Rahasia Rezeki dan Kegigihan yang Disadari Saudagar Muslim Era Generasi Tabiin

Betapa luasnya rezeki yang diberikan Allah SWT kepada makhluk ciptaan-Nya.

Antara/Budi Candra Setya
Burung kangkareng perut putih (Anthraceros albirotris) terbang mencari makan di pohon gebang kawasan Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (3/8/2023).
Rep: Umar Mukhtar Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dahulu ada seorang saudagar Muslim terkenal bernama Ibrahim bin Adham. Ibrahim adalah saudagar yang hidup di zaman tabiin dan memiliki garis keturunan yang tersambung ke Umar bin Khattab.

Ibrahim bin Adham lahir di tengah komunitas orang Arab Kota Balkh. Ini adalah daerah Khurasan timur, yang sekarang masuk bagian Afghanistan). Suatu kali, Ibrahim bin Adham sedang melakukan perjalanan bersama rombongan dagangnya.

Kemudian di tengah perjalanan itu, dia melihat seekor burung yang sayapnya patah, hingga akhirnya ia menghentikan perjalanan. Melihat kondisi burung itu, dia berkata:

 والله لأنظرن من يأتي له بطعامه، أم أنه سيموت

"Demi Allah, aku akan melihat siapa yang akan membawakan makanan untuk burung ini, atau ia akan mati."

Namun tak disangka, ternyata ada seekor burung lain yang datang dan memberi makan kepada burung yang sedang sakit itu. Burung yang baru datang tersebut tampak memasukkan mulutnya ke dalam mulut burung yang sakit itu, untuk memberinya makan.

Berdasarkan apa yang dilihatnya, dia menyadari sungguh betapa luasnya rezeki yang diberikan Allah SWT kepada makhluk ciptaan-Nya di muka bumi. Dari situ pula, Ibrahim membuat keputusan, yakni tidak lagi berdagang karena ingin fokus untuk ibadah.

Baca Juga


Keputusan yang diambil Ibrahim kemudian diketahui oleh...

Keputusan yang diambil Ibrahim kemudian diketahui oleh Abu Bakar Asy Syibli atau Dalfu bin Jahdar Asy Syibli. Asy Syibli merupakan tokoh makrifat yang terkenal dengan doa-doanya. Isi munajat dan permohonan ampun dari Asy Syibli ditulis oleh Syekh Nawawi Al Bantani dalam kitabnya, Nashaih Al-Ibad.

Setelah mengetahui keputusan yang diambil oleh Ibrahim bin Adham yang menghentikan kegiatan perdagangannya, Asy Syibli mendatanginya. Asy Syibli berkata:

 ماذا حدث لتترك تجارتك وتجلس في بيتك هكذا؟

"Apa yang terjadi pada dirimu sampai berhenti dagang dan duduk di rumah seperti ini?"

Lalu Ibrahim bin Adham menceritakan apa yang terjadi pada seekor burung, yang dilihatnya di tengah perjalanan dagang. Mendengar cerita itu, Asy Syibli berkata:

يا إبراهيم، لم اخترت أن تكون الطائر الضعيف ولم تختر أن تكون من يطعمه؟

"Wahai Ibrahim, mengapa kamu memilih menjadi burung yang lemah dan bukan (burung) yang memberi makan?"

Asy Syibli juga pernah menyebutkan satu hadits, yang jika diamalkan hadits tersebut, maka sudah cukup dalam hidup seseorang. Berikut haditsnya:

 اعمل لدنياك بقدر مقامك فيها واعمل لاخرتك بقدر بقائك فيها واعمل لله بقدر حاجتك اليه واعمل للنار بقدر صبرك عليها

"Bekerjalah untuk duniamu sekadar mana engkau akan tinggal di dalamnya. Dan beramallah untuk akhiratmu sekadar mana engkau akan berada di sana. Dan beramallah karena Allah ta'ala, sekadar mana engkau berhajat kepada-Nya. Dan buatlah amalan yang akan memasukkan engkau ke dalam api neraka, sekadar mana engkau sabar menahan siksaannya." (Hadits ini tercantum dalam Ayyuhal Walad karya Imam Ghazali)

Sumber: Al Watan

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler