London Gelar Aksi Renungan Pejuang Kesehatan di Gaza

Ilmuwan, paramedis, fisioterapis, termasuk di antara petugas kesehatan yang terbunuh.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Seorang anak keluarga Radwan yang terluka menerima perawatan di Rumah Sakit Kuwait setelah serangan udara Israel mengebom rumah keluarga di kamp pengungsi Rafah, Jalur Gaza selatan, 19 April 2024.
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sebuah acara renungan diadakan pada Jumat (19/4/2024) di luar kantor perdana menteri di London untuk memperingati petugas kesehatan yang dibunuh oleh Israel di Jalur Gaza. Selama demonstrasi yang diselenggarakan oleh lembaga Healthcare Workers 4 Palestine ini, nama dan foto petugas kesehatan tersebut ditempatkan di lokasi acara bersama dengan seragam mereka untuk mengenang terbunuhnya para petugas itu.

Baca Juga


Para petugas kesehatan Inggris, termasuk di antara peserta acara yang hadir dan mengheningkan cipta selama satu menit untuk mengenang rekan-rekan mereka. Uroosa Mayet, seorang fisioterapis, mencatat bahwa ilmuwan medis, paramedis, fisioterapis, ahli terapi okupasi, ahli terapi bicara dan bahasa, apoteker, psikolog, radiografer, termasuk di antara petugas kesehatan yang terbunuh di Gaza.

“Kami menyerukan kepada semua petugas kesehatan untuk menggunakan suara mereka dengan cara apa pun yang mereka bisa, terutama mereka yang berada di posisi kepemimpinan, untuk berpihak pada kemanusiaan,” katanya kepada pengunjuk rasa.

Ia juga meminta petugas kesehatan menggunakan posisi mereka untuk menyerukan gencatan senjata secara kolektif dan segera dan permanen. Ia mendesak pembebasan kolektif warga Palestina yang tidak bersalah, warga sipil Israel, dan pekerja kesehatan yang masih menjadi sandera, ditahan, atau ditahan. "Kita tidak bisa diam. Kita tidak bisa netral," ucapnya.

Lebih dari 34 ribu warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza. Kemudian, lebih dari 76.800 orang terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.

PBB mencatat perang Israel telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih dan obat-obatan. Sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.

Serangan yang tak henti-hentinya telah mengakibatkan kematian ratusan petugas kesehatan dan puluhan personel pertahanan sipil. Serangan tersebut juga menyebabkan kematian 140 jurnalis dan menyebabkan 17.000 anak bertahan hidup tanpa salah satu atau kedua orang tuanya.

sumber : Antara, Anadolu
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler