Delegasi Hamas Tiba di Kairo untuk Perundingan Gencatan Senjata

Kesepakatan gencatan senjata sudah tinggal menunggu tanda tangan Hamas.

ANSA
Aktivis Jaringan untuk Gaza membentangkan spanduk sepanjang dua puluh meter dengan tulisan Hentikan Genosida dan selusin paket berdarah yang mewakili bantuan Gaza, dalam protes terhadap apa yang mereka sebut Kekerasan genosida Israel, di Piazza Plebiscito di pusat Naples, Italia, Ahad (3/3/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Delegasi Hamas tiba di Kairo, Mesir, untuk perundingan gencatan senjata di Gaza. Perundingan ini dianggap langkah terakhir menuju kesepakatan yang akan menghentikan pertempuran selama enam pekan.

Baca Juga


Washington mengatakan kesepakatan gencatan senjata sudah "di atas meja", disetujui Israel dan hanya menunggu tanda tangan Hamas. Namun pihak-pihak bertikai hanya memberi sedikit informasi mengenai kemajuan perundingan itu.

Setelah delegasi Hamas tiba seorang pejabat Palestina mengatakan kesepakatan "belum selesai." Dari pihak Israel belum ada konfirmasi apakah delegasi mereka menghadiri pertemuan tersebut.

Seorang sumber yang menerima pengarahan mengatakan Israel dapat menjauh dari perundingan di Kairo kecuali Hamas memberikan daftar penuh sandera yang masih hidup. Sumber Palestina mengatakan Hamas masih menolak permintaan itu karena masih terlalu dini dilakukan.

"Sekarang jalan menuju gencatan senjata tinggal beberapa jam ke depan. Dan sudah ada kesepakatan di atas meja, sudah ada kesepakatan kerangka kerja," kata seorang pejabat AS, Ahad (3/3/2024).

Kesepakatan akan menjadi gencatan senjata panjang pertama dalam perang yang sudah berlangsung selama lima bulan. Gencatan senjata terakhir pada bulan November lalu hanya berlangsung selama satu pekan.

Saat itu Hamas membebaskan ratusan sandera dan Israel membebaskan 240 orang Palestina yang ditahan di penjara Israel. Bantuan yang dapat menyelamat nyawa rakyat Palestina yang diambang kelaparan di Gaza juga dapat ditingkatkan.

Pertempuran dapat terhenti saat Israel bersiap menggelar operasi masif ke Rafah, di mana lebih dari 1,3 juta warga Gaza mengungsi. Pasukan Israel akan mundur dari beberapa daerah dan mengizinkan warga Gaza pulang ke rumah yang mereka tinggalkan sejak awal perang.

Namun kesepakatan ini tidak memenuhi permintaan utama Hamas untuk mengakhiri perang secara permanen dan juga meninggalkan nasib lebih dari 100 sisa sandera yang Hamas tawan di Gaza. Termasuk pria Israel di usia produktif karena kesepakatan pembebasan sandera hanya mencakup perempuan, anak-anak, orang lanjut usia dan sandera yang terluka.

Mesir sebagai mediator perundingan mengindikasi masalah-masalah ini dapat dipinggirkan lebih dahulu lalu akan diselesaikan dalam kesepakatan berikutnya. Sumber Hamas mengatakan kelompoknya masih bertahan untuk mendapatkan "paket kesepakatan."

Pekan lalu Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan kesepakatan dapat terjadi paling cepat pada Senin (4/3/2024) meski sejak saat itu Washington memundurkan targetnya. Tujuannya agar kesepakatan dapat digelar sebelum bulan suci Ramadhan.

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler