Pejabat Belanda Prediksi 20 Tahun Lalu Iran Jadi Kekuatan Baru di Timur Tengah
Iran menjadi poros kekuatan perdamaian di Timur Tengah
REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Serangan Iran ke Israel pada Ahad (14/4/2024) dini hari WIB menjadi perhatian dunia internasional.
Iran melancarkan serangan ke Israel dengan mengirim puluhan drone seperti dilaporkan Axios dilansir Times of Israel.
Sementara Sky News Arab mengutip media Iran mengatakan bahwa sebanyak 50 drone diterbangkan menuju Tel Aviv.
Penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, mengatakan Israel panik dengan kemungkinan respons Iran atas serangan mematikan di kantor konsulat Iran di Suriah. Serangan itu menewaskan tujuh orang, termasuk perwira senior Garda Revolusi Iran.
"Pekan ini Zionis sepenuhnya panik dan dalam keadaan waspada," kata Yahya Rahim Safavi pada kantor berita ISNA seperti dikutip dari Aljazirah, Sabtu (13/4/2024).
"Mereka tidak tahu apa yang ingin Iran lakukan, sehingga mereka dan pendukung mereka ketakutan," katanya seperti dikutip ISNA.
Angkatan Darat Israel mengumumkan menangguhkan cuti unit tempurnya dan mengatakan pemerintah memutuskan meningkatkan jumlah personel dan tentara wajib militer untuk beroperasi di pertahanan udara.
"Perang politik, media, dan psikologis ini lebih menakutkan bagi mereka dibandingkan perang itu sendiri, karena mereka menunggu serangan setiap malam dan banyak dari mereka yang melarikan diri dan berlindung di tempat perlindungan," kata Safavi.
Sebelumnya, Garda Revolusi Iran dilaporkan menyita kapal kargo MSC Aries yang memiliki hubungan dengan Israel.
Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz mendesak Uni Eropa menjatuhkan sanksi pada Iran dan mendeklarasikan Garda Revolusi sebagai "organisasi teroris".
“Rezim Ayatollah Khamenei adalah rezim kriminal yang mendukung kejahatan Hamas dan sekarang melakukan operasi pembajakan yang melanggar hukum internasional,” kata Katz.
Terkait keberadaan Iran sebagai poros baru di Timur Tengah pernah diungkapkan sejumlah penjabat negara beberapa dekade lalu.
Jozias Van Aartsen, yang saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Belanda pada tahun 2000 mengatakan, kekuatan baru proses perdamaian di Timur Tengah kini berada di tangan Iran. Pendukung setia perjuangan Lebanon dalam menghadapi Israel ini pun mulai unjuk gigi di wilayah diplomasi regional. ''Iran adalah salah satu pihak yang harus diperhitungkan,'' ujar Aarsten.
''Iran memang menunjukkan antusiasme berdiplomasi. Tetapi mereka juga cukup bijak menyikapi ini,'' ujar seorang diplomat Eropa.
Ini terlihat dari upaya Menlu Iran Kamal Kharazi ketika itu, yang sibuk melakukan diplomasi ke Beirut (Lebanon) dan Damaskus (Suriah) sejak penarikan mundur Israel dari Lebanon selatan, Rabu (24/5) lalu.
Padahal, lanjut diplomat itu, Iran tak tampak berperan aktif untuk memaksa perginya Israel dari Lebanon selatan. ''Namun tak seorang pun bisa mengatakan kunjungan ke Beirut dan Damaskus hanya sekadar pura-pura,'' ujarnya.
''Iran adalah negara penting di kawasan ini. Saat ini, menyusul penarikan mundur Israel, kunci perdamaian Timur Tengah adalah koordinasi dan konsultasi yang lebih baik di antara negara-negara terkait,'' ungkap Salah Zawawi, yang saat itu menjabat sebagai wakil Palestina di Teheran.
Hubungan Iran dengan beberapa negara Timur Tengah pun terbilang mesra. Iran telah lama menjadi mitra istimewa Suriah. Dengan Lebanon terjalin pula hubungan yang sempat ditandai dengan kunjungan resmi Presiden Lebanon ketika itu yaitu Emile Lahoud ke Teheran pada 19 dan 20 April tahun 2000. Bukti keeratan hubungan Iran-Lebanon tampak dari dukungan negeri ini pada gerakan Hizbullah secara politik, keuangan dan militer.
Tapi untuk Israel, Iran selalu bersikap keras dan tak akan pernah mengakui keberadaan bangsa Zionis ini. Kritik-kritik tajam pun dilontarkan Iran untuk negara-negara yang menjalin hubungan dengan negara Yahudi tersebut. Bahkan Presiden Iran Mohammad Khatami menetapkan tanggal 25 Mei sebagai hari pembebasan seluruh wilayah pendudukan.
Menurutnya, Teheran menilai penarikan mundur dari Lebanon hanya sebuah langkah awal. ''Penarikan mundur Israel dari Lebanon belum selesai. Selama ini belum selesai dilakukan maka kita tidak bisa menerapkan resolusi 425 Dewan Keamanan PBB,'' ujar Kharazi.
Menlu Iran ini adalah pejabat asing pertama yang mengunjungi Lebanon setelah Israel mundur dari wilayah ini. Menurut Kharazi, kunjungan itu merupakan saat berbagi kegembiraan kemenangan untuk seluruh umat Muslim di seluruh dunia