Peristiwa Alam yang Mengiringi Kematian Putra Rasulullah SAW

Gerhana matahari adalah salah tanda kebesaran Allah SWT

ANTARA
Ilustrasi gerhana matahari. Gerhana matahari adalah salah tanda kebesaran Allah SWT
Rep: Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA — Sebagian orang menganggap peristiwa gerhana matahari ada kaitannya dengan  kelahiran maupun kematian seseorang.  

Baca Juga


Padahal peristiwa ini dapat dikaji secara astronomi, yakni ketika posisi bulan berada di antara matahari dan bumi, sehingga cahaya matahari yang memancar ke bumi terhalang oleh bulan.

Dengan kata lain, peristiwa gerhana matahari ini merupakan fenomena alam yang menunjukkan betapa besarnya kekuasaan Allah SWT dan agar menjadikan Allah SWT sebagai satu-satunya tempat menyembah dan memohon perlindungan.

فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ وَخَسَفَ الْقَمَرُ وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ يَقُولُ الْإِنْسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ كَلَّا لَا وَزَرَ  رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ

“Maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan bulan pun telah hilang cahayanya, lalu matahari dan bulan dikumpulkan (terjadilah gerhana), pada hari itu manusia berkata, “Kemana tempat lari?” Tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu tempat kembali pada hari itu.” (QS al-Qiyamah 7-12)

Di zaman Rasulullah SAW pun, ada sebuah kisah yang mengaitkan peristiwa gerhana ini dengan peristiwa kematian dan kelahiran seseorang.  Yakni peristiwa meninggalnya putra Rasulullah SAW, Ibrahim yang masih berusia 18 bulan yang kebetulan bertepatan dengan terjadinya gerhana matahari.

Sehingga memancing respons masyarakat Arab ketika itu, bahwa terjadinya gerhana Matahari ini karena kematian putra Rasulullah SAW sehingga cepat-cepat Nabi Muhammad SAW meresponsnya dan mengatakan, bahwa terjadinya gerhana ini tidak ada kaitannya dengan kematian dan kelahiran seseorang.

Gerhana semata-mata menunjukkan betapa Mahabesar dan kuasa-Nya Allah SWT terhadap alam semesta.

Dikutip dari buku “Pintu-Pintu Hikmah” oleh Supriyadi, Ibrahim bin Muhammad merupakan putra Rasulullah SAW dengan Maria Al-Qibtiyah. Ibrahim meninggal ketika Rasulullah SAW, benar-benar merindukan hadirnya seorang anak laki-laki dari darah dagingnya sendiri.

Sebagaimana diketahui dalam sirah Rasulullah SAW, Rasulullah hanya memiliki anak perempuan yang bertahan hidup hingga dewasa. Sementara itu, anak laki-laki beliau dari pernikahan dengan Sayyidah Khadijah meninggal semua. 

 

Wajar saja ketika Maria Al-Qibtiyah melahirkan anak laki-laki hingga berusia lebih dari setahun bisa bertahan hidup, Rasulullah saw., sangat bahagia. Hanya saja, Allah berkehendak lain. Putra Rasulullah SAW, Ibrahim, pun meninggal ketika masih balita. Usianya ketika itu kira-kira baru satu setengah tahun.

Meninggalnya Ibrahim itu beriringan dengan peristiwa gerhana matahari. Fenomena tersebut dianggap oleh banyak masyarakat Arab bahwa gerhana matahari merupakan tanda kematian seseorang. Melihat masyarakat Arab seperti itu, terutama para sahabat (umat Islam) yang beranggapan tidak sesuai syariat Islam.

عن أبي مَسْعُودٍ قال قال النبي صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ من الناس وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوا

Artinya: Dari Abu Masud RA, dia berkata, "Nabi SAW telah bersabda, "Sesungguhnya matahari dan bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka berdirilah dan kerjakan sholat." [HR al-Bukhari dan Muslim]. 

Dalil ini merupakan pelurusan Rasulullah SAW terhadap pemahaman masyarakat yang salah tentang gerhana. Gerhana merupakan fenomena alam dan Allah telah mengaturnya sedemikian rupa, bukan suatu pertanda dari terjadinya perihal keburukan, kematian, atau kehidupan seseorang.

Selain itu, Rasulullah SAW, juga memerintahkan umat Istam agar sholat gerhana. Tidak lain bahwa gerhana adalah tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Umat Islam harus senantiasa sadar sepenuhnya bahwa Allah SWT itu Mahamenguasai semesta alam.

Fenomena alam seperti itu menyiratkan agar umat manusia senantiasa berpikir dan berzikir kepada Allah SWT. Berpikir mengenai fenomena alam merupakan sebuah perintah sehingga manusia mampu mengambilnya sebagai hikmah ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, umat manusia pun bisa menyadari kekuasaan Allah SWT sehingga berdzikir kepada-Nya. Mengenai hal ini, Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hasyr ayat 21.

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِۗ وَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

“Kalau sekiranya Kami turunkan Alqur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.” 

 

Empat Makna Penting dalam Ayat Laqod Jaakum terkait Nabi Muhammad - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler