Badan Ranjau PBB: Reruntuhan Gaza Jauh Lebih Banyak dari Ukraina
Perang di Gaza yang sudah berlangsung tujuh bulan menghasilkan 37 juta ton puing.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Badan Pekerjaan Ranjau PBB (UNMAS) mengatakan tugas besar membersihkan puing-puing Gaza menjadi lebih mahal dan berbahaya karena banyaknya asbes dan persenjataan yang tidak meledak. UNMAS mengatakan hingga pertengahan April, perang Israel di Gaza yang sudah berlangsung tujuh bulan menghasilkan 37 juta ton atau 300 kilogram per meter persegi.
"Gaza memiliki lebih banyak puing-puing daripada Ukraina, dan sebagai gambaran, garis depan Ukraina memiliki panjang 600 mil [hampir 1.000 kilo meter], dan Gaza memiliki panjang 25 mil [40 km]," kata kepala program UNMAS di wilayah Palestina Mungo Birch seperti dikutip Aljazirah, Rabu (1/5/2024).
UNMAS mengatakan volume puing bukan satu-satunya masalah. "Reruntuhan ini kemungkinan besar terkontaminasi UXO [persenjataan yang tidak meledak], tetapi pembersihannya akan semakin rumit karena adanya bahaya lain di dalam reruntuhan," kata Birch, di Jenewa.
"Diperkirakan ada lebih dari 800.000 ton asbes, misalnya, di reruntuhan Gaza." Asbes merupakan mineral penyebab kanker yang digunakan dalam konstruksi dan membutuhkan tindakan pencegahan khusus saat penanganannya.
Secara umum diperkirakan 10 hingga 15 persen dari amunisi yang ditembakkan tidak meledak saat terkena benturan dan oleh karena itu merupakan bahaya yang bertahan lama bagi penduduk sipil. Birch mengatakan ia berharap UNMAS yang bekerja untuk mengurangi ancaman yang ditimbulkan semua jenis bahan peledak, akan menjadi badan koordinator untuk tindakan ranjau di Gaza.
Ia mengatakan, UNMAS mendapatkan dana sebesar lima juta dolar, tetapi membutuhkan dana tambahan sebesar 40 juta dolar untuk melanjutkan pekerjaannya di Gaza selama 12 bulan ke depan. "Namun secara keseluruhan sektor akan membutuhkan ratusan juta dolar AS selama beberapa tahun untuk membuat Gaza kembali aman bagi penduduknya," tambah Birch.
"Karena tingkat reruntuhan yang begitu parah, maka dibutuhkan pemikiran baru tentang bagaimana kita melanjutkan pembersihan," kata Birch.