Entengnya Israel Sebut Serangan ke Petugas WCK tak Disengaja

Sudah 196 pekerja kemanusiaan tewas dalam serangan Israel ke Gaza.

AP Photo/Abdel Kareem Hana
Orang-orang memeriksa lokasi di mana pekerja World Central Kitchen terbunuh di Deir al-Balah, Jalur Gaza, Selasa, (2/4/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel mengaku akan menyesuaikan taktiknya dalam perang di Gaza seusai membunuh tujuh pekerja kemanusiaan dalam serangan udara yang militer Israel akui sebagai kesalahan. Militer Israel mengatakan hasil penyelidikan atas serangan udara tersebut akan disampaikan ke publik.

Baca Juga


Serangan pada Senin (1/4/2024) lalu, memicu kemarahan negara-negara Barat dan menunjukkan tingginya korban sipil dalam serangan Israel ke Gaza. Terutama para staf lembaga swadaya masyarakat World Central Kitchen (WCK) warga negara Australia, Inggris, Polandia, dan seorang pemilik dwi-kewarganegaraan, Amerika Serikat-Kanada.

PBB mengatakan sudah 196 pekerja kemanusiaan tewas dalam serangan Israel ke Gaza sejak Oktober lalu. Pendiri WCK chef Jose Andres mengatakan. konvoi WCK diserang dengan "sistematis" meski militer Israel mengetahui pergerakan mereka. "Ini tidak disengaja," kata juru bicara pemerintah Israel, Raquela Karamson, Kamis (4/4/2024).

"Jelas ada yang salah di sini dan semakin banyak yang kami ketahui dan yang diungkapkan penyelidikan apa yang sebenarnya terjadi, dan penyebab dari apa yang terjadi, kami pasti akan menyesuaikan praktik kami di masa depan untuk memastikan hal ini tidak terjadi lagi," tambahnya.

Ia mengatakan, hasil penyelidikan membutuhkan beberapa pekan. Namun juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari memberikan tenggat waktu yang lebih pendek. Hagari mengatakan laporan penyelidikan sudah diberikan pada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

"Dan saya yakin, setelah kami menyajikannya pada duta besar dari negara-negar terkait dan anggota organisasi WCK, kami akan mengungkapkannya ke publik dalam sikap transparan dan jelas dan akan segera dilakukan," kata Hagari.

Pensiunan angkatan darat Israel yang pernah menjadi komandan di Gaza, Israel Ziv mengatakan peristiwa itu mungkin disebabkan karena perwira tingkat rendah diberi wewenang untuk menggelar serangan udara. Ia mengatakan di masa tenang, operasi semacam itu memerlukan lampu hijau dari komandan divisi atau jenderal yang bertanggung jawab atas pasukan regional. “Di masa perang situasinya benar-benar berubah, karena jumlah ancaman tidak pernah berakhir,” katanya.

"Bila anda memberikan kebebasan lebih besar, pada pangkat jauh di bawah untuk melepas tembakan, anda membahayakan pasukan dan perang," tambahnya.

Ziv mencatat upaya Israel  menghabisi kapasitas militer Hamas dan menghalangi akses kemanusian ke Gaza, "memperumit situasi." Sebagai langkah awal untuk menebus kesalahan atas kematian staf WCK, Israel mengatakan akan membentuk ruang koordinasi operasional bersama dengan lembaga-lembaga kemanusiaan, yang terletak di dalam Komando Selatan militer, di mana misi-misi Gaza dikelola secara langsung.

Seorang pejabat keamanan Israel yang tidak bersedia disebutkan namanya mengatakan pasukan darat Israel di Gaza berkurang menjadi sekitar seperempat dari jumlah mereka pada puncak invasi. Kini, fokus misi mereka lebih presisi dan mengamankan daerah yang ditaklukkan.

"Hal ini mungkin berkontribusi pada kerentanan 'bebek duduk'. Pasukan lebih suka melakukan serangan, daripada statis dan berpotensi terbuka untuk diserang atau melihat musuh beroperasi dengan kebebasan relatif," kata pejabat itu.

"Penyelidikan harus menentukan, antara lain, apakah pemikiran semacam ini mempengaruhi penilaian siapa pun yang memutuskan konvoi itu harus diserang," tambahnya. Kementerian kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 33 ribu orang Palestina tewas dalam serangan Israel ke Gaza. Hamas mengatakan 6.000 pejuangnya termasuk di antara korban tewas.

Para pejabat Israel mengklaim jumlah korban tewas dari pihak pejuang Palestina lebih dari dua kali lipat.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler