Saat Jurnalis Asia-Afrika Rayakan Keberagaman di Beijing
Lewat Nations Day, para jurnalis mengenal budaya dari banyak negara.
REPUBLIKA.CO.ID, Laporan Jurnalis Republika Kamran Dikarma dari Beijing
BEIJING -- Pada Selasa (7/5/2024) pagi, para jurnalis peserta program China International Press Center (CIPC) dari grup Afrika dan Asia-Pasifik, telah berkumpul di gedung 15 kompleks Jianguomenwai Diplomatic Residence Center (DRC), Beijing.
Hari itu merupakan momen istimewa karena tim panitia CIPC 2024 menyelenggarakan “Nations Day”. Kegiatan tersebut bertujuan memberi kesempatan kepada para jurnalis untuk memperkenalkan negaranya masing-masing.
Untuk memeriahkan kegiatan Nations Day, tim panitia CIPC meminta para jurnalis mengenakan pakaian tradisi atau adat khas negara masing-masing. Untungnya, ketika berangkat ke Beijing untuk mengikuti program CIPC pada akhir Februari lalu, saya membawa kemeja batik. Kemeja tersebut saya kenakan saat menghadiri Nations Day.
Saat tiba di gedung 15 kompleks Jianguomenwai DRC, sejumlah jurnalis dari grup Afrika dan Asia-Pasifik telah berkumpul. Beberapa di antara mereka bahkan turut membawa makanan khas negaranya untuk dicicipi bersama. Sebelum acara dimulai, interaksi sudah terbangun. Kami saling bertanya tentang baju yang kami kenakan.
Kepada sejumlah jurnalis yang berbincang dengan saya pagi itu, saya menjelaskan secara singkat tentang batik. Saya pun memberi tahu mereka bahwa UNESCO telah mengakui batik sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. Mereka terkesan.
Selanjutnya...
Sekitar pukul 10.45 waktu setempat, acara Nations Day akhirnya dimulai. Dalam acara itu, sejumlah jurnalis yang telah mendaftar, diberi kesempatan untuk memberikan presentasi singkat tentang negaranya. Presentasi tersebut boleh menceritakan tentang sejarah, kekayaan budaya, keindahan alam, atau hal lainnya yang menjadi kebanggaan negara terkait.
Salah satu yang memberikan presentasi adalah Willyfrid Vyamungu, jurnalis Burundi News Agency. Willyfrid memberikan pemaparan cukup lengkap tentang sejarah negaranya. Mulai dari ketika dijajah Jerman, hingga meraih kemerdekaan. Dia juga menyinggung secara ringkas tentang kekhasan tradisi dan budaya di negaranya.
Willyfrid sangat senang bisa mengenalkan negaranya kepada para jurnalis peserta CIPC 2024. Dia mengucapkan terima kasih kepada tim panitia CIPC karena telah menyelenggarakan acara atau kegiatan Nations Day.
“Ini adalah kesempatan bagus yang sudah dibuat oleh Cina untuk negara kita. Jadi para jurnalis dari berbagai belahan dunia bisa membagikan pengalaman budaya di negaranya masing-masing,” kata Willyfrid saat berbincang dengan saya seusai acara.
Jurnalis lain yang juga memberikan presentasi pada acara Nations Day adalah Modnath Dhakal asal Nepal. Dalam presentasinya, Modnath lebih banyak mempresentasikan tentang keindahan alam di negaranya.
Selanjutnya...
Sama seperti Willyfrid, Modnath pun sangat mengapresiasi kegiatan Nations Day yang diselenggarakan CIPC. “Khususnya karena lewat kegiatan ini, kita bisa mengenal budaya dari banyak negara, dari Asia, Pasifik, dan Afrika. Ini adalah hal yang luar biasa,” ujarnya.
Direktur China International Press Communication Center (CIPCC) Yu Lei mengungkapkan, program CIPC tidak hanya dimaksudkan sebagai pertukaran jurnalis atau media saja, tapi juga membangun hubungan antarmasyarakat.
“Jadi kami ingin menyelenggarakan kegiatan Nations Day agar kita lebih mengenal satu sama lain; tentang sejarah, budaya, dan semua hal khusus tentang negara kita,” kata Yu kepada saya.
Pagi itu, karena keterbatasan waktu, hanya enam jurnalis yang memperoleh kesempatan untuk mempresentasikan tentang negaranya. Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama. Setelah itu, terdapat free time. Momen tersebut dimanfaatkan beberapa jurnalis Afrika untuk memutar musik pop dari negaranya masing-masing melalui laptop yang disediakan panitia.
Suasana sangat cair, hangat, dan penuh sukacita. Meski belum semua di antara kami saling mengenal, tapi kami berdansa bersama. Irama musik Afrika memang mempunyai daya pikat untuk membuat tubuh bergerak. Momen perayaan keberagaman itu tak lupa kami abadikan lewat ponsel kami masing-masing.
Program CIPC 2024 gelombang pertama mulai digelar sejak awal Maret dan akan berlangsung hingga akhir Juni. Sekitar 100 jurnalis dari lebih 90 negara menjadi peserta dalam program ini. Republika menjadi satu-satunya media asal Indonesia yang diundang untuk berpartisipasi dalam program CIPC 2024 gelombang pertama.
Program CIPC sudah diselenggarakan sejak 2014 dan bertujuan mendorong jurnalis dari berbagai negara untuk lebih mengenal Cina. Cina mengundang jurnalis dari enam kawasan untuk program CIPC, yakni Afrika, Asia Pasifik, Amerika Latin, Eurasia, Arab, dan Eropa Timur Tengah.