Sekali Tembak, Dua Tentara Batalyon Paling Brutal Israel Tumbang
Pasukannya berjatuhan, Israel terus tambah kekuatan di Jalur Gaza.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Pasukan penjajahan Israel (IDF) kembali mengumumkan terbunuhnya tiga tentara mereka di Jalur Gaza pada Rabu (22/5/2024). Dua di antara yang tewas merupakan anggota Batalyon Netzah Yehuda yang terkenal brutal.
Dilansir the Times of Israel, tiga tentara Israel tersebut tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza utara, kemarin. Di antara yang tewas adalah sersan dari unit elit Yahalom Korps Teknik Tempur, seorang perwira di Batalyon Netzah Yehuda dari Brigade Kfir, dan seorang tentara dari batalyon yang sama.
Perwira dan tentara dari Batalyon Netzah Yehuda tewas dalam serangan penembak jitu Hamas di Beit Hanoun, Gaza utara. Prajurit lain dari Batalyon Netzah Yehuda terluka parah dalam insiden yang sama, kata IDF.
Sedangkan sersan unit elite Yahalom terbunuh oleh alat peledak di sebuah gedung di Gaza utara. Militer mengatakan seorang prajurit lain dari Batalyon Netzah Yehuda dan seorang tentara cadangan Yahalom juga terluka parah dalam ledakan yang sama.
Kematian mereka menambah jumlah korban tentara yang terbunuh dalam serangan darat IDF terhadap Hamas dan selama operasi di sepanjang perbatasan Gaza menjadi 286 orang. Seorang kontraktor sipil Kementerian Pertahanan juga tewas di Jalur Gaza.
Batalyon Netzah Yehuda dikenal sebagai salah satu unit paling brutal di IDF. Pasukan itu terdiri dari lelaki Yahudi ultra-ortodoks yang menjalani pelatihan berbeda dengan unit lainnya di IDF.
Batalyon tersebut telah menjadi pusat beberapa kontroversi di masa lalu terkait dengan ekstremisme sayap kanan dan kekerasan terhadap warga Palestina. Yang mengemuka terkait syahidnya Omar As'ad pada 2022. Warga Amerika keturunan Palestina berusia 78 tahun itu meninggal setelah ditahan, diborgol, ditutup matanya dan kemudian ditinggalkan dalam kondisi hampir beku oleh tentara batalyon.
Menyusul insiden ini dan laporan lain tentang dugaan pelecehan yang dialami warga Palestina di tangan tentara batalyon tersebut, IDF memutuskan untuk memindahkan batalion tersebut keluar dari Tepi Barat pada Desember 2022 sehingga mereka tidak lagi berhubungan dengan warga Palestina. Namun seturut rencana serangan ke Rafah, mereka kembali dipanggil ke Gaza.
Kekejaman unit itu dan catatan kekejaman lainnya bahkan membuat Amerika Serikat (AS) sekutu utama Israel, bersiap menjatuhkan sanksi pada April lalu. Namun, lobi pada saat-saat terakhir membuat Washington menunda penjatuhan sanksi tersebut.
Pada April lalu, IDF juga mengumumkan terbunuhnya satu perwira dari Batalyon Netzah Yehuda tersebut. Yang bersangkutan adalah pelacak tentara dan memasuki Gaza dengan Batalyon Netzah Yehuda.
Bersamaan dengan pengumuman IDF, Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer gerakan Hamas, melansir video penembakan tiga tentara Israel di utara Beit Hanoun di Jalur Gaza. Dua tentara Israel terlihat jatuh dengan satu tembakan jitu pejuang Palestina.
Brigade Al-Qassam menerbitkan rekaman yang menunjukkan beberapa tentara Israel berdiri di dekat pagar sebelum dua dari mereka berdiri tepat di garis bidik pejuang Palestina tersebut ketika mereka terkena peluru sebelum jatuh ke tanah. Tentara Israel ketiga ditembak dan terguling jatuh ke tanah.
Dilansir Almayadeen, Di Gaza selatan, pejuang al-Qassam menyerang tank Merkava Israel menggunakan RPG anti-tank Yassin-105 di tenggara kota Rafah. Di lingkungan yang sama, pejuang Palestina menghabisi dua tentara Israel.
Pasukan al-Qassam juga mengebom situs Israel di timur Jabalia di Jalur Gaza utara. Selain itu, Brigade al-Quds, sayap militer Jihad Islam Palestina (PIJ) meluncurkan mortir ke arah jalur pasokan Israel di Netzarim, selatan Gaza.
Operasi gabungan dilakukan Brigade al-Quds dan Brigade Martir al-Aqsa, di mana pejuang dari kedua faksi menyerang tempat berkumpul Israel dan beberapa kendaraan militer di dekat kamp pengungsi Jabalia.
Tentara Israel terus berjatuhan... baca halaman selanjutnya
IDF sebelumnya mengkonfirmasi pada 19 Mei bahwa dua tentara tewas dan empat lainnya terluka dalam konfrontasi dengan Perlawanan Palestina di Jalur Gaza. Menurut IDF, dua sersan dari Brigade Givati itu tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza selatan.
Tentara juga mengakui bahwa seorang perwira dan dua tentara lainnya dari Brigade Givati terluka parah, bersama dengan seorang prajurit cadangan dari Batalyon Teknik Wilayah Utara Jembatan 5832, di Jalur Gaza selatan. Pada 18 Mei, militer pendudukan Israel mengakui kematian seorang tentara Israel selama konfrontasi di Gaza utara.
Terus berjatuhannya tentara Israel itu memicu dikirimkannya brigade tambahan ke Jalur Gaza. Militer Israel mengumumkan bahwa Brigade Nahal telah dikerahkan ke Rafah, bergabung dengan Divisi 162 yang telah beroperasi di kota di Jalur Gaza selatan sejak awal bulan ini.
Nahal kini menjadi brigade IDF kelima yang beroperasi di Rafah, setelah brigade 401, Givati, Commando dan Negev. Militer mengatakan mereka sekarang beroperasi di lingkungan Rafah di Brazil dan Shabura, mengikuti “informasi mengenai target teror di daerah tersebut.”
IDF mengeklaim bahwa operasi di Rafah dilakukan dengan “cara yang akurat… sambil sebisa mungkin mencegah kerugian terhadap penduduk sipil, setelah warga sipil mengevakuasi daerah tersebut.” Menjelang serangan baru yang lebih dalam ke Rafah, IDF mengatakan pihaknya melancarkan gelombang serangan jet tempur terhadap sasaran Hamas di wilayah tersebut.
Laporan dari lapangan menunjukkan bahwa klaim penyerangan dengan mencegah kerugian warga sipil tersebut omong kosong belaka.
Kantor berita WAFA melansir, pasukan penjajahan Israel melakukan enam pembantaian dalam 24 jam terakhir di Jalur Gaza yang diblokade. Serangan-serangan itu menewaskan 62 warga Palestina dan melukai 138 lainnya, menurut sumber medis.
Mereka mengatakan bahwa angka ini adalah jumlah korban jiwa dan korban warga Palestina yang dilarikan ke rumah sakit. Ratusan korban lainnya masih tergeletak di bawah reruntuhan dan di jalanan, sementara tim penyelamat dan pertahanan sipil masih belum dapat menjangkau mereka.
Diadili di hadapan Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida terhadap warga Palestina, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan sedikitnya 35.709 warga Palestina dan melukai lebih dari 79.990 lainnya.
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan syahid di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Agresi Israel juga mengakibatkan hampir dua juta orang terpaksa mengungsi dari seluruh Jalur Gaza, dengan sebagian besar pengungsi terpaksa mengungsi ke kota Rafah di bagian selatan yang padat penduduknya, dekat perbatasan dengan Mesir.