Suami Kecanduan Game Online, Cerai Jadi Solusinya?

Viral di X, pria kecanduan game online sampai abaikan perannya sebagai suami-ayah.

Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Seorang pria memainkan game online. Ketika suami kecanduan game online itu tanda adanya pelarian terhadap suatu hal.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pekan lalu, warganet di media sosial X dibuat tersentak oleh langkah seorang istri yang dikabarkan menggugat cerai suaminya yang kecanduan game online. Saking kecanduannya, sang suami disebut telah melupakan banyak tanggung jawab, mulai dari nafkah hingga pengasuhan anak.

Ketika hal seperti itu terjadi di rumah tangga, sudah tepatkah langkah istri yang memilih untuk mengakhiri ikatan pernikahannya? Psikolog Soraya Salim mengingatkan bahwa pasangan suami istri selayaknya memiliki hubungan yang sehat dan setara dalam arti sama-sama saling mendukung dalam menjalankan aktivitas kehidupan rumah tangga.

Baca Juga



"Karena pada dasarnya tujuannya kan adalah bagaimana keluarga ini berjalan maju baik dari semua sisi, fisik, emosi, dan spiritual. Fisik artinya sandang, pangan, dan papan sebagai kebutuhan primer terpenuhi, sekarang ditambah pendidikan yang sangat penting," kata Soraya, Senin (29/4/2024),

Soraya menyebut, jika salah satu dari pasangan tidak berusaha atau menunjukkan upaya menuju itu alias tidak mengambil porsi bertanggung jawab atas berlangsungnya keluarga, maka keluarga itu akan oleng.  Ketidakstabilan selalu akan menimbulkan masalah dan itu menunjukkan hubungan yang tidak sehat antara pasangan tersebut.

Bila kecanduan gim daring sampai mengganggu tanggung jawabnya sebagai suami, ayah, dan kepala keluarga, menurut Soraya, maka itu artinya masalah sudah serius. Sebelum melangkah terlalu jauh ke perceraian, ia menyebut seorang istri bisa meminta peran orang yang dituakan di keluarga terlebih dulu.

Jika tidak mempan, maka istri bisa mengajak suami berkonsultasi kepada profesional. Soraya menjelaskan penyebab kecanduan tidak sesederhana selayaknya orang capek bekerja lalu bermain game. Kecanduan menandakan adanya pelarian terhadap suatu hal, sehingga menimbulkan obsesi terhadap game sehingga mengganggu peran tanggung jawab sang suami.

"Biasanya, di awal (pasangan) menolak, merasa tidak ada problem, tapi cobalah yakinkan ini upaya untuk kelanggengan keluarga. Kalau tidak, ya berarti tidak melakukan tanggung jawab seperti saat ikrar pernikahan, mengingat ijab qobul sakral," tutur Soraya.

Menurut Soraya, upaya ini boleh jadi tidak mudah, tetapi perlu dicoba beberapa kali. Apabila masih tidak berhasil, barulah jalan terakhir mengusulkan perpisahan atau perceraian.

Biasanya, lanjut Soraya, ada proses mediasi setelah pengajuan gugatan perceraian. Di tahap ini bisa dilihat ada atau tidak kesadaran dari pasangan.

Soraya menganjurkan agar istri tidak mudah terpancing emosinya selama proses mediasi. Ia menyebut ini merupakan salah satu kunci sukses mediasi.

"Udah marah-marah, ngajak konsul, eh numpang lewat doang, dan bisa dilihat reaktif oleh suami," kata Soraya.

Sebiaknya, menurut Soryaa, istri menyampaikan secara serius dengan sambil bertatap mata. Katakan bahwa ini gejala serius serta dapat berdampak pada keberlangsungan rumah tangga. Katakan bahwa "kamu bukan main game biasa, tapi sudah kecanduan".

Lalu, beri tahu bahwa kecanduan tersebut sudah berdampak pada tidak tertunaikannya tanggung jawab sebagai suami atau ayah. Ungkapkan jika kecanduan gim sudah sampai menganggu pemberian nafkah, pengasuhan anak, dan lainnya.

"Apalagi misalnya punya anak laki-laki, bayangkan. Kalau sudah dilakukan barulah ajukan perceraian. Karena ini hal serius mungkin keluarga besar perlu tahu dan mengambil peran," kata Soraya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler