COO Reku: Ada yang Istimewa di Bitcoin Halving Kali Ini

Bitcoin berhasil mencapai harga tertinggi sebelum momen halving terjadi.

AP/Kin Cheung
Sebuah iklan untuk cryptocurrency Bitcoin ditampilkan di sebuah jalan di Hong Kong, pada 17 Februari 2022.
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Compliance Officer (CCO) Reku Robby menilai siklus halving Bitcoin 2024 berbeda dibandingkan momen halving tahun-tahun sebelumnya. Yang menjadi pembeda, yakni Bitcoin berhasil mencapai harga tertinggi sebelum momen halving terjadi.

Baca Juga


Biasanya, kata Robby, Bitcoin mengalami lonjakan harga satu tahun setelah terjadinya halving. "Market saat ini jauh di luar prediksi, halving sebelumnya ATH (all time high) belum terjadi di saat-saat seperti ini, tapi 2024, ATH lebih cepat terjadi," ujar Robby dalam acara diskusi Reku Finance Flash di Jakarta, Kamis, (14/3/2024). 

Halving Bitcoin merupakan peristiwa yang terjadi empat tahun sekali ketika imbalan bagi penambang Bitcoin (block reward) berkurang setengah setelah selesai menambang 210.000 blok. Halving Bitcoin tahun ini diprediksi bakal terjadi pada April mendatang.

Robby mengungkapkan, terdapat beberapa faktor yang mendorong harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi baru sebelum momen halving, salah satunya persetujuan ETF Bitcoin Spot di AS oleh Securities and Exchange Commission (SEC) pada bulan Januari 2024 lalu.

"ETF itu membuka peluang besar bagi orang yang awalnya bingung menyimpan aset kripto, tetapi dengan ETF Bitcoin Spot membuat orang mudah menyimpan dan berinvestasi kripto," kata Robby. Selain itu, banyaknya institusi besar yang mulai merambah investasi aset kripto juga turut mendorong kenaikan harga Bitcoin sehingga menembus rekor tertingginya.

"Harapannya di Indonesia (institusi) juga mulai diperbolehkan. Jadi, tidak hanya investor individu yang bertransaksi kripto, tapi juga institusi," jelasnya. Pada kesempatan yang sama, Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti Tirta Karma Senjaya menyampaikan bahwa dengan banyaknya pihak individu maupun institusi yang membeli Bitcoin, maka suplai Bitcoin semakin terbatas. Hal itu berimbas pada meningkatnya harga Bitcoin di pasar. "Kalau sebelum halving saja sudah naik terus, bagaimana kalau setelah halving," ujar Tirta.

Terkait persetujuan ETF Bitcoin Spot di AS, Tirta mengungkapkan bahwa pihaknya sudah menaruh perhatian kepada produk ETF Bitcoin Spot untuk diterapkan di Indonesia. Namun, saat ini Bappebti masih fokus untuk memberikan fitur tambahan bagi investor kripto seperti staking dan perdagangan berjangka (futures).

"Saat ini di Indonesia pasarnya masih spot, sedangkan secara global pasar futures nilainya jauh lebih besar. Kita targetkan futures tahun ini," tutur Tirta. Sementara itu, adanya sentimen positif aset kripto turut diungkapkan oleh Co-Founder Komunitas BitcoinIndo21, Dimas Surya Alfaruq yang menilai pasar kripto akan menghijau saat halving Bitcoin nanti.

Oleh karena itu, investor perlu mempersiapkan strategi trading dan investasi agar dapat memanfaatkan situasi pasar dengan baik. "Bitcoin halving membuat laju pasokan Bitcoin di pasar berkurang, memungkinkan harga Bitcoin berpotensi naik signifikan. Saat ini pun dapat dikatakan pasar kripto juga tengah berada di fase bullish, terlihat pada harga-harga yang cenderung stabil," ungkapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler