Angka Kelahiran Korsel Tahun 2023 Kembali Turun

Rata-rata perempuan yang memiliki bayi pada 2023 turun menjadi 0,72.

YONHAP/YNA
Angka kelahiran Korea Selatan (Korsel) yang sudah terendah di dunia mengalami penurunan kembali pada tahun 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Angka kelahiran Korea Selatan (Korsel) yang sudah terendah di dunia mengalami penurunan kembali pada tahun 2023. Kekhawatiran perempuan pada perkembangan karir dan tingginya biaya membesarkan anak membuat mereka menunda memiliki atau memutuskan untuk tidak memiliki anak sama sekali.

Baca Juga


Data statistik Korsel menunjukkan rata-rata perempuan di usia produktif  yang memiliki bayi tahun 2023 turun menjadi 0,72 dari 0,78 pada tahun 2022.

Jauh di bawah rata-rata 2,1 per perempuan yang diperlukan agar populasi tetap stabil dan di bawah angka tahun 2015 dengan rata-rata 1,24 per perempuan, ketika masalah ini muncul dan biaya perumahan dan pendidikan lebih rendah.

Sejak 2018 Korsel satu-satunya negara anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang angka kelahirannya di bawah 1. Meski pemerintah sudah menghabiskan miliaran dolar AS untuk mengatasi masalah penurunan populasi yang terjadi selama empat tahun berturut hingga 2023.

Korsel negara dengan kesenjangan upah gender terbesar di OECD. Penghasilan perempuan Korsel hanya dua pertiga dari pendapatan pria.

"Perempuan biasanya tidak bisa membangun pengalaman mereka untuk mendaki lebih tinggi di tempat kerja karena biasanya hanya mereka yang mengasuh anak (dan) biasanya harus kembali kerja setelah cuti panjang," kata profesor di Seoul Women's University Jung Jae-hoon, Rabu (28/2/2024).

"Memiliki bayi ada di daftar tapi ada ruang untung promosi dan saya tidak ingin dilewatkan," kata manajer junior di perusahaan produksi susu Korea yang sudah menikah selama tiga tahun, Gwak Tae-hee.

Gwak mempertimbangkan untuk memulai perawatan in vitro fertilisation (IVF) tahun lalu. Tapi akhirnya ia memilih sukarelawan proyek kerja untuk meningkatkan prospek karirnya.

"Saya tidak tahu di tempat lain tapi bekerja dua atau tiga hari per pekan tidak membawa membawa anda kemana-mana di perusahaan-perusahaan Korea, saya berharap tidak terlalu terlambat saat saya mencobanya tahun depan atau tahu depannya lagi," kata Gwak.

Krisis demografi Korsel menjadi risiko....

 

Krisis demografi Korsel menjadi risiko tinggi untuk pertumbuhan ekonomi dan sistem jaminan sosial. Populasi 51 juta orang dapat berkurang hingga separuhnya pada akhir abad ini.

Sebelumnya Korsel memproyeksikan  angka kelahiran pada tahun 2024 akan turun menjadi 0,68. Tahun lalu angka kelahiran di Ibukota Seoul yang biaya perumahannya tertinggi di Korsel hanya 0,55. 

Menjelang pemilu pada bulan April mendatang, partai-partai politik terbesar di Korsel berjanji memperbanyak perumahan publik dan melonggarkan syarat pinjaman untuk mendorong angka kelahiran. Sebagai cara meredakan kekhawatiran akan "kepunahan nasional" seiring dengan menurunnya tingkat kelahiran.

Menikah dianggap syarat memiliki anak di Korsel. Tapi angka pernikahan juga turun.

"Ada orang-orang yang tidak menikah tapi kami memikirkan pasangan menikah yang memilih tidak memiliki bayi, dan  pemahaman saya adalah bahwa menangani bagian tersebut akan menjadi fokus kebijakan kami (untuk meningkatkan angka kelahiran)," kata seorang pejabat di Badan Statistik Korea dalam sebuah pengarahan, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

Fokus partai-partai  pada populasi di kampanye mereka mencerminkan kekhawatiran pengeluaran lebih dari 360 triliun won atau 270 miliar dolar AS di bidang-bidang seperti subsidi pengasuhan anak sejak tahun 2006 gagal mengatasi penurunan angka kelahiran.

Di kawasan Korsel bukan satu-satu negara yang tengah berjuang mengatasi depopulasi. Pada Selasa (27/2/2024)  negara tetangganya, Jepang, mengatakan jumlah bayi yang lahir pada tahun 2023 turun selama delapan tahun berturut-turut ke rekor terendah baru.

Angka kelahiran Jepang mencapai rekor terendah 1,26 pada tahun 2022, sementara Cina mencatat 1,09, juga merupakan rekor terAendah.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler