Israel Paksa 17 Petugas Medis Evakuasi Dari Rafah

Operasi militer Israel tidak seperti yang diklaim hanya fokus di timur Rafah.

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Warga Palestina mengungsi setelah keluar perintah evakuasi dari Tentara Israel di Rafah, sebelah selatan Jalur Gaza, 10 Mei 2024.
Rep: Lintar Satria Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH -- Chief Executive Officer lembaga medis non-profit Amerika Serikat (AS) FARJ Scientific Mosab Nasser mengatakan 17 personel medis lembaganya terjebak di Rafah setelah Israel merebut perbatasan kota itu. Mereka tiba pada 29 April lalu dalam misi selama dua pekan.

"Pada pekan pertama misi kami operasi berjalan tanpa masalah dan kemudian operasi militer dimulai di timur Rafah. Tapi kemudian mulai menyebar semakin ke barat di mana safe house kami berada," kata Nasser dari Rumah Sakit Eropa Gaza di Rafah, seperti dikutip Aljazirah, Ahad (12/5/2023).

"Pagi ini kami menerima perintah evakuasi dari Blok 6 di Rafah di mana safe house kami tidak lagi aman, sehingga kami menghentikan pekerjaan kami di rumah sakit dan kembali pulang dan mengambil barang-barang dari safe house dan kembali ke Rumah Sakit Eropa," tambahnya.

Nasser mengatakan operasi militer Israel tidak seperti yang diklaim Israel hanya fokus di timur Rafah. "Apa yang kami alami sepenuhnya berbeda. Pada faktanya bom-boma jatuh di pemukiman kami berada, yang jaraknya kurang dari 500 meter dari safe haous berada, tapi dokter dan dokter bedah kami terancam," kata Nasser.

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan Israel ke Gaza sejak Oktober lalu sudah membunuh hampir 35 ribu orang. Serangan udara, darat dan laut Israel juga mengubah kantong pemukiman rakyat Palestina itu menjadi reruntuhan dan mengalami krisis kemanusiaan parah.

Dikutip dari Reuters, kantor berita Palestina, Wafa, melaporkan Israel menutup dua titik perbatasan yang sangat penting untuk mengirimkan bantuan ke Gaza. Perbatasan Rafah sudah ditutup selama lima hari sementara perbatasan Kerem Shalom sudah satu pekan.

Perintah evakuasi Israel pertengahan pekan ini diumumkan beberapa jam setelah perundingan gencatan senjata tampaknya gagal. Hamas mengatakan penolakan Israel pada tawarannya mengembalikan proses negosiasi ke titik awal.

Hamas memberi petunjuk akan mempertimbangkan kembali kebijakan negosiasinya. Kelompok perjuangan Palestina itu tidak menjelaskan apakah memperketat syarat-syarat gencatan senjata tapi mengatakan akan berkonsultasi dengan faksi-faksi aliansi lainnya.

Israel mengatakan mereka ingin mencapai kesepakatan yang memulangkan sandera yang ditawan dalam serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu untuk ditukar dengan perempuan dan anak-anak Palestina yang ditahan di penjara Israel. Tapi Tel Aviv menolak untuk menyetujui syarat untuk menghentikan serangannya ke Gaza.


Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler