Kemenkop UKM Siapkan Bangun Pabrik Nilam Skala Menengah di Aceh

Nilam di Aceh merupakan salah satu nilam terunggul di dunia.

Antara/Syifa Yulinnas
Petani merawat tanaman nilam (Pogostemon Cablin Benth) budidayanya di kawasan perkebunan komplek dayah Ar-Raudhatul Mustafawiyah Desa Cot Darat, Samatiga, Aceh Barat, Aceh, Rabu (22/2/2023). Seiring meningkatnya harga jual minyak nilam (minyak atsiri) dari Rp500 ribu per kilogram naik menjadi Rp550 ribu sampai Rp580 ribu per kilogram, minat masyarakat untuk budidaya tanaman nilam kembali meningkat karena selain untuk meningkatkan perekonomian juga memiliki potensi nilai ekonomi tinggi sebagai salah satu komoditas ekspor.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Staf Ahli Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Riza Damanik mengatakan bahwa Kementerian Koperasi dan UKM sedang mempersiapkan pembangunan pabrik skala menengah untuk pengolahan komoditas nilam di Aceh.

Baca Juga


“Nilam adalah salah satu komoditas perkebunan yang mudah ditemukan di hampir seluruh Aceh, dan selama ini nilam menjadi satu komoditas unggul yang sangat diperlukan oleh industri parfum,” kata Riza dalam Media Gathering Kemenkop UKM, di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (16/5/2024).

Riza mengatakan pembangunan pabrik ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan nilai tambah komoditas-komoditas unggulan di Indonesia.

Nilam atau yang dikenal sebagai nama patchouli oil dalam perdagangan internasional ini merupakan salah satu penghasil minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri parfum.

Riza menuturkan nilam di Aceh merupakan salah satu nilam yang unggul, karena memiliki daya ikat yang sangat kuat sehingga daya tahannya lebih lama.

“(Rencana pembangunan pabrik nilam) ini sudah kami bicarakan, dan mudah-mudahan bisa terealisasi tahun ini,” kata dia pula.

Selain nilam, Kemenkop UKM juga sedang membahas pengembangan komoditas unggulan lainnya, seperti jahe untuk produk herbal.

Kemenkop UKM saat ini telah membangun beberapa pabrik menengah berupa rumah produksi bersama (RPB) sebagai tempat untuk mengolah potensi lokal menjadi produk unggulan.

Ada delapan lokasi RPB yang telah terbangun, yakni rumah produksi bersama untuk komoditas cabai di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara; kulit di Kabupaten Garut; rotan di Kabupaten Sukoharjo; susu di Yogyakarta; kakao di Jembrana, Bali; karet di Tanah Laut, Kalimantan Selatan; garam di Pangkep, Sulawesi Selatan; dan bambu di Manggarai Barat, NTT.

Riza menambahkan bahwa Kemenkop UKM juga sedang melihat potensi dari banyak komoditas lain yang unggul di Indonesia, salah satunya rumput laut.

"Kami saat ini negara eksportir rumput laut. Namun, ekspor olahannya baru sekitar 6 persen, sedangkan 94 persen adalah non olahan. Padahal apabila rumput laut diolah... maka pendapatannya bisa berkali-kali lipat, bahkan bisa 13 kali lipat,” ujarnya pula.

Kemenkop UKM juga berencana untuk mengembangkan budi daya sidat di Indonesia. Sidat merupakan komoditas yang memiliki potensi besar di pasar Jepang.

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler