Intuitive Machines tak Gentar Rencanakan Pendaratan Kedua di Bulan

NASA mengandalkan serangkaian kunjungan pribadi berbiaya rendah ke bulan.

Intuitive Machines via AP
Gambar yang disediakan oleh Intuitive Machines ini menunjukkan pendarat bulan Odysseus dengan latar belakang Bumi pada 16 Februari 2024. Gambar tersebut diambil tak lama setelah pemisahan dari tahap kedua SpaceX dalam perjalanan pertama Intuitive Machines ke bulan.
Rep: Rahayu Subekti Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan swasta AS, Intuitive Machines, akan merencanakan pendaratan kedua si bulan. Hal ini terungkap ketika pendarat Odysseus milik perusahaan tersebut mengalami patah kaki, setelah sepekan berada di dekat kutub selatan bulan.

Baca Juga


NASA mengandalkan serangkaian kunjungan pribadi berbiaya rendah ke bulan, sebagai pencari jalan bagi misi yang membawa astronot pada dekade ini. Rencana tersebut memberikan ruang finansial bagi kegagalan dan menawarkan insentif besar bagi perusahaan untuk berhasil dengan sedikit uang.

“Ini adalah cara baru untuk pergi ke bulan, lalu akhirnya ke Mars, dan ini adalah bulan baru yang kita tuju,” kata Kepala NASA, Bill Nelson, dalam sebuah wawancara melansir Reuters, yang menyebut misi Intuitive Machines sebagai contoh sukses.

“Kami tidak pergi ke daerah yang terang benderang dan mulus di ekuator seperti Apollo, kami pergi ke daerah yang sangat berbahaya dan gelap dengan banyak lubang,” ucap Nelson lagi.

Saham Intuitive (yang naik hampir tiga kali lipat lalu anjlok secara drastis selama misi Odysseus), ditutup pada hari Kamis (29/2/2024), dengan kenaikan sekitar 20 persen dari sebelum peluncuran, memberikan perusahaan tersebut nilai pasar sekitar 600 juta dolar AS.

Pada pendaratan terakhirnya, Odysseus tersandung pada pendaratan tidak teratur yang membuatnya condong tajam ke satu sisi setelah serangkaian masalah teknis. Sehingga diperlukan solusi pada menit-menit terakhir menggunakan instrumen laser yang dirancang untuk memberi tahu pesawat ruang angkasa di mana permukaannya berada.

Pendaratan yang kasar menghambat fungsi kendaraan setelah tiba. NASA dan peserta komersial pendarat dapat berkomunikasi dengan instrumen mereka, tetapi gagal mendapatkan semua data yang mereka inginkan.

“Studi tentang pengamatan galaksi, misalnya, tidak akan dilakukan, dan gambar galaksi juga tidak akan diperoleh,” kata Steve Durst yang memimpin tim di International Lunar Observatory Association yang berbasis di Hawaii, yang memasang sistem kamera ganda menaiki Odysseus untuk mengambil gambar Galaksi Bima Sakti dari permukaan bulan.

Meski begitu, Durst mengatakan bahwa ia senang jika Amerika Serikat akhirnya berhasil mencapai tujuan itu lagi (meskipun sedikit tersandung), namun Amerika Serikat telah kembali. “Dan itu penting,” ucap dia.

Meskipun eksperimen lain mengecewakan....

Dan meskipun eksperimen lain mengecewakan (kamera yang dikembangkan oleh mahasiswa di Embry-Riddle Aeronautical University tidak pernah digunakan di luar angkasa sebagaimana mestinya), tapi beberapa di antaranya berfungsi dengan baik.

Lonestar Data Holdings, sebuah startup berbasis di Houston yang mengembangkan pusat data berbasis ruang angkasa, memiliki server kecil di dalam pesawat pendarat untuk menguji transmisi data antara Bumi dan bulan.

“Kami mendapatkan semua yang kami perlukan dari misi ini, dan kami sangat bahagia,” kata Kepala Eksekutif Lonestar, Chris Stott. Lonestar telah memesan ruang untuk penerbangan Intuitive Machines berikutnya tahun ini.

Misi yang disebut IM-2, telah terjual habis, dan misi ketiga sudah kembali direncanakan. Kepala Eksekutif Intuitive Machines, Steve Altemus mengatakan, bahwa sejak pendaratan tersebut, Badan Antariksa Eropa telah menyatakan minatnya untuk terbang dalam salah satu misi perusahaan tersebut.

Altemus mengatakan, kesalahan yang tidak mematikan itu telah menggambarkan serangkaian perbaikan yang harus dilakukan pada IM-2. Kesalahan paling parah dalam misi tersebut adalah lupa mematikan saklar pengaman yang mencegah laser pendaratan bekerja. Altemus mengatakan tim IM-1 semakin baik dalam mengantisipasi potensi masalah dan solusinya.

“Saat kami menjalankan misi, kami semakin memikirkan kemungkinan kegagalan, dan apa yang bisa kami dapatkan, dan apa yang harus kami perbaiki dalam jangka waktu tertentu,” kata dia.

Salah satu keberhasilan misi ini adalah, jika dilihat dari standar anggaran ruang angkasa di masa lalu, misi ini tergolong murah. NASA mengeluarkan 118 juta dollar AS untuk misi intuitive Machines, dan perusahaan itu sendiri menghabiskan sekitar 100 juta dollar AS.

“Ini bukanlah program bernilai miliaran dolar di era Apollo yang tidak bisa dihindarkan karena kegagalan. Ini adalah pertaruhan berbiaya rendah, jauh lebih murah. Jadi, kita bisa mencoba lagi,” kata Kepala Perusahaan Modal Ventura Space Capital, Chad Anderson.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler