PBB Nyatakan Dunia Kalah dalam Perang Melawan Sampah Elektronik

Sebanyak 62 juta metrik ton sampah elektronik dihasilkan dalam waktu satu tahun.

www.freepik.com
Dunia kalah dalam perang melawan sampah elektronik.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia kalah dalam perang melawan sampah elektronik, demikian menurut seorang pakar PBB. Pernyataan ini muncul setelah sebuah laporan menemukan bahwa 62 juta metrik ton ponsel dan perangkat seluler dibuang ke planet ini hanya dalam waktu satu tahun, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat sepertiganya pada tahun 2030.

Baca Juga


Sampah elektronik, yang juga dikenal sebagai e-waste, terdiri dari semua barang yang dibuang yang mengandung steker listrik atau baterai. Barang-barang tersebut dapat mengandung zat-zat beracun dan zat-zat berbahaya seperti merkuri, dan merupakan bahaya bagi lingkungan dan kesehatan.

"Barang-barang ini sering kali tidak mudah diperbaiki, dan akhirnya menjadi limbah. Karenanya timbulan limbah global meningkat," kata Kees Balde, spesialis ilmiah senior untuk Program Siklus Berkelanjutan di Institut Pelatihan dan Penelitian Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNITAR).

"Peningkatan jumlah limbah elektronik lebih cepat daripada peningkatan upaya daur ulang sampah elektronik ini. Kita kalah dalam pertempuran ini,” tambah dia seperti dilansir Reuters, Senin (25/4/2024).

Pada tahun 2022, produksi limbah elektronik tahunan di dunia mencapai 62 juta metrik ton, naik 82 persen dari tahun 2010. Produksi limbah elektronik meningkat 2,6 juta metrik ton per tahun, yang berarti dapat mencapai 82 juta metrik ton pada tahun 2030.

"Sebagian besar limbah elektronik ini tidak dikelola dengan baik. Sampah elektronik ini bisa berakhir di tempat pembuangan akhir, seperti barang-barang kecil seperti ponsel atau sikat gigi yang dibuang begitu saja di tempat sampah,” kata Balde.

Para ahli PBB mengaitkan peningkatan ini dengan beberapa faktor termasuk konsumsi yang lebih tinggi, kurangnya pilihan perbaikan, siklus hidup barang elektronik yang lebih pendek, dan infrastruktur pengelolaan limbah elektronik yang tidak memadai.

Balde mencatat bahwa bahkan barang-barang yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi, seperti panel surya, juga berkontribusi terhadap limbah elektronik. Pada tahun 2022, sekitar 600 ribu metrik ton panel fotovoltaik diperkirakan telah dibuang.

Direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi di International Telecommunication Union (ITU) Cosmas Luckyson Zavazava menambahkan bahwa produsen memiliki tanggung jawab dalam hal standarisasi dan memastikan bahwa mereka tidak merugikan konsumen. Dengan begitu, produk yang dihasilkan tidak boleh memiliki siklus hidup yang pendek.

"Saya pikir sektor swasta harus membayangkan dirinya sebagai warga negara yang baik,” kata Zavazaya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler