Makna Petir dalam Islam

Bagi umat Islam petir bukan hanya dimaknai sebagai fenomena alam.

Freepik
Ilustrasi sambaran petir.
Rep: Muhyiddin Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA --  Bagi umat Islam petir bukan hanya dimaknai sebagai fenomena alam, tapi juga merupakan peristiwa paling menakjubkan yang diciptakan Allah SWT. Dalam setahun, setidaknya petir terjadi tiga miliar kali.  Sumber energi petir bergerak pada kecepatan 96 ribu kilometer per jam dan melepaskan panas 30 ribu derajat celcius.

Baca Juga


Selama hujan, guntur dan kilat yang terdiri dari cahaya terang sebenarnya merupakan sumber energi yang menghasilkan lebih banyak listrik daripada ribuan pembangkit listrik. Ini adalah suatu keajaiban penciptaan yang menyingkapkan Kekuasaan dan Keagungan Allah SWT.

Energi yang dilepaskan oleh satu sambaran petir lebih besar daripada energi yang dihasilkan oleh semua pembangkit listrik di seluruh Amerika. Selain itu, satu buah petir juga dapat menyalakan bohlam 100 watt lebih dari tiga bulan.

Cahaya yang dilepaskan oleh satu petir lebih besar dibandingkan dengan 10 juta bola lampu 100 watt. Artinya; jika setiap rumah di Jakarta mempunyai lampu yang menyala, penerangan dari satu sambaran petir akan lebih besar. Dalam Alquran, Allah telah menggambarkan betapa menakjubkannya kilatan petir.

يَكَادُ سَنَا بَرْقِهٖ يَذْهَبُ بِالْاَبْصَارِ

“…Kilauan kilatnya hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” ( QS An-Nur [24]:43)

Di dalam Alquran, petir atau guruh juga dijadikan sebagai nama sebuah surat, yaitu Surat Ar-Ra’d. Allah mengumumkan bahwa guntur yang dibentuk oleh kilat juga memuji-Nya.

Allah SWT berfirman: 

وَيُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهٖ وَالْمَلٰۤىِٕكَةُ مِنْ خِيْفَتِهٖۚ وَيُرْسِلُ الصَّوَاعِقَ فَيُصِيْبُ بِهَا مَنْ يَّشَاۤءُ وَهُمْ يُجَادِلُوْنَ فِى اللّٰهِ ۚوَهُوَ شَدِيْدُ الْمِحَالِۗ

Artinya: “Guruh bertasbih dengan memuji-Nya, (demikian pula) malaikat karena takut kepada-Nya. Dia (Allah) melepaskan petir, lalu menimpakannya kepada siapa yang Dia kehendaki. Sementara itu, mereka (orang-orang kafir) berbantah-bantahan tentang kekuasaan Allah, padahal Dia Maha Keras hukuman-Nya”. (QS Ar-Ra‘d [13]:13).

Jadi, dalam Alquran, setidaknya ada tiga istilah yang merujuk pada makna petir, yaitu ar-ra'du, ash-showa'iq, dan al-barq.

Dalam Rasy Al-Barad Syarh al-Adab al-Mufrod, Dr Muhammad Luqman As Salafi menjelaskan, para ahli tafsir mendefinisikan ar-ra'du lebih dekat dengan makna suara petir atau geledek. Sedangkan ash-shawa'iq dan al-barq maknanya lebih dekat untuk istilah kilatan petir, yaitu cahaya yang muncul beberapa saat sebelum adanya suara petir. 

Petir juga dapat dimaknai sebagai pengingat akan kematian. Petir yang menyebabkan kematian ratusan orang setiap tahunnya, mengingatkan kita akan kematian sekaligus menyingkap ketidakberdayaan manusia di hadapan Allah SWT.

Kemungkinan tersambar petir adalah satu dalam 700 ribu, namun kita tidak boleh meremehkan kemungkinan ini dan juga efek dari petir. Menurut penuturan orang-orang yang pernah tersambar petir, kilatan petir dapat membuat orang pingsan, terjatuh, dan merusak otak.

Akibat kerusakan otak, orang yang telah dirawat selama 1-2 bulan di unit perawatan intensif rumah sakit harus belajar kembali cara berjalan, cara menelan, atau dengan kata lain cara hidup kembali. Mereka telah menggambarkan apa yang mereka rasakan, dan mengatakan seolah-olah mereka telah menghadapi kematian dan kemudian dibangkitkan lagi.

Dalam Alquran, kejadian yang sangat mirip terjadi pada sambaran petir yang Allah tunjukkan kepada umat Nabi Musa As. Diceritakan, orang-orang Israel saat itu menuntut agar Nabi Musa memperlihatkan wujud Allah kepada mereka. Ketika menuntut hal ini, mereka pun diperlihatkan efek serupa dari kilat.

Setelah mereka semua mati akibat disambar petir, barulah Allah menghidupkan mereka kembali agar mereka sadar dan mau bertaubat dari kesalahan mereka tadi. Allah SWT berfirman:

وَاِذْ قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نُّؤْمِنَ لَكَ حَتّٰى نَرَى اللّٰهَ جَهْرَةً فَاَخَذَتْكُمُ الصّٰعِقَةُ وَاَنْتُمْ تَنْظُرُوْنَ. ثُمَّ بَعَثْنٰكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: "(Ingatlah) ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum melihat Allah dengan jelas.” Maka, halilintar menyambarmu dan kamu menyaksikan(-nya). Kemudian, Kami membangkitkan kamu setelah kematianmu agar kamu bersyukur." (QS Al-Baqarah [2]:55-56). 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler