Pasien Implan Chip Neuralink Dapat Kendalikan Mouse dengan Otak

Elon Musk sebut progres implan chip berhasil.

AP Photo/Kirsty Wigglesworth, Pool, File
Elon Musk
Rep: Shelbi Asrianti    Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pebisnis Elon Musk mengabarkan inovasi teranyar yang berhasil dilakukan salah satu perusahaan rintisan di bawah naungannya, Neuralink. Peserta uji coba manusia pertama diklaim dapat mengendalikan mouse komputer dengan implan chip otak.

Baca Juga


Dikutip dari laman CNN Business, Rabu (21/2/2024), selama ini Neuralink dikenal sebagai startup kontroversial, yang fokus di ranah chip otak. Menurut Musk, kemajuan yang dia sebut terjadi hampir satu bulan setelah chip ditanamkan ke otak peserta.

Rincian uji coba yang dimaksud masih belum jelas. Akan tetapi, Musk mengatakan kemajuan dari subjek penelitian itu sangat bagus. Pasien disebut telah pulih sepenuhnya dan mampu menggerakkan mouse di sekitar layar komputer hanya dengan berpikir.

"Kami mencoba untuk menekan tombol sebanyak mungkin dengan aktivitas berpikir itu, jadi apa yang sedang kami kerjakan adalah bisakah kita menekan tombol kiri, kanan, bawah, atas, juga gerakan yang diperlukan untuk mengarahkan dan menahan mouse," ujarnya.

Bulan lalu, Musk mengatakan bahwa perusahaannya telah menyelesaikan operasi implantasi pertama pada subjek uji manusia. Operasi dilakukan setelah tahun lalu terbit persetujuan untuk mempelajari keamanan dan fungsionalitas implan chip serta peralatan bedah pada manusia.

Pasien uji coba menjalani operasi penanaman chip di bagian otak yang mengontrol niat untuk bergerak. Chip tersebut, yang dipasang oleh robot, kemudian akan merekam dan mengirimkan sinyal otak ke sebuah aplikasi, dengan tujuan awal memberi kemampuan mengendalikan kursor komputer atau keyboard hanya dengan menggunakan pikiran.

Keberhasilan awal dalam uji coba pertama teknologi chip otak pada manusia dapat menandai tonggak penting bagi upaya Neuralink untuk menghadirkan teknologi yang berpotensi mengubah kehidupan. Terutama, bagi orang yang tidak dapat bergerak atau berkomunikasi.

Namun, Musk hanya memberikan sedikit informasi dan belum mempublikasikan bukti tentang hasil operasi tersebut. Sehingga, masih belum jelas seberapa signifikan kemajuan ilmiah yang dihasilkan dari implantasi tersebut. Neuralink pun belum memberikan komentar resmi.

Ambisi utama Neuralink adalah menggunakan implan untuk menghubungkan otak manusia ke komputer. Hal itu disebut untuk membantu individu tertentu, seperti orang yang lumpuh agar bisa mengontrol ponsel cerdas atau komputer, atau orang buta untuk mendapatkan kembali penglihatannya.  

Seperti antarmuka mesin-otak yang ada, implan perusahaan akan mengumpulkan sinyal-sinyal listrik yang dikirim oleh otak dan menafsirkannya sebagai tindakan. Musk pernah menyampaikan bahwa produk pertama perusahaannya akan diberi nama "Telepathy".

Pengguna awalnya adalah....

 

 

Pengguna awalnya adalah orang-orang yang kehilangan fungsi anggota tubuh. "Bayangkan jika Stephen Hawking bisa berkomunikasi lebih cepat daripada juru ketik atau juru lelang. Itu tujuannya," tutur Musk.

Yang jelas, teknologi ini mustahil tersedia secara luas dalam waktu dekat. Pasalnya, implan memerlukan persetujuan peraturan yang ketat. Sudah ada perusahaan lain yang melakukan proyek serupa dan sudah lebih maju dalam proses penelitian, yakni Synchron yang menggunakan subjek manusia sejak 2021.

Awal 2024, Sychron mengatakan bahwa uji perangkat implan otak pada manusia, (yang semuanya mengidap kelumpuhan parah) sudah dilakukan. Hasilnya, peserta dapat menggunakan perangkat guna mengontrol perangkat komputasi pribadi untuk aktivitas digital rutin, seperti mengirim SMS, mengirim email, dan belanja online.

Adapun Neuralink menjadi sorotan setelah sebuah proyek pada 2022 yang berusaha menanamkan implan ke otak monyet, dengan tujuan satwa itu bisa bermain video game. Proyek tersebut menyebabkan satwa yang diuji mati. Pada Desember 2022, para karyawan mengatakan kematian hewan terjadi karena kelalaian.

Pada Mei 2023, Neuralink menerima izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk melakukan uji klinis pada manusia. Beberapa bulan kemudian, perusahaan merekrut pasien quadriplegia yang disebabkan cedera sumsum tulang belakang leher atau amyotrophic lateral sclerosis (ALS).

 

Uji coba itu merupakan bagian "Studi PRIME", yang merupakan singkatan dari "Precise Robotically Implanted Brain-Computer Interface". Tujuan studi adalah mempelajari keamanan implan dan robot bedah serta menguji fungsionalitas perangkat.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler