Saudi Aramco Sebut Upaya Transisi Energi Secara Global Alami Kegagalan
Permintaan bahan bakar fosil dinilai meningkat dari tahun ke tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Saudi Aramco, Amin Nasser, mengatakan bahwa transisi energi telah gagal dan para pembuat kebijakan harus meninggalkan fantasi untuk menghentikan penggunaan minyak dan gas secara bertahap. Karena menurut dia, permintaan bahan bakar fosil akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.
"Di dunia nyata, strategi transisi saat ini terlihat gagal di sebagian besar bidang karena terbentur pada lima kenyataan pahit,” kata Nasser pada konferensi CERAWeek di Houston Texas, seperti dilansir CNBC, Ahad (31/3/2024).
"Pengaturan ulang strategi transisi sangat dibutuhkan, dan usulan saya, kita harus meninggalkan fantasi untuk menghentikan penggunaan minyak dan gas secara bertahap dan sebagai gantinya berinvestasi di sektor ini secara memadai yang mencerminkan asumsi permintaan yang realistis," ujar CEO yang disambut tepuk tangan meriah dari para hadirin.
Badan Energi Internasional (IEA) yang berbasis di Paris telah memperkirakan bahwa puncak permintaan minyak, gas, dan batu bara akan terjadi pada tahun 2030. Namun menurut Nasser, permintaan tidak mungkin mencapai puncaknya dalam waktu dekat, apalagi pada tahun 2030. Nasser menyarankan agar IEA berfokus pada permintaan di AS dan Eropa dan perlu juga berfokus pada negara-negara berkembang.
Nasser mengatakan bahwa sumber-sumber energi alternatif tidak dapat menggantikan hidrokarbon dalam skala besar, meskipun dunia telah menginvestasikan lebih dari 9,5 triliun dolar AS selama dua dekade terakhir. Tenaga angin dan solar saat ini memasok kurang dari 4 persen energi dunia, sementara total penetrasi kendaraan listrik kurang dari 3 persen.
Sementara itu, lanjut Nasser, pangsa hidrokarbon dalam bauran energi global hampir tidak turun di abad ke-21 dari 83 persen menjadi 80 persen. Permintaan global telah meningkat sebesar 100 juta barel setara minyak per hari selama periode yang sama dan akan mencapai titik tertinggi sepanjang masa tahun ini.
Adapun gas, dikatakan Nasser, telah tumbuh 70 persen sejak awal abad ini. Transisi dari batu bara ke gas bertanggung jawab atas dua pertiga pengurangan emisi karbon di AS.
"Ini bukanlah gambaran masa depan yang digambarkan oleh beberapa pihak. Bahkan mereka mulai mengakui pentingnya keamanan minyak dan gas,” kata Nasser.
Sementara itu, negara-negara berkembang di belahan bumi selatan akan mendorong permintaan minyak dan gas seiring dengan meningkatnya kemakmuran di negara-negara tersebut, yang mewakili lebih dari 85 persen populasi dunia, kata CEO tersebut. Negara-negara ini menerima kurang dari 5 persen investasi yang menargetkan energi terbarukan.
Nasser mengatakan bahwa dunia harus lebih fokus pada pengurangan emisi dari minyak dan gas selain energi terbarukan. CEO tersebut mengatakan bahwa peningkatan efisiensi saja selama 15 tahun terakhir telah mengurangi permintaan energi global sebesar hampir 90 juta barel per hari setara dengan minyak. Sementara itu, angin dan matahari hanya menggantikan 15 juta barel dalam periode yang sama.
"Kita harus secara bertahap menggunakan sumber-sumber energi dan teknologi baru ketika mereka benar-benar siap, kompetitif secara ekonomi dan dengan infrastruktur yang tepat," kata Nasser.