AS dan Jerman akan Luncurkan Satelit Pelacak Pergeseran Massa Air di Bumi

Satelit akan memantau pergeseran penyimpanan air di bawah tanah.

esa
NASA dan Badan Antariksa Jerman (German Aerospace Center) sepakat meluncurkan satelit untuk mengawasi pergeseran massa air.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- NASA dan Badan Antariksa Jerman (German Aerospace Center) telah sepakat untuk bersama-sama membangun, meluncurkan, dan mengoperasikan sepasang wahana antariksa yang akan memberikan wawasan tentang pergeseran massa air, es, dan daratan di Bumi dengan mengukur perubahan bulanan di medan gravitasi planet ini. Melacak perubahan massa berskala besar diyakini bisa memberikan gambaran tentang siklus air di Bumi, termasuk perubahan sebagai respons terhadap pendorong perubahan iklim.

Baca Juga


Dengan perjanjian internasional yang ditandatangani pada akhir 2023, misi Gravity Recovery and Climate Experiment-Continuity (GRACE-C) akan memperpanjang warisan selama hampir 25 tahun yang dimulai dengan peluncuran misi GRACE pada tahun 2002. Misi GRACE-Follow On (GRACE-FO) menggantikan GRACE pada tahun 2018. GRACE-C menargetkan peluncuran tidak lebih awal dari tahun 2028.

Data dari misi GRACE dianggap sebagai informasi penting dalam mengkarakterisasi iklim Bumi. Pengukuran tersebut, bersama dengan informasi lain dan model komputer, secara teratur digunakan untuk penilaian dan prakiraan kekeringan, perencanaan penggunaan air untuk pertanian, dan memahami penyebab kenaikan permukaan air laut, seperti seberapa banyak es yang hilang dari lapisan es dunia.

"GRACE-C mewakili upaya internasional dan kolaboratif untuk mengamati dan mempelajari salah satu sumber daya planet kita yang paling berharga," kata Nicola Fox, administrator asosiasi untuk sains di NASA di Washington.

"Dari garis pantai hingga ke kitchen table, tidak ada aspek dari planet kita yang tidak terpengaruh oleh perubahan siklus air. Kemitraan antara NASA dan German Aerospace Center akan memainkan peran penting dalam mempersiapkan diri menghadapi tantangan yang kita hadapi hari ini dan esok hari,” tambah dia seperti dilansir Phys, Kamis (21/3/2024).

Para insinyur dan ilmuwan sedang menyelesaikan detail desain untuk instrumen dan satelit, dan kemudian tim akan mulai mengerjakan fabrikasi dan pembangunan. Misi ini akan terdiri dari sepasang satelit identik yang terbang di belakang satelit lainnya, dengan jarak sekitar 100 hingga 300 kilometer, di orbit kutub. Wahana antariksa ini akan terbang pada ketinggian sekitar 500 kilometer. Keduanya akan memantau perubahan bulanan pada distribusi air di Bumi akibat variasi medan gravitasi planet ini.

Tarikan gravitasi bervariasi secara alami dari satu tempat ke tempat lain di Bumi, bergantung pada distribusi massa di dekat permukaan. Sebagai contoh, pergeseran besar dalam penyimpanan air bawah tanah (air tanah) atau hilangnya lapisan es akan memindahkan sejumlah besar massa, yang pada gilirannya dapat menggeser medan gravitasi planet dalam skala waktu mingguan hingga bulanan.

Para peneliti dapat mengukur perubahan tersebut dengan mengukur perubahan yang sangat kecil pada jarak antara kedua satelit GRACE-C. Ketika wahana antariksa utama terbang di atas area dengan massa yang relatif lebih besar, sedikit peningkatan medan gravitasi Bumi akan menarik satelit ke depan, meningkatkan jaraknya dari wahana antariksa yang mengikutinya.

Satelit ini mampu mengukur perubahan jarak 100 kali lebih kecil dari ketebalan rambut manusia, instrumen laser ranging interferometer (LRI) secara terus menerus mengukur jarak antara dua pesawat ruang angkasa. Sistem satelit dan orbit GRACE-C akan serupa dengan GRACE-FO, sehingga menjamin kesinambungan pengukuran antara kedua misi tersebut.

"GRACE-C akan dibangun berdasarkan pengamatan selama beberapa dekade terhadap pergerakan air global dan perubahan sumber daya air. Hal ini sangat penting untuk menginformasikan prediksi tren masa depan dalam iklim kita dan untuk menilai ketahanan pangan dan air," kata Frank Webb, ilmuwan proyek GRACE-C di Jet Propulsion Laboratory NASA di California Selatan.

"Misi ini merupakan contoh komitmen yang dimiliki oleh NASA dan mitra kami dari Jerman untuk mempelajari Bumi dan membantu masyarakat untuk mempersiapkan diri dengan lebih baik dalam menghadapi dunia yang memanas,” tambah dia.

GRACE-C, yang sebelumnya dikenal sebagai misi Perubahan Massa, membahas salah satu tujuan utama yang diuraikan dalam Survei Dekadal Ilmu Bumi tahun 2017 yang dilakukan oleh US National Academies of Science, Engineering, and Medicine yaitu untuk lebih memahami siklus air global planet ini melalui penelitian yang lebih baik.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler