Jerman Desak Israel Buka Akses Kemanusiaan dalam Skala Lebih Besar
Jerman soroti dampak pembatasan bantuan oleh Israel
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN – Kanselir Jerman Olaf Scholz mendesak Israel untuk mengizinkan akses kemanusiaan dalam skala yang lebih besar ke Gaza. Pernyataan ini disampaikan menjelang kunjungan dua hari ke Timur Tengah.
Scholz dijadwalkan berkunjung ke Aqaba, pelabuhan Yordania di Laut Merah dan bertemu Raja Yordania Abdullah pada Ahad (17/3/2024). Sebelum terbang ke Israel untuk bertemu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
"Saat ini diperlukan bantuan dalam skala yang lebih besar tiba di Gaza. Itu juga akan menjadi topik yang akan saya bahas," kata Scholz pada wartawan, Sabtu (16/3/2024).
Dia juga menyuarakan kekhawatiran mengenai rencana Israel menyerang Rafah, kota paling selatan Jalur Gaza yang kini menampung lebih dari 1 juta dari 2,3 juta populasi kantong pemukiman itu.
"Terdapat bahaya serangan komprehensif di Rafah akan mengakibatkan banyak korban sipil yang mengerikan, yang harus dilarang keras," kata dia menambahkan.
Angkatan udara Jerman mengatakan menjatuhkan palet berisi empat ton barang bantuan melalui udara ke Gaza.
"Setiap paket sangat berarti. Namun, bantuan dari udara hanyalah setetes air di lautan," kata kementerian luar negeri Jerman di media sosial X.
Serangan udara dan darat Israel di Gaza membuat sebagian besar penduduknya mengungsi dan sangat membutuhkan makanan dan kebutuhan pokok lainnya.
Dikutip dari Aljazirah, di Austria Jumat (15/3/2024) lalu Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan Washington harus melihat rencana yang jelas dan dapat diimplementasikan dari Israel mengenai operasi militer ke Rafah. Termasuk cara warga sipil dapat keluar dari bahaya.
"Belanda dengan tegas mengulangi seruannya kepada Israel untuk menahan diri dari serangan semacam itu, yang akan mengakibatkan bencana kemanusiaan yang lebih besar lagi," kata Menteri Luar Negeri Belanda Hanke Slot.
"Gencatan senjata kemanusiaan secepatnya adalah yang paling penting, yang akan menghasilkan penghentian permusuhan yang berkelanjutan," tambahnya.
Sejak bulan lalu telah memperingatkan invasi darat Israel ke Rafah "dapat menyebabkan pembantaian di Gaza".
"Mereka juga dapat membawa operasi kemanusiaan yang sudah rapuh di ambang kematian," kata kepala bantuan PBB, Martin Griffiths. n Lintar Satria/Reuters
Israel melancarkan serangan balasan ke Gaza sejak serangan lintas batas yang dilakukan Hamas pada 7 Oktober.
Serangan tersebut telah menewaskan hampir 31.200 warga Palestina dan melukai lebih dari 72.900 lainnya di tengah kehancuran massal dan kelangkaan kebutuhan pokok.
Israel juga memberlakukan blokade yang melumpuhkan di daerah kantong Palestina tersebut, menyebabkan penduduknya, terutama warga Gaza utara, berada di ambang kelaparan.
Perang Israel telah memaksa 85 persen penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah blokade terhadap sebagian besar makanan, air bersih dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur daerah kantong itu telah rusak atau hancur, menurut PBB.
Israel dituding melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Putusan sementaranya pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan aksi genosida dan mengambil langkah untuk memastikan bahwa bantuan kemanusiaan disalurkan kepada warga sipil di Gaza.