Riset Sebut Para Ibu Kerap Dihakimi Terkait Keputusan Soal Menyusui Anak
Survei menunjukkan sepertiga ibu berhenti menyusui saat anak mereka 3 bulan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap ibu berhak mengasuh anak dengan cara yang dia yakini, termasuk pilihan soal menyusui serta perkara merawat anak lainnya. Meskipun demikian, survei yang dilakukan komunitas daring Mumsnet menyebut para ibu kerap dihakimi terkait berbagai keputusannya.
Dikutip dari laman Metro, Senin (11/3/2024), banyak ibu merasa dihakimi atau mendapat stigma karena tidak mampu menyusui atau karena memberi bayinya susu formula. Para ibu mengaku mendapat penilaian negatif masyarakat dalam setiap keputusan yang mereka ambil.
Dalam survei, sepertiga ibu yang tidak bisa memberi air susu ibu (ASI) atau berhenti menyusui sebelum enam bulan mengatakan bahwa salah satu alasannya adalah kurangnya dukungan dari profesional kesehatan. Seperempat responden mengatakan dukungan yang mereka terima dari para profesional layanan kesehatan ‘buruk’ atau ‘sangat buruk’.
Sebanyak 70 persen berharap ada lebih banyak dukungan yang tersedia. Seorang ibu yang terlibat survei bercerita dirinya ditertawakan akibat mengidap mastitis. Responden yang lain mengatakan sangat ingin menyusui tetapi diberi tahu bahwa prosesnya sangat menyakitkan.
Selain itu, banyak juga ibu yang kesulitan memberi ASI, namun juga terkendala harga susu formula yang selangit. "Tidak semua orang bisa menyusui dan Anda akan mendapat hukuman finansial yang besar karenanya," ungkap seorang ibu, menyayangkan harga susu formula yang terus melonjak dalam beberapa tahun terakhir.
Karena itu, Mumsnet terus menyerukan dukungan yang lebih baik bagi para ibu. Dukungan itu diharap sudah dimulai sejak sebelum kelahiran bayi, selama persalinan, hingga perawatan pascamelahirkan. "Kita perlu berbuat lebih banyak untuk membantu para ibu yang bisa dan ingin menyusui," ujar komunitas tersebut.
Mumsnet terus berupaya agar setiap perempuan yang ingin menyusui mendapatkan dukungan yang dibutuhkannya, dengan bantuan langsung dari para profesional yang berkualifikasi. Sementara, perempuan yang tidak bisa menyusui, atau yang memilih untuk menggunakan susu formula, juga perlu mendapat dukungan yang tepat.