Puasa Qadha atau Puasa Syawal, Mana yang Harus Didahulukan?

Puasa qadha dan puasa syawal dilakukan setelah Lebaran.

Dok Republika
Ilustrasi berpuasa.
Rep: mgrol151 Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa Ramadhan selama sebulan penuh telah diselesaikan oleh umat Muslim dengan diakhiri perayaan Hari Raya Idul Fitri. Namun, setelah itu ada anjuran untuk menunaikan puasa syawal selama 6 hari .

Baca Juga


Puasa syawal merupakan bentuk rasa syukur atas berkah dan rahmat yang diterima selama bulan Ramadhan. Dengan menjalankan puasa ini, umat Islam menyampaikan terima kasih kepada Allah SWT atas kesempatan untuk menjalani ibadah di bulan Ramadhan dan berharap agar amal ibadah mereka diterima.

Dari sahabat Abu Ayyub Al Anshoriy, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh. (HR. Muslim).

Di sisi lain, jika seorang Muslim masih memiliki utang puasa di bulan Ramadhan karena udzur haid, sakit, musafir, dan lain-lain. Maka, yang perlu didahulukan adalah puasa qadha daripada puasa syawal. 

Sebagaimana Al-'Allamah Abu Zur'ah Al-'Iraqi rahimahullah berkata:

يحصل أصل سنة الصوم وإن لم يحصل الثواب المذكور : لترتبه في الخبر على صيام رمضان ، وإن أفطر رمضان تعديا حرم عليه صومها

(Bagi yang mendahulukan puasa Syawal dari qadha puasa), ia akan mendapatkan pahala pokok sunnah puasa walaupun tidak mendapatkan pahala sempurna setahun penuh. Karena hadits menyebutkan mesti mendahulukan puasa Ramadhan. Namun jika qadha' puasa karena tidak berpuasa tanpa udzur, maka haram baginya berpuasa Syawal. 

Puasa qadha

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah juga berkata, “Siapa yang mempunyai kewajiban qadha puasa Ramadhan, hendaklah ia memulai puasa qadha-nya di bulan syawal. Hal itu lebih akan membuat kewajiban seorang muslim menjadi gugur. Bahkan puasa qadha itu lebih utama dari puasa enam hari Syawal.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 391).

Puasa syawal tidak harus dilakukan secara berturut-turut juga membantu mengurangi tekanan bagi umat Islam. Hal ini memungkinkan umat Muslim untuk fokus pada makna spiritual puasa tersebut tanpa harus merasa tertekan dengan kewajiban menjalankannya secara langsung setelah Idul Fitri.

 

Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Menurut ulama Syafi’iyah, puasa enam hari di bulan Syawal disunnahkan berdasarkan hadits. Disunnahkan melakukannya secara berturut-turut di awal Syawal. Jika tidak berturut-turut atau tidak dilakukan di awal Syawal, maka itu boleh. Seperti itu sudah dinamakan melakukan puasa Syawal sesuai yang dianjurkan dalam hadits. Sunnah ini tidak diperselisihkan di antara ulama Syafi’iyah, begitu pula hal ini menjadi pendapat Imam Ahmad dan Daud.” (Al-Majmu’, 6: 276)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler