PBNU: Serangan Iran Mewakili Kemarahan Dunia Terhadap Israel
Dia menilai harusnya Israel dapat tunduk kepada aturan resolusi dunia melalui PBB.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iran telah menghujani Israel dengan ratusan rudal pada Ahad (14/4/2024) dini hari. Namun, rudal tersebut berhasil dihalau oleh sekutu Israel, yakni AS, Inggris, dan Yordania sehingga hanya memberikan dampak kerusakan kecil terhadap Israel.
Menurut Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozi, serangan Iran terhadap Israel merupakan bentuk kemarahan mereka atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Suriah. Selain itu, menurut pria yang akrab disapa Gus Fahrur ini, serangan Iran juga dapat dianggap mewakili kemarahan dunia terhadap Israel atas aksi kejinya selama ini terhadap rakyat Palestina.
“Serangan Iran mungkin mewakili kemarahan dunia atas tindakan mereka yang semena-mena terhadap bangsa Palestina dan penyerangan terhadap aset negara Iran,” ujar Gus Fahrur kepada Republika, Senin (15/4/2024).
Menurut Gus Fahrur, perang sejatinya hanya akan membuat rakyat dunia semakin sengsara, terutama mereka yang berada di daerah Konflik. Menurut Gus Fahrur, konflik di Timur Tengah akar masalahnya adalah bangsa Israel. Dia menilai harusnya Israel dapat tunduk kepada aturan resolusi dunia melalui PBB.
“Kita mendukung penuh kemerdekaan Palestina yang berdaulat. Semoga perang terbuka dapat dihindarkan dan upaya damai bisa dilakukan untuk kebaikan semuanya,” ujar Gus Fahrur.
Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) meluncurkan sekitar 300 rudal dan drone ke wilayah pendudukan Israel. Serangan tersebut sebagai tanggapan atas serangan terhadap konsuler kedutaan Iran di ibu kota Suriah. Serangan tersebut menewaskan dua komandan militer senior dan lima petugas lainnya.
Menurut Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian, operasi tersebut menargetkan pusat intelijen dan mata rezim Zionis yang telah digunakan untuk mengarahkan semua operasi selama enam bulan terakhir, termasuk operasi baru-baru ini terhadap kedutaan Republik Islam Iran di Damaskus.
“Angkatan bersenjata kami tidak menargetkan pusat ekonomi atau populasi apa pun, bahkan dalam serangan terhadap pangkalan militer. Ketelitian yang diperlukan telah diperhitungkan dalam menghadapi dan merespons rezim Zionis," kata Amir-Abdollahian.