Sagan bahkan akhirnya rumahnya ber"dekat"an dengan tempat kost perempuan2 "nakal". Jaman saya muda kalau ada teman bilang mau ke pak Mukti Aly, ya maksudnya ke "situ"


Pak AR Fakhruddin orang nomer satu Muhammadiyah sebuah organisasi yang amat besar tidak sungkan jualan bensin eceran. Beliau sendiri yang melayani para pembelinya. Kendaraan sehari2nya hanya BMW, alias Bebek Merah Warnanya. Sepeda motor bebek Honda C70. Padahal ia begitu dekat hubungannya dengan pak Harto presiden dan pernah ditawari jabatan menteri oleh pak Harto. Beliau biasa berkirim surat dengan Presiden dan Pak Harto sebagai presiden pasti membaca dan membalasnya.

Rasanya ingin mengalami kembali hidup bersama dengan para pemimpin bersahaja seperti itu.

Bandingkan dengan gaya supermewah banyak anggota parlemen, pemimpin partai politik dan kebanyakan pemimpin masa kini. Bahkan juga gaya hidup artis atau ustadz selebritis.

Apalagi kalau kita melihat gaya hidup para koruptor pengeruk kekayaan bangsa. Ini pasti soal karakter dalam pilihan hidup bukan sekedar masalah situasi dan kondisi.

#Achmad Charris Zubair

sumber : https://algebra.republika.co.id/posts/289025/ke-mana-perginya-teladan-kesehajaan-pemimpin-indonesia-
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler