Potensi Cuaca Ekstrem di Sumbar Diprediksi Masih Terjadi Sepekan ke Depan

Masyarakat yang berada di zona merah diimbau sementara tak berada di wilayah itu.

EPA-EFE/GIVO ALPUTRA
Petugas membersihkan desa yang terdampak banjir bandang di Tanah Datar, Sumatra Barat, Ahad (12/5/2024). BMKG memprediksi cuaca ekstrem di Sumbar terjadi selama sepekan depan.
Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG --Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan masyarakat Sumatra Barat terhadap potensi cuaca ekstrem yang diprediksi masih terjadi di daerah itu pada sepekan ke depan.

Baca Juga


"Sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di Sumbar. Karena itu masyarakat terutama yang berada di zona merah banjir dan longsor untuk tetap waspada," katanya di Padang, Senin (13/5/2024).

Ia mengimbau jika memungkinkan, masyarakat yang berada di zona merah itu bisa untuk tidak berada di lokasi rawan tersebut setidaknya untuk sepekan ke depan. Dia mengatakan, pemerintah daerah tentunya telah memetakan daerah-daerah yang masuk zona merah banjir dan longsor. Penting bagi pemerintah untuk menyosialisasikan potensi terjadinya cuaca ekstrem sepekan ke depan.

"Kewaspadaan perlu ditingkatkan saat malam hari karena potensi bahaya akan lebih besar jika bencana di malam hari," katanya.

Ia menyebut BMKG selalu memberikan informasi peringatan dini cuaca ekstrem sebelum kejadian. Seperti untuk bencana banjir dan banjir bandang Sabtu (11/5/2024) sudah diberikan peringatan dini pada 6 Mei 2024.

"Informasi peringatan dini ini diharapkan bisa menjadi referensi bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas harian. Misalnya jika diprediksi akan hujan lebat pada satu daerah, masyarakat yang memiliki keperluan di daerah tersebut bisa lebih waspada, atau menunda kegiatan tersebut," katanya.

Dwikorita menyebutkan kondisi cuaca di Sumbar terutama daerah bagian barat itu sangat unik. Tidak ada pembatasan antara musim kemarau dengan musim hujan.

Artinya hujan bisa terjadi sepanjang tahun. Pada satu sisi ini menguntungkan terutama bagi sektor pertanian. Namun pada sisi lain, potensi bencana banjir dan longsor juga bisa terjadi sepanjang tahun.

Apalagi, Sumbar juga sering digoyang gempa kecil. Satu bulan terakhir tercatat terjadi sekitar 35 kali gempa di bawah Magnitudo 3.

"Meski gempa itu tidak dirasakan oleh manusia, namun untuk tebing-tebing curam, itu bisa membuat kondisinya menjadi labil. Kalau disiram hujan lebat bisa berpotensi longsor," katanya.

Sementara itu Gubernur Sumbar, Mahyeldi mengatakan, pihaknya selalu berkoordinasi dengan BMKG dalam hal potensi dan prediksi cuaca ke depan sebagai salah satu langkah antisipasi bencana.

Sekarang potensi banjir lahar dingin karena erupsi Gunung Marapi masih terus terjadi dan dapat mengancam keselamatan masyarakat di zona merah. Ia berharap berdasarkan prediksi BMKG masyarakat bisa menghentikan aktivitas di kawasan zona merah sebagai langkah antisipasi potensi dampak banjir lahar dingin.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler