Ukraina Masih Menanti Datangnya Bantuan dari AS

Tahun ini Ukraina akan memproduksi lebih dari satu juta kendaraan udara tak berawak,

EPA-EFE/OLEG PETRASYUK
Petugas Layanan Darurat Negara Ukraina membersihkan puing-puing rudal X-101 Rusia yang ditembak jatuh dari lokasi serangan roket, di Kiev, Ukraina, (23/1/2024).
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmytro Kuleba, Selasa (19/3/2024), meyakini bahwa Amerika Serikat (AS) akan memberikan bantuan pada Kiev, meski Kongres belum memutuskan paket bantuan 60 miliar dolar AS (Rp 944 triliun) untuk negara yang dilanda perang itu.

Baca Juga


"Pertama, saya pikir bantuan Amerika akan datang. Kedua, kami melihat mitra Eropa kami secara signifikan meningkatkan produksi dan pembelian militer mereka di negara ketiga untuk membantu Ukraina," kata Kuleba kepada wartawan dalam konferensi pers yang diadakan secara daring.

Menyatakan bahwa upaya yang dilakukan mitra-mitra Kiev di Eropa membantu negara itu mengisi kesenjangan yang disebabkan oleh tertundanya keputusan kongres AS, Kuleba mengatakan, hal itu tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, tetapi akan sangat membantu mempertahankan tekanan.

Kuleba mengatakan, penggunaan senjata yang tersedia secara cerdas dan kepahlawanan tentara, adalah solusi atas kekurangan persenjataan, dan Ukraina terus melakukan upaya permanen untuk menemukan sumber senjata dan amunisi baru bagi tentara mereka. "Kami telah memecahkan banyak masalah. Misalnya, tahun ini Ukraina akan memproduksi lebih dari satu juta kendaraan udara tak berawak untuk garis depan saja, dan ini merupakan angka yang sangat signifikan," katanya.

Berbicara tentang perang Rusia-Ukraina, Kuleba mengatakan Moskow ingin menghancurkan negaranya dan Kiev tak ragu, bahwa Rusia akan terus menyerang negara-negara lain di Eropa atau Asia Tengah, jika mereka berhasil. Karena logika ekspansionis dan ambisi yang membimbing mereka.

"Negara kami dan rakyat kami tidak pernah menginginkan perang ini. Kami tidak pernah menyerang siapa pun dan kami tidak memberikan alasan kepada siapa pun untuk menyerang kami," ujarnya.

Dia mengatakan formula 10 langkah yang diusung Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy adalah satu-satunya rencana realistis, untuk konflik yang telah berlangsung selama 25 bulan ini. "China mempunyai potensi yang sangat besar dalam mengakhiri agresi Rusia terhadap Ukraina karena hubungan khusus yang dimiliki China dan Rusia," tambahnya.

Kuleba juga menggambarkan pemilihan presiden Rusia baru-baru ini sebagai sesuatu yang "di luar kenyataan", dan mengatakan serangan baru-baru ini terhadap kilang minyak di Rusia harus dijelaskan oleh Moskow.

"Ada konsekuensi langsung dari serangan ilegal dan tidak beralasan Rusia terhadap Ukraina. Jika (Presiden Rusia Vladimir) Putin tidak melancarkan serangan ini, ribuan warga Rusia tidak akan tewas di Ukraina dan tidak akan terjadi apa-apa di Rusia," katanya.

 

sumber : Antara, Anadolu
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler