Terumbu Karang di Seluruh Dunia Alami Pemutihan Massal Akibat Pemanasan Laut

Jika pemutihan terjadi parah dan berlangsung lama, terumbu karang bisa mati

ANTARA FOTO/Bayu Pratama S
Koloni karang cabang (acropora sp) di kawasan konservasi. Para ilmuwan terumbu karang ternama pada Senin (15/4/2024), mengatakan terumbu karang di seluruh dunia mengalami pemutihan global
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Para ilmuwan terumbu karang ternama pada Senin (15/4/2024), mengatakan terumbu karang di seluruh dunia mengalami pemutihan global untuk keempat kalinya. Ini sebagai akibat dari pemanasan air laut di tengah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia. 


Dilansir ABC News, Selasa (16/4/2024), pemutihan terumbu karang di setidaknya 53 negara, wilayah atau perekonomian lokal telah dikonfirmasi sejak Februari 2023 hingga sekarang. Itu dikatakan oleh para ilmuwan dari National Oceanic and Atmospheric Administration dan International Coral Reef Initiative. 

Hal ini terjadi ketika karang yang stres mengeluarkan alga yang menjadi sumber makanannya dan memberi warna pada karang tersebut. Jika pemutihan terjadi parah dan berlangsung lama, karang bisa mati. 

Terumbu karang merupakan ekosistem penting yang menopang kehidupan bawah air, melindungi keanekaragaman hayati, dan memperlambat erosi. Mereka juga mendukung perekonomian lokal melalui pariwisata.

Pemutihan telah terjadi di berbagai daerah selama beberapa waktu. Di ekosistem terumbu karang terbesar di dunia, Great Barrier Reef Australia, pemutihan memengaruhi 90 persen karang yang dinilai pada 2022. Florida Coral Reef, yang terbesar ketiga, mengalami pemutihan yang signifikan tahun lalu. 

Tetapi agar pemutihan dapat dinyatakan dalam skala global, pemutihan yang signifikan harus didokumentasikan di setiap cekungan laut utama, termasuk Samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia, baik di belahan bumi utara maupun selatan. 

Berita Senin (!5/4/2024) ini menandai peristiwa pemutihan di seluruh dunia dalam waktu 10 tahun terakhir. Bencana pemutihan terakhir berakhir pada Mei 2017. Disebabkan oleh pola iklim El Nino yang memanaskan lautan di dunia, bencana ini berlangsung selama tiga tahun dan diperkirakan lebih buruk dibandingkan dua peristiwa pemutihan sebelumnya pada 2010 dan 1998. 

Pemutihan tahun ini mengikuti pernyataan bahwa 2023 adalah tahun terpanas yang pernah tercatat. 

“Ketika lautan di dunia terus menghangat, pemutihan karang menjadi lebih sering dan parah,” kata Derek Manzello, koordinator NOAA Coral Reef Watch, dalam sebuah pernyataan. 

Selina Stead, ahli biologi kelautan dan kepala eksekutif Institut Ilmu Kelautan Australia, menyebut perubahan iklim sebagai “ancaman terbesar bagi terumbu karang di seluruh dunia. “. Stead mengatakan para ilmuwan sedang berupaya untuk mempelajari lebih lanjut tentang bagaimana karang merespons panas dan untuk mengidentifikasi karang alami yang tahan terhadap panas, namun menurutnya “penting bagi dunia untuk berupaya mengurangi emisi-emisi karbon.” 

Salah satu terumbu karang yang kondisinya lebih baik dibandingkan terumbu karang lainnya tahun lalu adalah Flower Garden Banks National Marine Sanctuary, yang mendapat perlindungan karena lokasinya yang berada di perairan lebih dalam di Teluk Meksiko sekitar 100 mil lepas pantai Texas. Para pejabat cagar alam tidak segera menanggapi pesan pada Senin (15/4/2024) yang meminta informasi terkini mengenai kesehatan karang di cagar alam. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler