Ramadhan Rakyat Palestina Dibayangi Bencana Kelaparan dan Kehancuran Gaza

Israel juga mengerahkan ribuan polisi hingga ke sudut-sudut Kota Suci di Yerusalem.

REUTERS/Mohammed Salem
Seorang anak Palestina memegang lentera di tenda pengungsian mereka saat menyambut datangnya Ramadhan di Rafah, di selatan Jalur Gaza, Sabtu (9/3/2024). Pengungsi Palestina di Rafah menyambut sukacita datangnya bulan Ramadhan meski tinggal di tenda-tenda pengungsian.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lintar Satria, Reuters

Baca Juga


Rakyat Palestina menjalani Ramadhan di tengah suasana suram dengan semakin ketatnya kebijakan keamanan polisi Israel dan meluasnya perang dan kelaparan di Gaza. Sementara kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya diharapkan dapat tercapai sebelum bulan suci terhenti. 

Israel mengerahkan ribuan polisi hingga ke sudut-sudut Kota Suci di Yerusalem. Di mana puluhan ribu jemaah diperkirakan beribadah di Masjid al-Aqsa sepanjang bulan Ramadhan  setiap hari.  

Salah satu daerah yang juga dianggap paling suci bagi Yahudi yang dikenal Bukit Bait Suci itu sudah lama menjadi titik bentrokan dan salah satu titik awal perang Israel-Hamas tahun 2021. Konflik 10 hari itu tidak ada artinya dengan serangan Israel ke Gaza yang kini sudah berlangsung enam bulan. 

Operasi militer Israel ke Gaza sudah menimbulkan peringatan naiknya resiko kelaparan di pemukiman tersebut. Sementara jumlah korban jiwa sudah tembus 31 ribu orang lebih. 

Dalam pesan Ramadhan untuk muslim di dalam dan luar negeri Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden berjanji untuk mendorong bantuan kemanusiaan ke Gaza, kesepakatan gencatan senjata dan stabilitas jangka-panjang di kawasan. 

"Saat muslim di seluruh dunia berkumpul dalam beberapa hari dan pekan ke depan untuk membuka puasa mereka, penderitaan rakyat Palestina akan berada di dalam pikiran banyak orang. Dalam pikiran saya," kata Biden dalam pesan yang dirilis Ahad (10/3/2024). 

"Bagi yang berduka selama perang, saya mendengar anda, melihat anda dan berdoa agar anda mendapat penghiburan," katanya. 

Setelah beberapa kebingungan bulan lalu ketika Menteri Keamanan sayap kanan Itamar Ben Gvir mengatakan ia jumlah  jamaah di al-Aqsa dibatasi. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan jumlah yang jamah masuk akan sama dengan tahun lalu.

"Ini adalah masjid kami dan kami harus menjaganya," kata direktur jenderal Wakaf Yerusalem, yayasan keagamaan yang mengawasi Al Aqsa, Azzam Al-Khatib. 

"Kita harus melindungi kehadiran umat Islam di masjid ini, yang seharusnya dapat masuk dalam jumlah besar dengan damai dan aman," tambahnya. 

Masyarakat Palestina akan menjalani bulan Ramadhan pada Senin (11/3/2024) ini. Sementara negara-negara Arab dan mayoritas muslim lainnya, termasuk Indonesia akan memulai bulan puasa pada Selasa (12/3/2024). 

Berbeda dari tahun lalu tidak ada dekorasi Ramadhan di Kota Tua. Suasana suram juga terlihat di kota-kota lain di seluruh daerah pendudukan Tepi Barat di mana lebih dari 400 rakyat Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan Israel atau pemukim Yahudi sejak serangan Israel ke Gaza. 

"Kami memutuskan tahun ini Kota Tua Yerusalem tidak akan didekorasi untuk menghormati darah anak-anak kami, para tetua dan para martir," kata pemimpin komunitas di Kota Tua Ammar Sider. 

Polisi mengatakan mereka berusaha memastikan Ramadan yang damai dan mengambil tindakan ekstra untuk menindak apa yang mereka gambarkan sebagai informasi yang provokatif dan terdistorsi di jaringan media sosial. Polisi Israel juga menangkap 20 orang yang dicurigai sebagai penghasut terorisme.

"Polisi Israel akan terus bertindak dan memungkinkan pelaksanaan ibadah Ramadan dengan aman di Bukit Bait Suci, dengan tetap menjaga keamanan dan keselamatan di daerah tersebut," kata polisi Israel dalam sebuah pernyataan.

Bagi seluruh dunia Muslim, pengawasan Israel terhadap Al Aqsa salah satu isu yang paling dibenci. Bulan lalu, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyerukan kepada warga Palestina untuk berbaris ke masjid pada awal Ramadan.

Tahun lalu, bentrokan yang meletus ketika polisi memasuki kompleks masjid menuai kecaman dari Liga Arab dan juga Arab Saudi. Saat Israel berusaha untuk menormalkan hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab untuk membangun hubungan dengan kekuatan-kekuatan regional termasuk Uni Emirat Arab.

Harapan kesepakatan gencatan senjata perang Israel di Gaza dapat tercapai sebelum Ramadhan pupus. Perundingan yang digelar di Kairo tampaknya sudah berhenti. Seorang pejabat Hamas mengatakan mereka membuka lebih banyak negosiasi tapi sejauh ini yang ia tahu belum ada tanggal untuk pertemuan berikutnya dengan mediator di Mesir. 

"Ramadhan tahun depan, kami berharap Gaza akan kembali, semoga semua kehancuran dan pengepungan di Gaza akan berubah, dan semua akan kembali dalam kondisi yang lebih baik," tambahnya. 

Presiden Komite Palang Merah Internasional (ICRC) Presiden Mirjana Spoljaric membahas situasi kemanusiaan dengan kepala biro politik Hamas, Ismael Haniyeh dalam kunjungan ke Qatar pada Ahad kemarin. Ia juga bertemu pejabat-pejabat Qatar sebagian bagian dari upaya ICRC untuk menggelar pembicaraan langsung dengan semua pihak. 

Di Gaza yang kini sudah menjadi puing-puing sebagian besar 2,3 juta populasi tinggal di tenda-tenda plastik di Kota Rafah. Mereka kekurangan pangan dan suasana sangat suram. 

"Kami tidak mempersiapkan apa-apa untuk menyambut Ramadhan karena kami sudah berpuasa selama lima bulan," kata ibu lima anak Maha, yang biasanya setiap Ramadhan ia menghias rumahnya dengan dekorasi dan memenuhi kulkas untuk berbuka puasa. 

"Tidak ada makanan, kami hanya memiliki beberapa kaleng makanan dan beras, sebagian besar makanan di jual dengan harga yang tak terbayangkan," katanya melalui aplikasi kirim-pesan dari Rafah di mana ia mengungsi bersama keluarganya. 

Di media sosial X Kepala badan bantuan pengungsi PBB untuk Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini mengatakan bulan Ramadhan seharusnya "membawa gencatan senjata bagi mereka yang paling menderita." 

"(Namun bagi warga Gaza) bulan Ramadhan justru datang ketika kelaparan ekstrem menyebar, pengungsian terus berlanjut & ketakutan serta kecemasan muncul di tengah-tengah ancaman operasi militer di #Rafah," cicitnya. 

Di kota Al-Mawasi, Gaza selatan, pejabat kesehatan Palestina mengatakan 13 orang tewas dalam serangan militer Israel di area tenda tempat ribuan pengungsi berlindung.

Belum ada komentar langsung dari Israel. 

Di Tepi Barat yang mengalami lonjakan kekerasan dua tahun lebih dan semakin buruk sejak perang Israel di Gaza, taruhannya juga tinggi. Jenin, Tulkarm, Nablus, dan kota-kota yang bergejolak lainnya bersiap untuk bentrokan lebih lanjut.

Di Israel kekhawatiran akan serangan penabrakan mobil atau penikaman warga Palestina juga telah meningkatkan persiapan keamanan.

Bagi banyak warga Gaza, hanya ada sedikit pilihan selain berharap akan adanya perdamaian.

"Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah meskipun tahun ini tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, tetapi kami tetap tabah dan sabar, dan kami akan menyambut bulan Ramadhan seperti biasa, dengan dekorasi, nyanyian, doa, puasa," kata Nehad El-Jed yang mengungsi bersama keluarganya di Gaza.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler