Mendag: Indonesia Butuh Sistem Tanam Cabai yang tak Terpengaruh Cuaca
Kegagalan panen dapat memberikan dampak pada mahalnya harga cabai.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia harus memiliki sistem penanaman cabai yang tidak terpengaruh cuaca guna mencegah kegagalan panen agar harga tetap stabil.
"Cabai biasa (naik), karena kita belum ada sistem menanam cabai yang green house itu. Ada tapi belum banyak, sehingga akan sangat tergantung pada musim atau cuaca," ujar Zulkifli di Jakarta, Ahad (17/3/2024).
Zulkifli menyebutkan kegagalan panen dapat memberikan dampak pada mahalnya harga cabai di berbagai tempat. Sebab, permintaan yang banyak tidak diimbangi ketersediaan yang memadai."Kalau hujan terus-menerus dan lebat, panen gagal. Kalau panen sedikit, permintaannya banyak, harga naik," katanya.
Mendag berharap Kementerian Pertanian atau lembaga terkait lainnya dapat mengembangkan sistem pertanian terutama untuk cabai agar tidak terpengaruh dengan cuaca.
Sementara itu, Zulkifli mengatakan ketersediaan barang kebutuhan pokok selama Ramadhan dan menjelang Idul Fitri terpantau aman dan harga yang cenderung stabil. Harga telur ayam terpantau berkisar antara Rp 29 ribu-Rp 31 ribu.
Jagung pakan ternak berada di harga Rp 5 ribuan, daging ayam Rp 39 ribu-Rp 40 ribu. Ketersediaan beras di pasar-pasar tradisional juga terpantau aman dengan harga stabil.
Untuk beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) tersedia dengan harga eceran tertinggi (HET) Rp 11 ribu per kilogram dan beras premium dari Perum Bulog dijual dengan HET Rp 14 ribu per kilogram.
"Memang kalau beras, beras yang disediakan pemerintah, beras Bulog itu bagus, itu Rp 11 ribu yang SPHP, yang Rp14 ribu beras premiumnya Bulog, harganya dijamin enggak naik. Tapi kalau cari beras lokal, belum panen raya. Memang sudah enggak naik, tapi belum turun harganya masih tinggi," kata Zulkifli.