KPAI: Sejumlah Sekolah di Jakarta Belum Aman

Aksi siswa melompat dari lantai bertingkat sekolah di SMPN 73 bukan yang pertama.

Republika/Bayu Adji P
Komisioner KPAI Aris Adi Leksono saat diwawancara di SMPN 73 Jakarta, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (21/5/2024).
Rep: Bayu Adji P Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti kasus siswa SMPN 73 Jakarta di Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, yang melompat dari lantai tiga gedung sekolahnya. Aksi itu dinilai bisa terjadi lantaran sekolah belum dilengkapi sarana dan prasarana yang memadai untuk keamanan siswa.

Baca Juga


Komisioner KPAI Aris Adi Leksono mengatakan, aksi siswa melompat dari lantai tingkat sekolah di Jakarta bukan merupakan yang kali pertama. Sebelumnya, aksi serupa juga pernah terjadi di wilayah Pesanggrahan, Jakarta Selatan, yang berujung korban meninggal dunia.

"Saya datang ke sini untuk memastikan lingkungan ini aman untuk anak," kata dia di SMPN 73 Jakarta, Selasa (21/5/2024).

Menurut dia, sarana dan prasarana di SMPN 73 Jakarta masih belum terlalu lengkap. Karena itu, KPAI meminta Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi DKI Jakarta untuk melengkapi sarana dan prasarana yang menjamin keselamatan anak. 

"Misalnya, jendela harus dipasang tralis. Agar tidak membuka peluang anak melakukan hal yang membahayakan dirinya," ujar Aris. 

Aris menambahkan, sekolah yang memiliki bangunan bertingkat juga mesti dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai. Ia mencontohkan, lantai atas sebaiknya dipasang tralis pagar atau jaring.

"Karena kita tidak bisa tahu dan setiap saat mendampingi anak. Maka sarana dan prasarana harus mendukung keselamatan dan menutup kemungkinan anak melakukan hal membahayakan dirinya," kata dia.

Aris menilai, masih banyak catatan terkait keamanan sekolah di Jakarta yang memiliki lantai bertingkat. Catatan itu tak lain untuk mendukung keselamatan anak. 

"Saya lihat, masih belum semua (sekolah) dilengkapi (sarana dan prasarana untuk keamanan siswa)," kata dia.

 

 

Dari informasi yang dihimpun Republika dari SMPN 73, korban yang masih kelas VII itu mengalami perundungan (bullying) oleh teman-teman di kelasnya. Aksi bullying itu diduga menjadi faktor utama siswa itu melompat dari lantai tiga gedung sekolahnya. 

Salah seorang siswa kelas VII SMPN 73 Jakarta mengatakan bahwa korban depresi, sehingga kemungkinan memiliki niat untuk bunuh diri. Pasalnya, korban disebut cukup sering di-bully oleh sejumlah rekan sekelasnya. 

"Mungkin (di-bully) karena faktor agama. Dia Hindu satu-satunya di sekolah, jadi dijauhin mungkin," kata siswa laki-laki yang tak mau disebut namanya itu saat ditemui Republika, Selasa (21/5/2024).

Menurut dia, ketika itu korban sedang berada di ruang kelasnya bersama dua orang teman-temannya. Setelah itu, korban menyuruh dua orang temannya itu keluar kelas. Ketika sepi, korban pergi ke arah jendela, terpeleset, hingga terjatuh dari jendela itu.

"Dia itu mungkin ada niat bunuh diri," ujar siswa itu.

Salah seorang siswa lainnya menyatakan, korban dikenal individualis. Namun, korban dinilai terlihat cukup sering bermain bersama teman-temannya. 

"Dia individualis, tapi perilakunya mah biasa. Cuma tidak tahu kalau sering di-bully," kata siswa kelas VII di sekolah itu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler