DKI Terapkan Inovasi Pengendali Banjir di Kawasan Rawan Terendam

Dimulai dari pembangunan infrastruktur pengendali banjir hingga optimalisasi sarpras.

Republika/Prayogi
Kendaraan menerobos genangan air yang merendam di Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jumat (22/3/2024). DKI tengah berinovasi sistem pengendali banjir.
Red: Ilham Tirta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta menerapkan enam inovasi pengendali banjir yang di tempatkan pada lokasi-lokasi langganan banjir setiap kali hujan deras. Inovasi tersebut mulai dari pembangunan infrastruktur pengendali banjir di berbagai wilayah Jakarta, hingga optimalisasi dan pemeliharaan sarana prasarana pengendali banjir.
 
"Inovasi ini akan diimplementasikan dan diteruskan untuk meminimalkan dampak curah hujan yang tinggi," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas SDA DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum saat dihubungi di Jakarta, Senin (22/4/2024).
 
Enam inovasi itu antara lain pembangunan infrastruktur pengendali banjir seperti waduk atau embung, penguatan tanggul kali, pembangunan sistem polder atau pompa, penyiagaan dan pengecekan berkala rumah pompa, pintu air, hingga alat berat. Kemudian, penyiagaan satuan tugas (satgas) di lapangan serta peningkatan kapasitas drainase kawasan.
 
Ika mengaku telah mengalokasikan anggaran untuk pembangunan delapan waduk atau embung dengan enam pembangunan lanjutan, yakni Waduk Marunda, Waduk Dukuh 2, Waduk Munjul, Waduk Cilangkap, revitalisasi Embung Kaja, dan penyelesaian Embung Pekayon. Hal ini masih ditambah dua waduk lainnya yang segera dibangun, yakni Embung SDN 01 Petukangan Selatan dan Embung Jalan Pemuda Srengseng Sawah.
 
"Waduk atau embung bisa dikosongkan untuk menampung air dan antisipasi terjadinya genangan. Sehingga, kapasitas daya tampung airnya bisa optimal," ujar Ika.
 
Pemprov DKI Jakarta juga memasang turap beton (sheet pile) pada sisi kali atau sungai agar tidak terjadi longsor yang ditempatkan di Kali Pesanggrahan, Jakarta Barat, dan Kali Sunter segmen Pompa Pulomas, Jakarta Utara. Selain itu, Pemprov DKI juga rutin melakukan pengerukan di kali atau sungai, waduk atau situ atau embung, dan saluran air untuk mengangkat sedimen lumpur.
 
Lebih lanjut, Ika mengatakan, pihaknya juga membangun lima sistem polder atau pompa, dua pompa stasioner sedang direvitalisasi, 580 unit pompa stasioner tersebar di 202 lokasi, dan 557 unit pompa bergerak yang tersebar di lima wilayah administrasi Jakarta.
"Lalu, ada 845 unit pintu air di 589 lokasi, 254 unit alat berat, 460 unit truk pengangkut, dan menyiagakan 4.013 personel pasukan pengendalian banjir dan pengelolaan pesisir pantai," kata Ika.
 
Upaya selanjutnya yakni mengatasi banjir pasang laut (rob) melalui percepatan proyek pembangunan kawasan pesisir terintegrasi ibu kota negara atau national capital integrated coastal development (NCICD) fase A di utara Jakarta. Salah satu dari pembangunan NCICD fase A adalah pengadaan tanggul pengaman pantai di kawasan Muara Angke, Pantai Mutiara, Sunda Kelapa-Ancol Barat, dan Kali Blencong (Kawasan Cilincing-Marunda).
 
"Pembangunan pompa dan pintu air di muara sungai, serta sistem pengawasan dan peringatan dini banjir rob," kata Ika.
 
Sebelumnya, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Santoso menyebut revitalisasi beberapa lokasi sungai, percepatan pembuatan turap, dan pembangunan sodetan menjadi menjadi solusi untuk mengatasi banjir di Jakarta Barat (Jakbar). Revitalisasi sungai yang dimaksud salah satunya Kali Semongol di kawasan Kalideres dan beberapa lokasi lainnya dan mempercepat pembangunan turap beton.

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler