Israel Serang Suriah, Ini Kisah Heroik Kaum Muslim Saat Bebaskan Suriah dari Romawi

Israel melakukan serangan udara ke Suriah.

AP Photo/Omar Sanadiki
Layanan darurat bekerja di gedung yang hancur akibat serangan udara di Damaskus, Suriah, Senin, 1 April 2024. Serangan udara Israel telah menghancurkan bagian konsuler kedutaan Iran di Damaskus, menewaskan atau melukai semua orang di dalamnya, kata media pemerintah Suriah pada Senin.
Rep: Fuji E Permana Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perang antara Kekasisaran Romawi dan umat Islam di era Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu anhu disebut sebagai Perang Yarmuk. Perang yang terjadi di wilayah Suriah ini menjadi tempat perjuangan dan pengorbanan umat Islam yang jarang ada tandingannya.

Baca Juga


Perang Yarmuk terjadi pada Agustus 636 Masehi atau sekira empat tahun sesudah Nabi Muhammad SAW berpulang ke rahmatullah. 

Khalid bin Walid dengan julukan Pedang Allah memimpin pasukan Muslim dalam Perang Yarmuk untuk menaklukan wilayah Suriah yang berada di bawah kekuasaan Kekasisran Romawi.

Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq mengerahkan sejumlah pasukan, para pemimpinnya dipilihnya dari kelompok panglima-panglima mahir, seperti Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, Amr bin Al-Ash, Yazid bin Abu Sufyan, dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan.

Melihat pergerakan pasukan Muslim, Kaisar Romawi memerintahkan kepada para menteri dan jenderalnya agar berdamai saja dengan kaum Muslimin dan tidak melibatkan diri dalam peperangan yang hanya akan menimbulkan kerugian. Tetapi para menteri dan jenderalnya dengan gigih bersikeras hendak meneruskan perang sambil berkata, "Demi Tuhan, kita akan membuat Abu Bakar kewalahan, sehingga ia tidak mampu mendatangkan pasukan berkudanya ke negeri kita."

Kekaisaran Romawi menyiapkan 240 ribu lebih tentara untuk peperangan menghadapi umat Islam di bawah komando panglima perang Khalid bin Walid. Dilansir dari buku Rijalun Haular Rasul (Biografi 60 Sahabat Nabi) yang ditulis Khalid Muhammad Khalid diterjemahkan Agus Suwandi diterbitkan Ummul Qura, 2013.

Pemimpin-pemimpin pasukan tentara Islam mengirimkan gambaran tentang situasi gawat ini kepada Khalifah Abu Bakar. Karenanya Abu Bakar berkata, “Demi Allah, semua kekhawatiran dan keraguan mereka akan kusembuhkan dengan kedatangan Khalid bin Walid.”

Kekhawatiran yang dimaksud Khalifah Abu Bakar adalah kesewenang-wenangan, permusuhan, dan kesyirikan. Kesembuhan dari kekhawatiran itu ialah perintah berangkat ke Syam dari Khalifah kepada Khalid bin Walid untuk mengepalai seluruh pasukan Islam yang sudah mendahuluinya berada di sana. 

Dengan cepat, Khalid bin Walid mematuhi perintah dari Khalifah Abu Bakar. Khalid bin Walid segera menyerahkan kepemimpinan di Irak kepada Mutsanna bin Haritsah, kemudian dengan cepat Khalid bin Walid berangkat bersama prajurit-prajurit pilihannya, hingga sampai ke tempat kaum Muslimin di negeri Syam (Suriah). 

Dengan keahliannya yang luar biasa, dalam waktu singkat, Khalid bin Walid menyusun pasukan Islam dengan menertibkan posisinya. Di medan perang dan sebelum pertempuran dimulai, Khalid bin Walid berdiri di tengah-tengah prajurit Islam untuk berpidato. 

Khalid bin Walid berkata, sesudah memuji Allah dan bersyukur kepada-Nya, “Hari ini adalah hari-hari Allah. Tidak pantas kita di sini berbangga-bangga dan berbuat durhaka. Ikhlaskanlah jihad kalian, dan harapkan ridha Allah dengan amal kalian! Mari kita bergantian memegang pimpinan. Hari ini salah seorang memegang pimpinan, besok yang lain, lusa yang lain lagi, sehingga seluruhnya mendapat kesempatan memimpin.”

Jumlah tentara Romawi yang besar dan amunisi mereka yang lengkap merupakan suatu yang sangat mengecutkan. Tidak diragukan lagi bahwa orang-orang Islam pun sebelum kedatangan Khalid bin Walid merasa gentar dan cemas, menyebabkan rasa gelisah dan keluh kesah memenuhi jiwa mereka. Tetapi, iman mereka membuat ringan segala pengabdian dalam suasana seperti itu, dan tiba-tiba fajar harapan dan kemenangan meliputi mereka dengan cahayanya.

Bagaimanapun hebatnya orang-orang Romawi dan tentaranya, Khalifah Abu Bakar telah berkata, "Khalid akan menyelesaikannya.” Ia mengatakan itu karena benar-benar mengetahui keadaan orang-orangnya. 

Khalifah Abu Bakar menambahkan, "Demi Allah, segala kekhawatiran mereka akan kulenyapkan dengan Khalid! Biarkan orang-orang Romawi dengan segala kehebatannya itu datang! Bukankah ada penangkal bersama kaum muslimin."

Khalid bin Walid mempersiapkan tentaranya dengan membagi menjadi beberapa kesatuan besar. Ia mengatur kembali langkah-langkah taktis dan strategis untuk menyerang dan bertahan, untuk menandingi strategi Romawi.

Khalid bin Walid juga memetakan setiap kemungkinan dari peperangan ini, yang menakjubkan, peperangan itu berjalan tepat seperti yang dipetakan dan diharapkan oleh Khalid bin Walid. 

 

 

Khalid bin Walid Pertama Kalinya Persenjatai Wanita

Sebelum terjun ke kancah peperangan, ada satu hal yang mengganggu pikiran Khalid bin Walid, yaitu kemungkinan sebagian anggota pasukannya melarikan diri, terutama mereka yang baru saja masuk Islam, sesudah mereka menyaksikan kehebatan dan keseraman tentara Romawi. 

Rahasia setiap kemenangan gemilang yang diperoleh Khalid bin Walid dalam peperangan ialah tsabat, dalam arti tetap tabah dan disiplin. Ia memandang bahwa larinya dua atau tiga orang prajurit dari kesatuan akan menyebarkan kepanikan dan kekacauan di seluruh kesatuan. Ini dapat berakibat fatal dan merupakan bencana. Oleh sebab itu, tindakannya sangat tegas dan keras sekali terhadap mereka yang membuang senjata dan berpaling melarikan diri.

Pada Perang Yarmuk, sesudah seluruh pasukannya mengambil posisinya, Khalid bin Walid memanggil perempuan-perempuan Muslim. Untuk pertama kalinya, Khalid bin Walid mempersenjatai kaum wanita.

Kaum Muslimah diperintahkan untuk berada di belakang barisan pasukan Islam di setiap penjuru. Khalid bin Walid berpesan kepada mereka, “Siapa yang melarikan diri, bunuhlah ia.”

Ancaman Mengerikan Khalid bin Walid Kepada Panglima Romawi 

Ketika pertempuran hampir berlangsung, panglima Romawi meminta Khalid bin Walid tampil ke depan, karena ia ingin berbicara dengannya. Khalid bin Walid muncul dan keduanya berhadap-hadapan di atas punggung kuda masing-masing, yakni pada suatu lapangan kosong di antara kedua pasukan besar.

Panglima pasukan Romawi yang bemama Mahan itu pun berkata, "Kami mengetahui bahwa yang mendorong kalian ke luar dari negeri kalian tidak lain hanyalah kelaparan dan kesulitan. Jika kalian setuju, saya akan memberikan 10 Dinar lengkap dengan pakaian dan makanan kepada tiap-tiap kalian, asalkan kalian mau kembali ke negeri kalian. Di tahun yang akan datang, aku akan mengirimkan sebanyak itu pula."

Mendengar itu, bukan main marahnya Khalid bin Walid. Tetapi, ia tahan kemarahannya sambil menggertakkan gigi. Ia menganggap kata-kata panglima Romawi itu merupakan bentuk kekurangajaran, lalu memutuskan untuk menjawabnya dengan kata-kata yang sesuai.

Khalid bin Walid berkata, “Yang mendorong kami keluar dari negeri kami, bukan karena lapar seperti yang anda sebutkan tadi, melainkan kami adalah satu bangsa yang biasa minum darah. Kami tahu benar bahwa tidak ada darah yang lebih manis dan lebih baik daripada darah orang-orang Romawi, karena itulah kami datang.”

Panglima Khalid bin Walid menggertakkan tali kekang kudanya, sambil kembali ke pasukannya. Ia mengangkat bendera tinggi-tinggi memberitahukan bahwa pertempuran segera dimulai. "Allahu Akbar . . . berhembuslah angin surga!” 

Pasukan Muslim maju menyerbu laksana peluru yang ditembakkan. Pertempuran yang tiada tandingannya berlangsung mencapai puncaknya. Orang-orang Romawi datang menghadang dengan kesatuan-kesatuan pasukan besar yang menggunung. Tetapi, nyata dan jelas bagi orang-orang itu sesuatu yang tidak mereka duga-duga dari kaum Muslimin. 

Pasukan Tidak Takut Mati 

Saat pertempuran berkecamuk, salah seorang dari pasukan Muslim mendekati Abu Ubaidah bin Al-Jarrah sembari berkata, "Aku sudah bertekad mati syahid, apakah engkau mempunyai pesan penting yang akan aku sampaikan kepada Rasulullah, bila aku menemui nanti?” 

Abu Ubaidah menjawab, “Ada, katakan kepada beliau, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya kami telah menemukan bahwa apa yang dijanjikan Allah kepada kami, memang benar'."

Laki-laki Muslim itu pun langsung melesat maju menyerang bagai anak panah lepas dari busurnya. Ia menyerbu ke tengah-tengah pertempuran dahsyat, merindukan tempat peraduan dan pembaringannya. Ia menyerang dengan sebilah pedang, dan dilawan oleh seribu pedang, hingga menemui kesyahidan. Laki-laki itu adalah Ikrimah bin Abu Jahal. 

Ketika tekanan orang Romawi semakin berat, Ikrimah bin Abu Jahal berseru kepada kaum muslimin dengan suara lantang, "Sungguh, aku telah lama memerangi Rasulullah SAW pada masa yang lalu sebelum Allah memberikan petunjuk kepadaku untuk masuk Islam. Apakah pantas aku lari dari musuh-musuh Allah hari ini?”

Kemudian Ikrimah bin Abu Jahal berteriak, "Siapakah yang bersedia dan berjanji untuk mati?" Sejumlah orang berjanji kepada Ikrimah bin Abu Jahal untuk berjuang sampai mati, kemudian mereka menyerbu ke jantung pertempuran bersama-sama. 

Dalam parang Yarmuk, ada seorang Muslim yang terluka berat. Seseorang membawakan air kepada salah seorang yang terluka, namun ia memberi isyarat agar air itu diberikan kepada temannya yang berdekatan lebih dulu karena lukanya lebih berat. Ketika orang yang dimaksud ditawari air, ia mengisyaratkan pula agar diberikan kepada yang lain, dan ketika orang yang dituju didatangi, ia pun lebih mengutamakan orang Iain, dan begitulah seterusnya. 

Mereka rela menderita kehausan sewaktu ruh-ruh mereka melayang demi mementingkan orang lain. Inilah contoh teladan yang paling indah tentang pengorbanan dan mendahulukan kepentingan orang lain. Perang Yarmuk benar-benar tempat pengorbanan yang jarang ada tandingannya. 

Seratus Pasukan Khusus Khalid bin Walid dan Kemenangan

Panglima Khalid bin Walid mengerahkan seratus tentaranya. Mereka menyerbu sayap kiri Romawi yang jumlahnya tidak kurang dari 40 ribu orang.

Khalid bin Walid berseru kepada seratus orang yang bersamanya itu, “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak ada lagi kesabaran dan ketabahan yang tinggal pada orang-orang Romawi, kecuali apa yang kalian lihat! Sungguh, aku mengharap Allah memberikan kesempatan kepada kalian untuk menebas batang leher mereka."

Seratus orang menyerbu ke dalam 40 ribu pasukan Romawi. Seratus orang yang dipimpin Khalid bin Walid itu menang.

Khalid Muhammad Khalid penulis buku Rijalun Haular Rasul mengatakan bahwa tidak perlu tercengang dengan kemenangan umat Islam melawan banyaknya pasukan Romawi. Sebab hati pasukan Muslim penuh keimanan kepada Allah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar, dan beriman kepada Rasul-Nya yang benar dan terpercaya. Pasukan Muslim juga iman kepada ketentuan Allah, yang merupakan keimanan yang paling banyak membuahkan kebaikan, petunjuk, dan keberuntungan dalam setiap urusan kehidupan.

Selain itu, Khalilah pasukan Muslim adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq yang masih bersedia memerah susu kambing untuk janda yang ditinggal mati suaminya, dan dengan kedua tangannya mengadukkan roti bagi anak-anak yatim piatu. Meski Abu Bakar adalah khalifah.

Panglima pasukan Muslim adalah Khalid bin Walid yang menjadi penawar kecemasan, pembasmi kesombongan, kekerasan, kedurhakaan, permusuhan, dan Pedang Allah yang terhunus yang akan menebas unsur-unsur perselisihan, kebencian dan kemusyrikan.

Singkat cerita, panglima dan komandan pasukan Romawi kagum dengan Khalid bin Walid. Di sela-sela perang saat kedua pasukan beristirahat, seorang di antara petinggi pasukan Romawi bernama Georgius mengundang Khalid bin Walid untuk bertemu dan bertanya. 

Setelah bertanya dan berdialog, Georgius memeluk agama Islam dan bertempur di pihak pasukan Muslim. Singkat cerita, genderang kemenangan telah tiba. Orang-orang Romawi telah takluk dan lari kocar-kacir dari negeri Syam atau saat ini yang dikenal sebagai Suriah. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler