Dikritik Lantaran Pakai Keffiyeh di 'Eurovision', Bintang Pop Swedia Beri Perlawanan

Eric Saade yang merupakan juara tiga Eurovision 2011 berdarah Palestina.

Jessica Gow EPA-EFE/Jessica Gow/TT SWEDEN OUT
Eric Saade, yang mewakili Swedia pada 2011, memakai keffiyeh di pergelangan tangannya ketika membawakan lagu hitnya, Popular, saat pembukaan semifinal pertama 68th Eurovision Song Contest (ESC) at Malmo Arena, Malmo, Swedia, 7 Mei 2024. ESC memiliki dua kali semifinal, yakni pada 7 dan 11 Mei 2024.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang Pop Swedia Eric Saade memeriahkan gelaran semifinal kontes lagu "Eurovision" di Malmo, Swedia pada 7 Mei lalu. Di atas panggung, Saade mengenakan kaffiyeh Palestina di pergelangan tangan kirinya selama menyanyikan "Popular", lagu kemenangannya sebagai juara ketiga di Eurovision  2011.

Hal itu rupanya telah menuai kritik dari televisi Swedia. Stasiun penyiaran Swedia SVT dan penyelenggara utama, European Broadcasting Union (EBU), menyebut pihak mereka menyayangkan sang penyanyi yang menggunakan partisipasinya dengan cara itu. Dalam sebuah pernyataan, EBU mengatakan bahwa Kontes Lagu Eurovision adalah acara TV langsung dan semua kontestan harus mengikuti aturan kontes.

"Dan kami menyesal bahwa Eric Saade memilih untuk menodai sifat nonpolitik dari acara tersebut," kata produser eksekutif SVT untuk "Eurovision", Ebba Adielsson, kepada AFP, dikutip dari The Local, Sabtu (11/5/2024).

Tidak terima, Saade yang memiliki seorang ayah asal Palestina dari Lebanon, membalas kritik tersebut. Saade mengaku telah mendapat syal itu dari ayahnya sejak ia masih kecil.

"Agar saya tidak pernah lupa dari mana keluarga itu berasal. Saat itu saya tidak tahu bahwa suatu hari nanti itu akan disebut sebagai 'simbol politik'. Itu seperti menyebut kuda Dala sebagai simbol politik. Bagi saya, itu hanyalah rasisme. Saya hanya ingin menjadi inklusif dan membawa sesuatu yang nyata bagi saya," kata Saade.

Saade menyebut EBU tampaknya menganggap etnis dirinya kontroversial. Maka, menurutnya, slogan Kontes Lagu Eurovision "Disatukan oleh musik", seolah menjadi tidak relevan.

Saade menyebut penyelenggara Kontes Lagu Eurovision melakukan 'rasisme'. Sebagaimana diketahui, 11 Mei kerap diperingati sebagai World Kaffiyeh Day atau Hari Kaffiyeh Sedunia.

Pada semifinal kontes lagu tersebu, Ukraina dan Kroasia melaju ke babak final. Israel diketahui berpartisipasi dalam kontes ini dan telah menghadapi kritikan keras atas kondisi kemanusiaan di Gaza.

Sejak sebelum pertunjukan, Saade telah mengungkapkan hahwa dia ingin melakukan protes terhadap Israel yang diberi izin tampil di kontes tersebut. Ada aksi lain dalam kontes tersebut, seperti seruan gencatan senjata atau memberikan komentar terhadap Israel.

Baca Juga


Hanya saja, pihak TV melarang segala bentuk pesan politik selama Eurovision berlangsung. Peserta Irlandia Bambie Thug mengatakan kepada wartawan pada  Selasa bahwa mereka "diperintahkan" oleh EBU untuk menghapus pesan-pesan pro Palestina yang ditulis dalam alfabet Irlandia kuno Ogham di wajah dan kaki mereka selama semifinal.

Karena kekhawatiran akan keamanan, pesaing dari Israel Eden Golan dilaporkan diminta untuk tinggal di kamar hotelnya di Malmö sebelum berkompetisi di semifinal kedua pada Kamis. Sebab, ada demo terhadap Israel di area sekitar pertunjukan tersebut.

Salah satu yang lolos adalah Alyona Alyona dan Jerry Heil dari Ukraina dengan lagu rap "Teresa and Maria". Baby Lasagna dari Kroasia yang menyanyikan "Rim Tim Tagi Dim", salah satu favorit awal, juga mencapai final yang digelar Sabtu.

Serbia, Portugal, Slovenia, Lithuania, Finlandia, Siprus, Irlandia dan Luksemburg ikut meramaikan kontes. Swedia sebagai pemenang tetap, Inggris, Perancis, Jerman, Italia dan Spanyol, kontributor utama EBU, semuanya mendapatkan tempat otomatis di final hari Sabtu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler