Standar Ganda Barat: Mahasiswa Universitas New York Ditangkap Seusai Demo Bela Palestina

Lebih dari 130 orang ditangkap sesuai demo bela Palestina

Republika/Putra M. Akbar
Seorang anak duduk di dekat pop art bergambarkan bendera Palestina saat aksi solidaritas untuk Palestina (ilustrasi)
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Aksi demonstrasi mahasiswa semakin meningkat di Amerika Serikat (AS) terkait perang Israel-Hamas. 

Baca Juga


Lebih dari 130 orang telah ditangkap setelah melakukan aksi Bela Palestina pada Senin (22/4/2024) malam di kampus Universitas New York (NYU).

Seperti dilansir Arabnews, Rabu (24/4/2024), beberapa universitas paling bergengsi di Amerika telah diguncang protes dalam beberapa minggu terakhir ketika mahasiswa dan aktivis lainnya mengambil alih kampus dan mengganggu aktivitas kampus.

Demonstrasi ini terjadi di tengah perdebatan luas mengenai serangan Israel di Gaza, menyusul invasi mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu. 

Pusat-pusat pendidikan tinggi tersebut – Harvard, Yale, Columbia dan lainnya – sedang bergulat untuk mencapai kesepakatan antara mahasiswa yang menuntut hak kebebasan berpendapat dan pihak lain yang berpendapat bahwa kampus mendorong intimidasi dan ujaran kebencian.

Pada Selasa (23/4/2024), Departemen Kepolisian New York mengatakan kepada AFP bahwa 133 orang telah ditangkap di Universitas New York dan dibebaskan setelah diberikan panggilan pengadilan, sementara protes juga meningkat di Yale, Universitas Columbia dan kampus lainnya.

Ketika hari raya Paskah dimulai pada Senin (22/4/2024) malam, polisi mulai menahan para demonstran di sebuah perkemahan di Universitas New York yang sebelumnya menolak perintah untuk bubar.

Juru bicara Universitas New York mengatakan, keputusan untuk memanggil polisi dilakukan setelah pengunjuk rasa lainnya, yang banyak di antaranya tidak dianggap berafiliasi dengan Universitas New York, tiba-tiba melanggar penghalang yang didirikan di sekitar perkemahan.

Hal ini secara dramatis mengubah situasi, kata juru bicara tersebut dalam sebuah pernyataan di situs web kampus pada Senin (22/4/2024). Lalu terjadilah kekacauan dan beberapa insiden antisemit. 

“Mengingat hal di atas dan masalah keamanan yang ditimbulkan oleh pelanggaran tersebut, kami meminta bantuan dari NYPD. Polisi mendesak orang-orang yang berada di alun-alun untuk pergi dengan damai, namun akhirnya melakukan sejumlah penangkapan.”

Juru bicara tersebut mengatakan, pihaknya terus mendukung kebebasan berekspresi dan keselamatan mahasiswa. Namun, protes telah berkembang menjadi besar dan cukup mengganggu untuk menarik perhatian Presiden Joe Biden dan pemerintahannya.

“Kebencian anti-Semit di kampus-kampus tidak dapat diterima,” kata Menteri Pendidikan AS, Miguel Cardona memposting di akun X pada Selasa (23/4/2023), mengungkapkan keprihatinannya atas kerusuhan tersebut.

Protes dimulai pekan lalu di Universitas Columbia, juga di New York, dengan sekelompok besar demonstran mendirikan “Perkemahan Solidaritas Gaza” di halaman kampus. 

Namun lebih dari 100 pengunjuk rasa ditangkap setelah otoritas universitas memanggil polisi ke kampus Columbia pada Kamis (18/4/2024) lalu, sebuah tindakan yang tampaknya meningkatkan ketegangan dan memicu lebih banyak orang yang berpartisipasi pada akhir pekan.

Gambar-gambar di media sosial pada Senin (2/4/2024) malam menunjukkan mahasiswa Yahudi pro-Palestina memegang makanan seder tradisional di dalam area protes di kampus-kampus termasuk di Columbia.

Ada juga demonstrasi di MIT, Universitas Michigan, UC Berkeley dan Yale, di mana setidaknya 47 orang ditangkap pada Senin setelah menolak permintaan untuk membubarkan diri.

Kementerian Kesehatan di wilayah kantong Palestina menyatakan sudah sebanyak 34.183 warga Palestina yang gugur dalam serangan Israel di Jalur Gaza pada hari ke-200 serangan mematikan Israel.

“Serangan yang sedang berlangsung sejak Oktober lalu juga telah melukai 77.143 warga Palestina,” demikian bunyi keterangan resmi Kementerian Kesehatan Palestina, Selasa (23/4/2024).

Kementerian mencatat bahwa dalam 24 jam terakhir Israel melakukan tiga pembantaian terhadap keluarga di seluruh Jalur Gaza hingga menyebabkan 32 orang gugur dan 59 lainnya luka-luka saat tiba di rumah sakit.

“Banyak orang masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan dan tim penyelamat tidak dapat menjangkau mereka,” kata Kemenkes.

Israel telah menggempur Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang menurut Tel Aviv menewaskan hampir 1.200 orang.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan perang Israel di Gaza telah menyebabkan 85 persen penduduk wilayah tersebut mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Selain itu, menurut PBB, lebih dari 60 persen infrastruktur di wilayah tersebut rusak atau hancur.

Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada bulan Januari memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.

Sedikitnya 350 tenaga kesehatan juga terbunuh dan 520 lainnya terluka di Jalur Gaza sejak Israel mulai melancarkan agresi ke daerah tersebut pada 7 Oktober 2023, menurut pelapor khusus PBB.

"Kami mengetahui bahwa sekitar 520 tenaga medis terluka, serta 350 pekerja medis termasuk tenaga kesehatan lainnya, telah gugur," ucap pelapor khusus PBB untuk hak kesehatan Tlaleng Mofokeng dalam konferensi pers pada Senin (22/4).

Dia menyatakan, jumlah korban jiwa tersebut tidak termasuk sejumlah remaja Gaza yang berinisiatif membantu tenaga kesehatan di berbagai rumah sakit. Para remaja tersebut tidak terdaftar secara resmi sebagai tenaga kesehatan.

BUKTI GENOSIDA ISRAEL - (Republika)

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler