Para Pemimpin Muslim Menolak Undangan Buka Puasa dengan Joe Biden Akibat Perang Gaza

Tidak ada pemandangan yang menggembirakan selama Ramadhan.

pictures17.blog.fc2.com
Gedung Putih (Ilustrasi)
Rep: Mgrol150 Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tidak ada pemandangan yang menggembirakan selama Ramadhan ketika banyak umat Muslim Amerika marah atas dukungan Joe Biden terhadap Israel yang mengepung Jalur Gaza, Gedung Putih memilih untuk mengadakan makan malam buka puasa yang lebih kecil dan satu-satunya yang hadir adalah orang-orang yang bekerja untuk pemerintahannya.

Baca Juga


“Kita berada di dunia yang berbeda, ini benar-benar tidak nyata dan itu menyedihkan,” kata Wa’el Alzayat, Pemimpin Organisasi Advokasi Muslim, dilansir dari AP News, Senin (08/04/2024).

Wa’el menghadiri acara buka puasa bersama tahun lalu, tapi ia menolak undangan untuk berbuka puasa bersama Joe Biden tahun ini dengan mengatakan, “Tidak pantas melakukan perayaan seperti itu saat terjadi kelaparan di Gaza.”

Setelah penolakan dari Wa’el dan pihak lainnya, ia mengatakan, Gedung Putih mengatur kembali rencananya, dan mengatakan kepada para pemimpin masyarakat bahwa mereka ingin menjadi tuan rumah pertemuan yang berfokus pada kebijakan pemerintah. Wa’el masih mengatakan tidak, karena yakin bahwa satu hari saja tidak cukup untuk dapat mengubah pikiran Joe Biden mengenai konflik tersebut.

Akibat terjadinya penolakan tersebut menjadi bukti baru retaknya hubungan antara Joe Biden dan komunitas muslim enam bulan setelah Israel dan Hamas memulai perang mereka. Di luar Gedung Putih, para aktivis berkumpul di tengah hujan untuk berbuka puasa di Lafayette Park. Penyelenggara membagikan kurma, makanan tradisional Ramadhan untuk berbuka puasa saat matahari terbenam.

Nihad Awad, Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam mengatakan, bahwa ia mendorong para pemimpin muslim lainnya untuk menolak undangan ke Gedung putih. Boleh menerimanya dengan syarat, Joe Biden harus menyerukan gencatan senjata.

“Saya yakin presiden adalah satu-satunya orang di dunia yang mampu menghentikan hal ini. Dia dapat mengangkat telepon dan benar-benar memberi tahu Benjamin Netanyahu, jangan gunakan senjata lagi, hentikan saja, dan Benjamin Netanyahu tidak punya pilihan selain melakukannya,” kata Nihad Awad. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler