Dituding Curi Data, Google akan Hapus Riwayat Browsing Rahasia Pengguna

Mode Incognito seharusnya memberikan keleluasaan bagi pengguna menjelajahi internet.

Standard
Google Chrome Incognito. Ilustrasi
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Google setuju untuk akan menghapus miliaran riwayat browsing rahasia milik pengguna. Tindakan ini diambil setelah Google dituding secara diam-diam melacak aktivitas penjelajahan pengguna di peramban dalam mode Incognito atau mode privasi.

Baca Juga


Mode Incognito atau mode privasi seharusnya memberikan keleluasaan bagi pengguna untuk menjelajah internet tanpa meningkatkan jejak apa pun di perangkat mereka. Namun sejak 2020, muncul gugatan kelompok terhadap Google karena perusahaan tersebut diyakini telah melakukan pelacakan terhadap aktivitas pengguna secara diam-diam.

Menurut para pengguna yang mengajukan gugatan kelompok, analitik, cookies, serta aplikasi dari Google memungkinkan mereka untuk melacak aktivitas pengguna di internet saat menggunakan peramban Chrome dalam mode Incognito. Pengguna juga menuding Google bisa melakukan hal serupa ketika pengguna menggunakan mode privasi lain saat berselancar di internet.

Menurut para pengguna, hal tersebut bisa mengubah Google menjadi gudang informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Alasannya, Google dinilai memiliki keleluasaan untuk mempelajari beragam hal pribadi mengenai pengguna, mulai dari makanan favorit, hobi, hingga hal-hal paling intim dan berpotensi memalukan, dari riwayat pencarian atau browsing mereka.

Menyikapi masalah ini, Google setuju untuk menghapus miliaran riwayat browsing pengguna yang dilakukan dalam mode Incognito atau mode privasi. Selain itu, Google juga akan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai data apa saja yang mereka kumpulkan dari riwayat pencarian dalam mode privasi. Google juga akan memberikan keleluasaan bagi pengguna mode Incognito untuk memblok cookies dari pihak ketiga selama lima tahun.

"Hasilnya adalah, Google akan mengumpulkan lebih sedikit data dari sesi pencarian (mode) privasi pengguna, dan Google akan menghasilkan lebih sedikit uang dari data-data tersebut," jelas kuasa hukum penggugat, seperti dilansir Reuters pada Selasa (2/4/2024).

Menurut pihak kuasa hukum penggugat, kesepakatan yang telah disetujui oleh Google ini memiliki nilai lebih dari 5 miliar dolar AS (sekitar Rp 79,5 triliun) atau paling tinggi 7,8 miliar dolar AS (sekitar Rp 124 triliun). Google tidak membayar ganti rugi, namun pengguna dapat mengajukan tuntutan secara individual terhadap Google bila merasa mengalami kerugian.

Juru Bicara Google, Jose Castaneda, menyatakan bahwa perusahaannya merasa puas dengan penyelesaian atas gugatan kelompok tersebut.  Castaneda juga menekankan bahwa Google tidak pernah mengaitkan data dengan pengguna ketika mereka menggunakan mode Incognito.

"Kami dengan senang hati menghapus data-data teknis lama yang memang tidak pernah diasosiasikan dengan individu dan tidak pernah digunakan untuk personalisasi dalam bentuk apa pun," ungkap Castaneda.

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler