Paru-parunya Berlubang, Pria 25 Tahun Serukan Masyarakat Berhenti Konsumsi Vape

Pria asal AS itu merokok vape setiap hari selama bertahun-tahun.

AP Photo/Kirsty Wigglesworth
Aneka warna vape sekali pakai dipajang di rak toko cenderamata di London, Inggris, Senin (29/1/2024). Pemerintah Inggris akan melarang penjualan vape sekali pakai dan membatasi varian rasanya dalam usaha mencegah anak kecanduan nikotin.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, LAS VEGAS -- Seorang pria berusia 25 tahun asal Las Vegas Amerika Serikat menyerukan masyarakat untuk berhenti menggunakan vape. Pria bernama Joseph Lawrence itu mengaku imbauan tersebut berasal dari lubuk hatinya yang terdalam setelah dirinya mengalami kondisi paru-paru yang mengkhawatirkan.

Lawrence dilarikan ke unit gawat darurat karena paru-parunya hampir kolaps. Itu terjadi akibat dampak merokok vape setiap hari selama bertahun-tahun.

Baca Juga



Kejadian paru-paru kolaps menyebabkan Lawrence mengalami kesulitan bernapas. Udara menumpuk di antara paru-paru dan dinding dadanya.

Bahaya vape. - (Republika)

Kondisi itu memberikan tekanan yang membuat paru-paru tidak dapat mengembang secara normal. Melalui akun X-nya (sebelumnya bernama Twitter), Lawrence berbagi pengalaman pribadinya dengan harapan dapat mendorong orang lain untuk mempertimbangkan risiko yang terkait dengan vaping.

"Jika Anda ngevape, mohon pertimbangkan untuk berhenti. Itu tidak sepadan. Beberapa hari yang lalu saya dilarikan ke UGD karena tidak bisa bernapas, ternyata paru-paru saya berlubang, untung saya baik-baik saja dan paru-paru saya tidak kolaps sepenuhnya," tulis Lawrence, dilansir The Sun, Jumat (15/3/2024).

Meski begitu, seruan Lawrence tak sepenuhnya mendapat respons positif dari warganet. Sebagian malah mengejeknya dengan mengatakan bahwa mereka sudah ngevape bertahun-tahun tetapi fungsi parunya baik-baik saja.

Lawrence pun menegaskan bahwa dia tidak berbohong tentang kondisinya. Dia mempersilakan warganet untuk mengambil sikap terkait konsumsi vape.

Tingginya popularitas penggunaan vape, terutama di kalangan anak-anak, telah menjadi perhatian serius bagi para ahli kesehatan. Sekitar 4,5 juta orang di Inggris menggunakan vape.

Sebanyak 15,5 persen di antaranya berusia di bawah 25 tahun. Bahkan, data National Health Service (NHS) menunjukkan bahwa satu dari 10 anak usia 11 hingga 15 tahun menggunakan vape secara rutin.

Kenaikan konsumsi vape, terutama merek sekali pakai, telah memicu respons dari pemerintah. Larangan penggunaannya diumumkan oleh PM Inggris Rishi Sunak tahun lalu.

Meskipun rokok elektrik digadang lebih sehat daripada rokok tradisional, masih ada kekhawatiran tentang dampak jangka panjangnya terhadap kesehatan. Dokter dari Johns Hopkins University di Amerika Serikat, Panagis Galiatsatos, menyatakan bahwa penggunaan vape berulang kali dapat menyebabkan dinding paru-paru kehilangan ketahanannya, sehingga meningkatkan risiko robekan dan cedera pada paru-paru.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler