Hewan Peliharaan Bisa Tularkan Bakteri Kebal Antibiotik, Lakukan Ini Kalau Kucing Sakit

Resistensi antibiotik merupakan ancaman kesehatan masyarakat terbesar umat manusia.

Republika/Qommarria Rostanti
Kucing peliharaan. Ketika binatang peliharaan sakit, pisahkan di ruangan lain agar bakteri penyebab penyakitnya tidak menyebar.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para peneliti Portugal menemukan hewan peliharaan dapat menularkan bakteri yang kebal antibiotik kepada pemiliknya. Temuan itu dipresentasikan di Kongres Global European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases (ESCMID).

"Ketika binatang peliharaan Anda sakit, isolasi di ruang terpisah untuk menjaga agar bakteri penyebab penyakitnya tidak menyebar ke seantero rumah," kata peneliti utama Juliana Menezes dari University of Lisbon.

Menezes juga mengingatkan agar masyarakat membersihkan rumah dengan saksama ketika binatang peliharaannya sakit. Ia menyebut temuan timnya pentingnya memasukkan keluarga yang memiliki hewan peliharaan dalam program nasional yang memantau tingkat resistensi antibiotik.

Untuk sampai pada kesimpulan tersebut, peneliti menguji sampel feses dan urine serta usapan kulit dari anjing dan kucing serta para pemiliknya. Dilansir The Sun, Senin (22/4/2024), mereka mencari Enterobacterales yang resisten terhadap antibiotik umum. Enterobacterales adalah keluarga besar bakteri yang mencakup E.coli dan Klebsiella pneumoniae.

Baca Juga



Para peneliti mengamati lima kucing, 38 anjing, dan 78 manusia dari 43 rumah tangga di Portugal dan 22 anjing dan 56 manusia dari 22 rumah tangga di Inggris Raya (UK). Semua manusia dinyatakan sehat, sementara hewan peliharaan terpantau mengalami infeksi kulit dan jaringan lunak atau infeksi saluran kemih.

Tiga kucing dan 21 anjing serta 28 pemilik binatang peliharaan itu memiliki Enterobacterales yang resisten terhadap sefalosporin generasi ketiga.  Di lima rumah tangga, satu rumah dengan seekor kucing dan empat rumah dengan anjing, baik peliharaan maupun pemiliknya membawa bakteri yang resisten.

Analisis genetik mengungkap adanya infeksi bakteri dari strain yang sama. Ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut ditularkan dari hewan peliharaan ke pemiliknya atau sebaliknya.

Di salah satu dari lima rumah tangga ini, seekor anjing dan pemiliknya juga memiliki strain Klebsiella pneumoniae yang kebal antibiotik yang sama. Menezes menyebut, tidak mungkin membuktikan arah penularannya.

Meski begitu, lanjut Menezes, garis waktu dari hasil tes yang positif sangat menunjukkan bahwa bakteri tersebut berpindah dari hewan peliharaan ke manusia dalam beberapa kasus. Menurutnya, mempelajari lebih lanjut tentang resistensi antibiotik pada hewan peliharaan akan membantu pengembangan intervensi yang terinformasi dan tepat sasaran untuk menjaga kesehatan hewan dan manusia.

Bakteri super yang resisten terhadap antibiotik membunuh lebih dari satu juta orang di seluruh dunia setiap tahunnya. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa dunia sedang menuju era "pasca antibiotik".

Berbagai proyeksi telah menunjukkan bahwa resistensi antimikroba (AMR) bisa merenggut 10 juta nyawa setiap tahunnya pada 2050. WHO mengklasifikasikannya sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat terbesar yang dihadapi umat manusia karena penyebaran bakteri super dapat menyebabkan infeksi rutin dan operasi rutin menjadi sesuatu mengancam jiwa.

Menezes mengungkapkan pengawasan terhadap penularan bakteri yang resisten terhadap antimikroba antara manusia dan hewan, termasuk hewan peliharaan, sangat penting dalam menjaga tingkat resistensi. Hal ini berkebalikan dengan kepercayaan tradisional bahwa manusia adalah pembawa utama bakteri yang resisten antibiotik di masyarakat.

"Memahami dan mengatasi penularan bakteri AMR dari hewan peliharaan kepada manusia sangat penting untuk memerangi resistensi antimikroba secara efektif pada populasi manusia dan hewan," ujar dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler