Penyakit Rusa Zombie Dikhawatirkan Bisa Menular ke Manusia, Gejalanya Seperti Apa?

Pemburu asal AS wafat setelah makan daging rusa terinfeksi chronic wasting disease.

ANTARA/Wahdi Septiawan
Pengunjung memberi makan rusa tutul (axis axis) di Kebun Binatang Taman Rimbo, Jambi, Ahad (8/5/2022). Ada bukti kuat bahwa penyakit rusa zombie dapat menyebar ke manusia.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan khawatir 'penyakit rusa zombie' bisa menular ke manusia. Kecemasan itu timbul setelah dua pemburu asal Amerika Serikat meninggal dunia tidak lama setelah memakan daging rusa yang terinfeksi penyakit yang juga dikenal dengan nama chronic wasting disease (CWD) atau penyakit pengecilan (wasting) kronis itu.

Sebelum meninggal dunia, pasien menunjukkan gejala neurologis serupa yang terlihat pada hewan, sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa CWD dapat menular dari rusa ke manusia. Penyakit ini menyerang otak dan sistem saraf, menyebabkan hewan mengeluarkan air liur, lesu, dan kurus kering.

Dikutip dari lamanThe Sun, Selasa (23/4/2024), CWD mendapat julukan 'penyakit rusa zombie' karena rusa yang terinfeksi akan memiliki tatapan kosong. Beberapa ahli khawatir penyakit ini bisa menular ke manusia dengan cara yang mirip dengan penyakit sapi gila di tahun 1990-an.

Para ilmuwan di Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Texas di San Antonio telah meneliti kematian para pemburu yang terjadi pada 2022. Temuan mereka menunjukkan bukti kuat bahwa penyakit tersebut mungkin berpotensi menyebar dari hewan ke manusia.

Salah satu pasien adalah pria berusia 72 tahun. Dia mengalami kebingungan, agresi yang cepat, serta kejang, lantas meninggal dalam waktu satu bulan meskipun telah mendapat perawatan. Setelah kematiannya, dia didiagnosis mengidap penyakit sporadis Creutzfeldt-Jakob (CJD), suatu kondisi pengecilan otak. Penyakit sapi gila adalah bentuk lain dari CJD.

Baca Juga


"Riwayat pasien, termasuk kasus serupa di kelompok sosialnya, menunjukkan kemungkinan penularan CWD dari hewan ke manusia," kata peneliti dalam laporan kasus yang diterbitkan bulan ini di jurnal Neurology.

Teman si pemburu juga meninggal dunia karena penyakit yang sama, namun studi tidak memberikan banyak rincian tentang kondisinya. Rincian tentang tempat tinggal atau informasi perburuan para pria tersebut juga tidak dibahas dalam penelitian.

CWD merupakan penyakit prion yang tidak dapat disembuhkan yang menyerang berbagai jenis rusa. Penyakit prion adalah keluarga penyakit neurodegeneratif langka namun agresif yang menyerang hewan dan manusia (CJD adalah penyakit prion manusia).

Istilah 'prion' merujuk pada sejenis protein yang dapat memicu protein normal di otak terlipat secara tidak normal. Pelipatan protein prion yang tidak normal dapat menyebabkan kerusakan otak, cacat parah, perubahan kepribadian, kesulitan bergerak, serta gejala lain.

Para ilmuwan masih belum mengetahui banyak tentang penyakit prion, namun penyakit ini cenderung berakibat fatal. Sejauh ini, CWD pada rusa telah terdeteksi di 32 negara bagian AS, serta tiga provinsi di Kanada, Korea Selatan, Finlandia, Norwegia, dan Swedia.

Diperlukan waktu lebih dari satu tahun bagi hewan yang terinfeksi untuk menunjukkan gejala, dan satwa bisa mati sebelum mulai mengeluarkan air liur atau memiliki tatapan kosong. Belum ada pengobatan atau vaksin yang efektif untuk mengatasi penyakit ini.

Seperti CWD, CJD juga disebabkan oleh pelipatan prion yang tidak normal. Pada sebagian besar kasus, CJD berkembang secara sporadis, namun ada juga subtipe CJD yang dapat diturunkan jika salah satu orang tua membawa mutasi yang menyebabkan terbentuknya prion di otak seseorang saat dewasa.

Penyakit sapi gila, salah satu bentuk CJD, ditularkan dari hewan ke manusia melalui daging yang terkontaminasi dari sapi yang mengidap gangguan neurologis bovine spongiform encephalopathy (BSE). Kebanyakan orang yang terinfeksi meninggal dalam waktu satu tahun setelah diagnosis.

Dalam studi terbaru, para ilmuwan tidak menginformasikan apakah daging rusa tertentu yang dimakan para pemburu pernah diuji untuk CWD. Karena sangat sulit membedakan CJD dan CWD, para peneliti juga tidak dapat membuktikan bahwa laki-laki tersebut tertular infeksi dari daging rusa. Akan tetapi, ada kemungkinan penularan karena riwayat kedua pemburu tersebut memakan daging dari kawanan yang terinfeksi.

"Dengan penyebab yang masih belum terbukti, tim kami menekankan perlunya penyelidikan lebih lanjut mengenai potensi risiko mengonsumsi rusa yang terinfeksi CWD dan implikasinya terhadap kesehatan masyarakat," tutur para peneliti.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler