Anak Jadi Pelaku Perundungan, Orang Tua Harus Bagaimana?

Ada beberapa sikap yang bisa ditunjukkan orang tua jika anak jadi pelaku perundungan.

Foto : MgRol_92
Pelaku dan korban perundungan (ilustrasi). Ada beberapa sikap terbaik yang bisa ditunjukkan orang tua apabila anaknya menjadi pelaku perundungan.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada orang tua yang ingin mendengar anaknya menjadi perundung. Sungguh menyakitkan membayangkan anak Anda menyakiti anak-anak lain. 

Baca Juga


Dilansir Child Mind Institute, Rabu (21/2/2024), penting untuk diingat bahwa anak-anak tidak melakukan perundungan karena mereka adalah “anak nakal”. Direktur Program Stres dan Ketahanan di Child Mind Institute Jamie Howard, PhD mengatakan anak-anak terlibat dalam segala jenis perilaku yang tidak mencerminkan siapa mereka sebagai pribadi. 

“Mereka masih mencari tahu. Mereka bisa menjadi anak-anak baik yang pernah melakukan beberapa kesalahan,” ujar Howard.

Ada banyak alasan mengapa seorang anak yang berperilaku baik mungkin saja tidak baik terhadap anak-anak lain. Selain itu, ada beberapa sikap terbaik yang bisa ditunjukkan orang tua apabila anaknya menjadi pelaku perundungan. Berikut ini penjelasannya:

1. Berkomunikasi

Jika Anda mendengar dari guru atau orang tua lain bahwa anak Anda menjadi perundung, hal pertama yang harus Anda lakukan adalah berbicara dengan anak Anda tentang situasi tersebut. Bersikaplah lugas mengenai masalahnya, namun jelaskan bahwa Anda terbuka untuk mendengarkan cerita dari sisi anak Anda. 

Katakan sesuatu seperti: “Saya mendapat telepon dari sekolah hari ini, dan guru mengindikasikan bahwa kamu terlibat dalam penindasan. Ayah/ibu sangat prihatin dengan hal ini. Kita perlu membicarakannya. Tolong beri tahu saya apa yang terjadi,” ujarnya. 

2. Mengatasi masalah

Setelah menyelidiki akar masalahnya, Anda dapat menyesuaikan respons terhadap tantangan spesifik yang dihadapi anak Anda dalam interaksi-interaksi sosial. Diskusikan skenario-skenario yang mungkin sulit mereka tangani, dan bimbing mereka melalui respons yang tepat. 

Jika anak Anda dengan sengaja mengecualikan salah satu teman sekelasnya dari kegiatan sosial, beri tahu mereka: “Saat seseorang mengajak bermain, kamu harus mengatakan ya".

“Miliki banyak solusi berbeda untuk berbagai masalah yang mungkin muncul, dan berikan contoh jelas tentang bagaimana Anda mengharapkan anak Anda merespons,” kata Howard. 

Menurut dia, anak-anak akan merespons lebih baik ketika diberi tahu apa yang harus dilakukan daripada apa yang tidak boleh dilakukan. Mendorong anak untuk mengambil sudut pandang orang yang dirundung dapat menjadi cara lain yang berguna untuk menghadapinya. 

3. Lihat ke dalam

Anak-anak yang terpapar interaksi agresif atau tidak baik di rumah kemungkinan besar akan mengulangi perilaku-perilaku tersebut di sekolah. Untuk itu, penting bagi orang tua untuk memikirkan bagaimana perilaku mereka dapat memengaruhi anak-anak.

"Contohnya cara mereka berbicara kepada anak-anak, cara mereka berbicara kepada pasangan, cara mereka menangani kemarahan, dan bersikap realistis mengenai apakah hal ini mungkin terjadi atau tidak. Itu telah dicontohkan untuk anak,” kata psikolog klinis, Kristin Carothers.

4. Memberikan konsekuensi yang berarti 

Hukuman bagi perilaku intimidasi memang efektif, namun harus bermakna dan cakupannya terbatas. Dalam kasus pelanggaran yang sangat berat, cabut hak-hak istimewa tersebut pada masa mendatang, dan carilah bantuan terapis.

Namun untuk bentuk perundungan yang tidak terlalu akut, anak tersebut seharusnya bisa mendapatkan hak istimewa kembali dalam beberapa hari.  Dr Carothers mengatakan, jika Anda menghapus hak istimewa terlalu lama, hak istimewa tersebut mungkin kehilangan validitasnya. 

“Anak itu berkata ‘Oke, baiklah, saya tidak akan pernah bisa mendapatkannya kembali, jadi saya tidak akan mencobanya’. Anda ingin membuatnya sedemikian rupa sehingga jangka waktu terjadinya hukuman dan lamanya hukuman itu terjadi benar-benar seimbang untuk mendapatkan efek terbesar,” kata dia. 

5. Memperbaiki masalah

Setelah anak Anda mendapatkan kembali hak-hak istimewanya dan sudah tenang, jelaskan bahwa dia melakukan kesalahan yang perlu diperbaiki. Anak Anda mungkin memilih untuk meminta maaf secara langsung, melalui surat, melalui pesan teks, dan sebagainya, tetapi perbaikannya bisa dilakukan dalam berbagai bentuk. Anda dapat mendorong anak untuk membuat kue-kue untuk seluruh kelas, misalnya, atau bermain gim dengan teman yang sebelumnya tidak mereka sertakan. 

Howard mengenang seorang mantan pasien yang selalu mencaci-maki dan terang-terangan mengecualikan anak-anak lain dari kelompok sosialnya. Sebagai upaya perbaikan, ibu gadis tersebut meminta putrinya mengundang semua anak yang pernah ditindasnya ke acara sosial. 

“Itu adalah koreksi. Dan itu adalah cara Ibu untuk memulihkan kendali.," kata dia.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler