Perbedaan Puasa Umat Islam dan Agama lainnya
Puasa merupakan salah satu ibadah yang bukan saja dilakukan oleh umat Muslim.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Puasa merupakan salah satu ibadah yang bukan saja dilakukan oleh umat Muslim, tetapi juga umat agama lain. Karena puasa sejatinya merupakan bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, pendisiplinan, dan pertaubatan.
Dikutip dari About Islam pada Kamis (7/3/2024), berikut ini perbedaan puasa tiap-tiap agama:
Puasanya umat yahudi
Dalam Alkitab, menyebut bahwa Nabi Musa, Daniel, dan Yesus, mengadopsi puasa sebagai bentuk penyembahan atau sebagai sarana komunikasi dengan Tuhan. Hukum Musa menetapkan Yom Kippur (Hari Pendamaian) sebagai hari puasa wajib: “Dan ini akan menjadi ketetapan selamanya bagimu: bahwa pada bulan ketujuh, pada hari kesepuluh bulan itu, kamu akan menindas jiwamu, dan tidak melakukan pekerjaan sama sekali, apakah itu salah satu dari negaramu sendiri, atau orang asing yang tinggal di antara kamu: Karena pada hari itu imam akan membuat penebusan bagimu, untuk membersihkanmu, agar kamu bersih dari semua dosamu di hadapan TUHAN. Itu akan menjadi hari Sabat istirahat bagimu, dan kamu akan menimpakan jiwamu, dengan ketetapan selama-lamanya.” (Leviticus 16:29-31)
Orang-orang Yahudi mengamati sepuluh hari pertobatan dimulai dengan Rosh Hashanah (Tahun Baru Yahudi) dan berakhir dengan Yom Kippur, yang diyakini sebagai hari paling khidmat dalam kalender Yahudi, ketika orang-orang percaya berduka atas dosa-dosa yang dilakukan dalam setahun terakhir dan berdoa untuk pengampunan.
Pada hari ini, orang-orang Yahudi berpuasa dari matahari terbenam pada malam sebelumnya hingga matahari terbenam pada malam berikutnya. Bagi orang Yahudi, puasa lebih dari sekadar menahan diri dari minum dan makan, bekerja pada hari-hari puasa tidak diizinkan, dan melakukan hubungan seksual dan mandi, serta menggunakan salep dan sepatu kulit dilarang.
Orang Yahudi umumnya berpuasa pada malam Hari Tahun Baru juga, disebut Rosh Hashanah.
Selain Yom Kippur, ada empat hari puasa reguler yang ditetapkan oleh tradisi Yahudi untuk menyimpan ingatan akan berbagai peristiwa menyedihkan dalam sejarah Yahudi.
Menurut beberapa sarjana Talmud, puasa ini wajib hanya ketika bangsa berada di bawah penindasan, tetapi tidak di waktu lain.
Puasa Yahudi dimulai saat matahari terbit dan berakhir dengan munculnya bintang-bintang pertama malam itu (kecuali untuk Yom Kippur).
Pemberian sedekah dan distribusi makanan sangat dianjurkan pada kesempatan ini.
Puasanya umat kristiani
Adapun orang Kristen, Yesus, dalam Khotbah di Bukit, menginstruksikan murid-muridnya yang paling awal untuk berpuasa:
“Ketika kamu berpuasa, jangan terlihat muram seperti yang dilakukan orang-orang munafik, karena mereka merusak wajah mereka untuk menunjukkan kepada pria bahwa mereka sedang berpuasa. Saya katakan yang sebenarnya, mereka telah menerima hadiah mereka secara penuh. Tetapi ketika Anda berpuasa, taruh minyak di kepala Anda dan cuci muka Anda, sehingga tidak akan jelas bagi manusia bahwa Anda berpuasa, tetapi hanya kepada Bapa Anda, yang tidak terlihat, dan Bapa Anda, yang melihat apa yang dilakukan secara rahasia, akan membalas Anda.” (Matius 6:6)
Jelas bahwa jenis puasa yang ditentukan oleh Yesus sudah diketahui oleh komunitas Yahudi, dan tampaknya Yesus tidak membuat perubahan apa pun padanya. Selama berpuasa mereka juga pantang dari makanan dan minuman. Itulah mengapa dia berbicara tentang mengoleskan minyak di kepala dan mencuci muka agar kelelahan puasa tidak terlihat jelas bagi orang lain.
Namun saat ini, orang-orang Kristen pada umumnya mengikuti arahan Gereja dan tidak mempraktikkan puasa semacam ini. Mereka hanya menghindari makan daging selama beberapa hari, atau dalam beberapa kasus hanya makan satu kali sehari selama puasa dan tidak ada larangan minum juga.
Prapaskah
Prapaskah, yang diamati oleh Katolik Roma, Anglikan, dan beberapa gereja lainnya, adalah periode 40 hari puasa dan pertobatan dalam meniru teladan Yesus Kristus dalam puasanya di padang gurun Yudea. Bagi umat Katolik Roma, pantang berarti mengecualikan daging dari makanan. Tetapi ada juga konsep "pantang parsial", yang berarti makan daging hanya sekali sehari.
Alkitab mengajarkan bahwa puasa adalah kesempatan untuk memperkuat roh yang dicapai melalui perampasan penghiburan daging dan mengingat Tuhan.
Puasa dalam Islam
Dalam Islam, puasa merupakan sarana ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Selama berpuasa, umat Islam dilarang makan, minum dan hubungan seksual, sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari. Hukum puasa Ramadhan ini adalah wajib bagi umat Islam.
Selama bulan Ramadhan, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah seperti membaca Alquran. Karena pada bulan ini, Allah telah menurunkan Alquran sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw dan sebagai petunjuk bagi manusia.
Tujuan berpuasa
Tujuan utama puasa dalam Islam adalah untuk meningkatkan ketakwaan yang memungkinkan seseorang untuk menjalani kehidupan yang berbudi luhur di dunia ini, yang pada gilirannya akan mengarah pada kehidupan abadi setelah kiamat. Puasa untuk melatih kesabaran kita, menahan diri dari tidak melakukan perbuatan-perbuatan tercela, serta mengajarkan kita untuk lebih bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan.