Bunuh Diri Sekeluarga di Penjaringan, Pakar Duga Sang Ayah Doktrin Keputusasaan Bersama

Pakar menduga sang ayah punya peran sentral pengaruhi keluarga.

Republika.co.id/Bayu Adji Prihammanda
TKP sekeluarga bunuh diri di Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).
Rep: Rizky Suryarandika Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar psikologi klinis dari Universitas Islam Indonesia (UII), Qurotul Uyun, mengungkapkan analisis mengenai kematian sekeluarga di Penjaringan. Uyun menduga sang ayah mendorong anggota keluarganya mengakhiri nyawa. 

Baca Juga


Empat orang dilaporkan meninggal setelah melompat dari lantai 22 Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara pada Sabtu (9/3/2024) sore. Empat orang itu masih satu keluarga, yaitu sepasang orang tua dan dua orang anaknya. Uyun menduga sang ayah memengaruhi istri dan kedua anaknya ikut mengakhiri hidup. 
 
"Ayahnya menyebarkan pengaruh negatif bahwa kehidupan semua anggota keluarga akan sulit sehingga mungkin membangun keputusasaan bersama," kata Uyun saat dikonfirmasi pada Selasa (12/3/2024).
 
Uyun mengamati orang tua dapat memengaruhi sudut pandang seluruh keluarga terhadap masa depannya. Peran orang tua dinilainya krusial membuat anak menganggap bunuh diri sebagai jalan keluar terbaik mengakhiri penderitaan hidup.
 
"Jika memang begitu, keluarga kompak dengan ide mengakhiri hidup. Mungkin orangtuanya sangat kuat mempengaruhi anggota keluarga jadi pola pikir keluarganya berubah negatif atas masa depan," ujar Uyun. 
 
Uyun menyandarkan pendapatnya dengan merujuk kasus bunuh diri sekeluarga yang pernah terjadi di Indonesia. Uyun menganalisa kasus semacam itu terjadi akibat ulah orang tuanya. "Soalnya kasus lain seringnya anak-anaknya masih usia sangat muda kemudian diracun, dan orangtuanya bunuh diri," ucap Uyun.
 
Sebelumnya, aparat kepolisian mengungkapkan empat korban bunuh diri melompat dari Apartemen Teluk Intan dalam kondisi tangan terikat ketika jatuh secara bersamaan. Para korban terakhir menempati salah satu unit di apartemen tersebut sekitar dua tahun lalu sebelum akhirnya kembali kemarin.
 
"Pada saat terjatuh itu masih dalam kondisi EA (50 tahun) dan JL (15) terikat tangannya dengan tali yang sama. AEL (52) terikat tali yang sama dengan JWA (13), ikatan tali tersebut mengikat," ucap Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu.
 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler