Ajarkan Kemampuan Mengontrol Diri, Jangan Sampai Anak Kena Gaming Disorder

Anak perlu mempelajari kemampuan mengontrol diri, termasuk saat main gim daring.

Dok. Freepik
Anak bermain game online (ilustrasi). Pemerintah segera merampungkan peraturan presiden (perpres) tentang perlindungan anak dari game online.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus anak-anak kecanduan game online sudah semakin meresahkan. Di media sosial, warganet banyak yang menunjukkan perilaku ekstrem, bahkan kriminal, dari bocil yang kecanduan main gim daring.

Psikolog anak dan remaja dari Tiga Generasi, Mayang Gita Mardian, mengatakan orang yang mengembangkan perilaku ekstrem bisa jadi mengalami kecanduan gim (gaming addiction). Ini adalah istilah gangguan pada individu yang tidak mampu mengontrol perilaku dan memegaruhi hidup mereka dari berbagai aspek.

Seseorang yang kerap memprioritaskan bermain gim daripada melakukan kegiatan positif lain dapat mengembangkan gangguan perilaku yang dinamakan gaming disorder. Riset menunjukan dari sebagian besar populasi pengguna digital, proporsi orang yang benar-benar mengembangkan gaming disorder masih sedikit.

"Tapi tentu harapannya jangan sampai ke situ, sehingga orang tua perlu benar-benar waspada," kata Mayang, Rabu (24/4/2024).

Pada dasarnya, menurut Mayang, bermain game termasuk dalam kegiatan screen time. Hal tersebut bisa terasa menyenangkan karena mengajak pengguna untuk terlibat.

Baca Juga


Efek main gim mirip seperti seseorang sedang menonton tayangan, ada yang tertawa melihat acara lawak hingga ikut menangis saat menonton drama. Artinya, gim daring juga dapat memengaruhi kondisi orang saat itu.

"Jadi anak kesal sampai banting ponsel karena dia merasa benar-benar terjadi sama dia," jelas Mayang.

Pada usia anak, mereka sedang berada di fase sering meniru kegiatan yang dilihatnya. Contohnya, meniru gaya terbang, memukul, dan bisa juga meniru hal-hal ekstrem lain.

Jika melakukan tindak kriminal gara-gara kecanduan gim, perlu dilihat kemungkinan adanya gangguan karena sudah memengaruhi hubungan dengan orang lain. Perhatikan saat anak agresif, lupa makan, mandi, dan pikirannya hanya kepada gim karena itu dapat berkembang ke arah gangguan gaming disorder.

Cegah Anak Kena Gaming Disorder

Orang tua perlu tegas menetapkan batasan penggunaan gawai. Bukan hanya dari segi durasi, tetapi juga perlu tahu konten atau aplikasi apa saja yang dimainkan anak.

"Untuk durasi bisa melihat panduan dan peruntukan usianya dan harus tetap ada screen time free (bebas gawai/red.) satu hari," ujar Mayang.

Aturan bebas gawai ini, misalnya, diterapkan pada jam makan atau seharian penuh diisi dengan kegiatan positif bersama lainnya. Mayang menyebut anak sebaiknya memiliki keseimbangan antara kegiatan indoor dan outdoor.

Membiarkan anak bermain di luar rumah memang tak selalu mudah karena kekhawatiran terjangkit polusi dan sebagainya. Karena itu, anak perlu difasilitasi agar tetap banyak bergerak secara fisik, sehingga tumbuh kembangnya menjadi optimal.

Sering kali, ada aplikasi yang sudah diblokir masih bisa dengan mudah diakses dari mana saja. Oleh karenanya, yang paling penting adalah mengajarkan kemampuan mengontrol diri kepada anak.

Sejak dini, ajarkan anak cara menunda keinginan. Sebab kemampuan ini tidak bisa berkembang hanya dalam waktu singkat, melainkan perlu dipupuk dari kecil.

"Kadang-kadang pengen sesuatu gak boleh, tapi disuruhnya hal lain yang belum disukai. Sama kayak di sekolah gak suka matematika, ya gimana dong kan mata pelajarannya matematika," kata dia.

Kemampuan anak mengontrol dan menahan diri, lanjut Mayang, perlu diajarkan dari lingkup terkecil kehidupan mereka, yakni keluarga. Tanamkan kemampuan menunda keinginan dengan disiplin, konsistensi, dan juga teladan perihal penggunaan gawai dari orang tua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler