Mengapa Kelompok Usia Muda Makin Banyak yang Kena Kanker Usus Besar?

Kanker usus besar makin banyak mengusik kelompok usia muda.

Chris Pizzello / Invision / AP
Dalam file foto Kamis, 6 Juni 2019 ini, Aktor Chadwick Boseman berbicara kepada hadirin dalam upacara Penghargaan Prestasi Kehidupan AFI ke-47 untuk menghormati aktor Denzel Washington di Teater Dolby di Los Angeles. Aktor Chadwick Boseman, yang memerankan ikon Black Jackie Robinson dan James Brown sebelum menemukan ketenaran sebagai Black Panther agung di alam semesta sinematik Marvel, telah meninggal karena kanker. Perwakilannya mengatakan Boseman meninggal Jumat, 28 Agustus 2020 di Los Angeles setelah empat tahun berjuang melawan kanker usus besar. Dia berusia 43 tahun.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Laporan dalam American Cancer Society pada Januari lalu mengindikasikan bahwa kanker kolorektal alias kanker usus besar mengalami peningkatan yang signifikan pada kelompok usia 20-an, 30-an, dan 40-an tahun. Masalah kanker kolorektal pada usia yang lebih muda diprediksi terus membesar seiring dengan berjalannya waktu.

Baca Juga


"Sayangnya, situasi ini menjadi masalah yang kian besar setiap tahun," jelas ahli onkologi dari Center for Gastrointestinal Cancers dan Yale Cancer Center, Dr Michael Cecchini, seperti dilansir New York Times pada Senin (1/4/2024).

Menurut Dr Cecchini, kasus kanker kolorektal di usia muda mengalami peningkatan sekitar dua persen setiap bulan sejak pertengahan 1990-an. Peningkatan yang terjadi secara berkelanjutan ini membuat kasus kanker kolorektal menjadi kanker yang paling banyak menyebabkan kematian pada laki-laki berusia di bawah 50 tahun, dan menjadi kanker paling mematikan kedua pada perempuan berusia di bawah 50 tahun di Amerika Serikat.

Secara umum, kanker kolorektal merupakan istilah yang merujuk pada kasus kanker kolon dan kanker rektal. Menurut sejumlah studi, peningkatan kasus kanker kolorektal pada kelompok usia muda didorong oleh lonjakan kasus kanker rektum dan kanker yang mengenai sisi kiri atau area distal kolon yang ada di dekat rektum.

"Temuan ini mungkin bisa memberikan petunjuk penting untuk memahami apa yang mungkin sedang terjadi," kata associate professor dan peneliti kanker di UTHealth Houston, Caitlin Murphy.

Sejumlah dokter juga meyakini bahwa kemunculan kanker di usia yang lebih muda kerap berkaitan dengan mutasi genetik. Hal ini turut dibuktikan dalam sejumlah studi molekuler yang menemukan bahwa kanker kolorektal di usia muda dipicu oleh mutasi yang berbeda bila dibandingkan dengan kanker kolorektal pada usia lanjut.

Selain faktor mutasi genetik, perubahan gaya hidup dan pola makan juga diyakini turut berkontribusi pada meningkatnya kasus kanker kolorektal, baik di usia muda maupun lanjut. Seperti diketahui, tingkat konsumsi daging merah, makanan ultra proses, dan minuman bergula mengalami peningkatan yang signifikan dalam beberapa generasi ke belakang.

Di samping itu, kebiasaan merokok juga sempat mengalami peningkatan yang signifikan pada periode 1992-1998. Di saat yang sama, aktivitas fisik yang dilakukan oleh kebanyakan orang saat ini mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa puluh tahun ke belakang. Situasi ini semakin diperberat dengan terus meningkatnya angka obesitas sejak 1980-an.

Beragam faktor gaya hidup dan pola makan ini diketahui berkaitan dengan peningkatan risiko kanker. Meski begitu, belum diketahui secara pasti faktor apa saja yang berperan secara langsung dalam meningkatkan kasus kanker kolorektal di usia lebih muda.

"Pada banyak faktor-faktor risiko ini, seperti merokok, Anda harus terpapar cukup lama sebelum kanker terjadi," ungkap Co Director Center for Young Onset Colorectal and Gastrointestinal Cancers di Memorial Sloan Kettering Cancer Center, Dr Andrea Cercek.

Dokter Cercek juga menyoroti bahwa tidak semua pasien kanker kolorektal usia muda memiliki gaya hidup atau pola makan tak sehat. Banyak dari pasien tersebut yang merupakan atlet dan tidak pernah bertubuh gemuk.

Sejumlah studi berskala kecil mengindikasikan bahwa kemunculan kanker kolorektal di usia muda turut dipengaruhi oleh ketidakseimbangan bakteri baik dan jahat di dalam usus. Sedangkan segelintir ahli lain meyakini bahwa paparan zat kimia beracun dari lingkungan juga ikut berperan.

Tes skrining yang menjadi standar emas hingga saat ini adalah kolonoskopi. Alasannya, kolonoskopi memungkinkan dokter untuk melihat "bibit" kanker sekaligus membuangnya.

Kiat Menanggulanginya

Kanker kolorektal pada usia lebih muda tidak boleh diabaikan atau disepelekan. Alasannya, kanker kolorektal seperti ini cenderung lebih agresif dan kerap ditemukan ketika sudah memasuki stadium lanjut. 

Untuk mengenali risiko dan menanggulangi kasus kanker kolorektal di usia lebih muda, salah satu hal yang perlu dilakukan adalah mempelajari riwayat kanker pada keluarga. Bila memiliki riwayat kanker pada keluarga, hal selanjutnya yang perlu dilakukan adalah melakukan skrining kanker di usia yang lebih muda.

Skrining kanker ini bisa dilakukan 10-15 tahun lebih cepat dari usia skrining yang direkomendasikan pada umumnya. Gugus Tugas Layanan Pencegahan Penyakit AS merekomendasikan agar skrining kanker kolorektal harus dimulai pada usia 45 tahun, bukan 50 tahun seperti sebelumnya. 

Bila tak mengetahui riwayat kanker pada keluarga, hal lain yang dapat dilakukan adalah mengenali gejala-gejala kanker kolorektal. Sebagian dari gejala tersebut adalah nyeri perut yang tak bisa dijelaskan, perubahan tekstur feses dan pola buang air besar, serta perdarahan pada rektum.

 

Orang-orang yang mengalami gejala seperti ini dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Melalui konsultasi ini, dokter bisa menegakkan diagnosis dan memberikan terapi yang sesuai dengan kondisi pasien.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler