Satu Lagi Kebohongan Zionis, Para Elite Israel Bukan Yahudi Asli Palestina Tapi Pendatang
Para petinggi Israel ternyata adalah pendatang dari luar Israel
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pejabat-pejabat tinggi yang berada di pemerintah Israel saat ini, ternyata bukanlah keturunan asli Yahudi Palestina, atau dengan kata lain bukanlah orang-orang Yahudi yang disebut dalam kitab Suci Taurat.
Pejabat-pejabat Israel saat ini dan para pendahulunya, ternyata merupakan keturunan Yahudi azkhenazi atau Yahudi yang berasal dari negeri Eropa. Di Israel, kelompok Yahudi Ashkenazi dianggap sebagai Yahudi Frist Class, sedangkan Yahudi lainnya dianggap sebagai warga negara kelas dua.
Siapa saja pejabat-pejabat Israel yang ternyata bukanlah keturunan asli Yahudi Palestina?
Pertama, Isaac Herzog. Isaac Herzog merupakan Presiden Israel keturunan Ireland and Eastern Europe. Kakeknya, Isaac Halevi Herzog adalah kepala rabi pertama Irlandia. Ayahnya Chaim Herzog adalah kepala militer Israel pertama (1948–50) dan ibunya, Aura Ambache lahir dari keluarga Eropa Timur yang bermigrasi ke Jaffa.
Kedua, Benjamin Netanyahu. Netanyahu merupakan Presiden Israel keturunan Polandia, ibunya, Tzila Segal adalah seorang Yahudi kelahiran Israel dan ayahnya Benzion Mileikowsky yang mengubah namanya menjadi Benzion Netanyahu adalah seorang Yahudi sekuler dari Polandia.
Ketiga, Yoav Gallant Gallant adalah Menteri Pertahanan Israel yang lahir di Jaffa pada 1958. Ia putra seorang Yahudi Polandia yang selamat dari Holocaust Nazi. Ibunya, Fruma, berada di kapal SS Exodus, sebuah kapal yang mengangkut pengungsi Yahudi Eropa ke Palestina. Gallant diperkirakan akan menjadi Perdana Menteri masa depan menggantikan Netanyahu.
Keempat, Bezazel Smotrich. Smotrich merupakan Menteri Keuangan Israel. Nama belakangnya diambil dari kota Smotrych di Ukraina, tempat nenek moyangnya tinggal. Kakeknya Yaakov berimigrasi ke Palestina sebelum perang dunia II. Jadi Smotrich merupakan Yahudi Israel keturunan Ukraina.
Kelima, Itamar Ben Gvir. Ben Gvir merupakan Menteri Keamanan Sayap Kanan Israel. Itamar Ben Gvir merupakan keturunan imigran Yahudi asal Irak, sedangkan ibunya adalah seorang imigran Yahudi Kurdi.
Keenam, Menteri Perekonomian dan Industri Israel, Eli Cohen. Ia lahir di Holon dari k eluarga Yahudi imigran dari Maroko.
Ketujuh, pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid merupakan seorang Yahudi asal Serbia, sedangkan kakeknya merupakan Yahudi Hongaria.
Kedelapan, mantan menteri pertahanan dan kabinet perang, Benny Gantz, merupakan Yahudi keturunan Hungary (ibu) and Romania (ayah).
Kesembilan, Duta besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan datang dari keluarga dari Yahudi Rumania dan Yahudi Hungaria
Kesepuluh, Diplomat dan penasihat pemerintah Israel, Mark Revege merupakan Yahudi keturunan Australia dan German
Kesebelas, Duta besar untuk Inggris, Tzipi Hotovely merupakan Yahudi keturunan Georgia.
Bahkan hampir semua pendiri negara Israel ini adalah orang-orang Yahudi yang bermigrasi dari Eropa, khususnya Rusia, Eropa Timur, Eropa Tengah, dan sebagian Eropa Barat seperti Jerman.
Mulai dari Chaim Weizmann (presiden pertama Israel) dan David Ben-Gurion (perdana menteri pertama Israel) yang secara resmi menyatakan pendirian negara Israel pada 1948 ternyata juga termasuk Yahudi Ashekenazi.
Yahudi Ashkenazi yang jumlahnya paling besar di Israel adalah Yahudi first class. Sementara itu, penduduk Yahudi lainnya diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.
Di samping itu, orang-orang Arab, baik Muslim, Kristen, Druze, maupun yang lain-lain, yang enggan pergi dari rumahnya sejak kawasan itu dianeksasi Israel juga mendapat diskriminasi, bahkan lebih buruk.
Aljazeera dalam artikel bertajuk "Israel's Great Divide" pada 13 Juli 2016, misalnya, mengungkapkan perlakukan diskriminatif terhadap Yahudi Mizrahi dan Yahudi Sephar di sana. Diskriminasi itu juga ditulis Times of Israel dengan judul "Study Finds Huge Wage Gap Betwween Ashkenazim, Mizrahim”
Yahudi Mizrahi adalah Yahudi dari kawasan Timur Tengah. Sementara itu, Yahudi Sephardi adalah Yahudi Spanyol, yang dahulu merupakan bekas penduduk Andalusia, yang sebagiannya kemudian pindah ke Afrika, terutama Maroko, atau Anatolia yang saat itu dikuasai Khilafah Ottoman, agar tidak dipersekusi dan diinkuisisi saat wilayah itu direbut dari tangan Muslim.
Yang paling telak mengungkap penyamaran Yahudi Ashkenazi tersebut adalah pembuktian genetika. Tes DNA itu dilakukan Eran Elhaik, seorang ahli genetika dari Universitas Johns Hopkins School of Public Health, Amerika Serikat.
Penelitiannya menyebutkan Yahudi Ashkenazi didominasi komponen Khazaria dengan angka fantastis, yaitu 30-38 persen. Sementara itu, komponen Timur Tengahnya, menurut wawancara khusus Haaretz dengan Elhaik, ternyata sangat kecil sehingga sulit untuk mengatakan mereka berasal dari Kanaan (Palestina).
Hasil penelitiannya itu dipublikasikan di Jurnal Genome Biology and Evolution edisi 17 Januari 2013. Di jurnal terbitan Oxford University Press itu, hasil penelitian tersebut ditulis dengan judul The Missing Link of Jewish European Ancestry: Contrasting the Rhineland and the Khazarian Hypothese.